Epidemiologi Callus
Data epidemiologi menunjukkan callus atau kapalan merupakan kondisi kelainan kulit kaki paling umum di seluruh dunia. Setiap orang yang menahan beban berisiko mengalami hiperkeratosis pada kulit karena adanya stres mekanik atau gesekan antara kulit dengan permukaan lingkungan. Insidensi dan prevalensi callus sering dilaporkan bersamaan dengan hiperkeratosis lainnya, sehingga sulit untuk diketahui angka kejadian yang sebenarnya.[6,16]
Global
Callus atau merupakan kondisi kelainan kulit kaki paling umum di seluruh dunia. Semua individu yang menahan beban dapat mengalami kondisi ini. Insidensinya mencapai 20% dari seluruh total populasi di seluruh dunia, meliputi seluruh usia dan jenis kelamin.[3,6]
Callus dan clavus dilaporkan lebih banyak terjadi pada lansia yaitu mencapai 20–65% terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi callus juga ditemukan lebih tinggi pada wanita, etnis tertentu, pasien gangguan jiwa, dan gangguan makan seperti bulimia nervosa. Lokasi terjadinya callus paling sering yaitu di bawah metatarsal II (29,6%), metatarsal IV (22,5%), dan ibu jari (11,2%).[6,11]
Indonesia
Data epidemiologi mengenai kasus callus di Indonesia saat ini belum tersedia.
Morbiditas
Morbiditas yang paling sering dialami pasien dengan callus meliputi nyeri, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, serta gangguan kosmetik. Pada populasi lansia, kasus kapalan yang menyebabkan nyeri pada kaki mempengaruhi mobilitas pasien dan independensi pasien, meningkatkan risiko jatuh, serta menurunkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.[1,3,12]