Patofisiologi Callus
Patofisiologi callus atau kapalan terjadi akibat cedera mekanik atau gesekan berlebihan atau berulang pada kulit. Cedera ini menginduksi hiperkeratinisasi yang mengakibatkan penebalan stratum korneum, sehingga callus termasuk ke dalam jenis hiperkeratosis mekanik. Jika cedera tersebut terdistribusi pada area yang cukup luas (>1 cm2), maka dapat terbentuk suatu callus.[3,8]
Akibat gesekan berulang, tubuh bereaksi dengan membentuk hiperkeratosis, meningkatkan laju pertumbuhan dan pematangan keratinosit serta produksi keratin pada lapisan stratum korneum. Namun, adanya lapisan keratinosit ini meningkatkan gaya gesekan antara kulit dengan permukaan, sehingga menimbulkan lingkaran setan dan memperburuk hiperkeratosis.[5,8]
Stratum korneum terdiri dari banyak lapisan keratinosit yang menghasilkan keratin dan kehilangan nukleus serta sitoplasma ketika telah matur atau matang. Sehingga tampak sebagai penumpukan keratinosit tanpa nukleus yang melindungi lapisan kulit di bawahnya.[5,8]
Pada pasien diabetes melitus dengan kaki diabetes, callus terbentuk karena adanya neuropati perifer. Neuropati motorik menyebabkan kelainan bentuk dan neuropati sensorik menyebabkan kurangnya sensasi, sehingga muncul tekanan abnormal yang terus-menerus pada kaki. Sel-sel kulit bereaksi dengan meningkatkan keratinisasi dan berubah menjadi callus, yang merupakan predisposisi terjadinya ulserasi kaki.[9,10]