Penatalaksanaan Callus
Penatalaksanaan callus atau kapalan terdiri dari berbagai metode, tetapi callus umumnya dapat menghilang dengan sendirinya jika tekanan pada area tersebut hilang. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan penyebab munculnya callus, misalnya dengan penggunaan alas kaki yang tepat dan menggunakan lapisan atau bantalan silikon pada area lesi.[5,6]
Prinsip pengobatan pada callus meliputi menghilangkan gejala yang dikeluhkan pasien, menentukan etiologi mekanis munculnya callus, mengobati lesi, serta mencegah kekambuhan.[11]
Rawat Jalan
Pada bentuk lesi callus yang ringan pemberian moisturiser seperti emolien, penggunaan cairan salin hangat dan batu apung dapat digunakan untuk menghilangkan kulit yang menebal. Tatalaksana ini dapat dilakukan jika tidak didapatkan adanya kondisi diabetes mellitus atau infeksi kaki.[5,6]
Medikamentosa
Agen keratolitik dan humektan dapat digunakan untuk menurunkan hiperkeratosis dan membantu mengatur proliferasi epidermis. Agen keratolitik yang dapat digunakan misalnya asam salisilat, urea topikal, serta asam laktat. Pasien dengan neuropati perifer disarankan untuk tidak menggunakan asam salisilat karena dapat membuat kulit normal di sekitar lesi ikut terkelupas.[5,6,11]
Asam salisilat 12,6–40% dapat diberikan sebagai larutan atau sebagai plaster. Urea topikal 20–50% dapat diberikan bersamaan dengan silver nitrat dan balutan hidrokoloid. Agen keratolitik bekerja dengan cara membuat lesi hiperkeratosis menjadi lebih lembek sehingga lebih mudah untuk diangkat.[2]
Pembedahan
Pembedahan untuk kondisi callus hanya diindikasikan jika seluruh terapi konservatif gagal. Pembedahan dilakukan dengan debridemen mekanis menggunakan pisau bedah atau skalpel. Selain itu pembedahan juga dapat ditujukan untuk menghilangkan tonjolan tulang, jika ditemukan.[5,6,8]
Eksisi merupakan metode bedah yang paling sering dilakukan pada praktek klinis untuk mengobati callus simtomatik. Tindakan eksisi diketahui efektif, komplikasi rendah, biaya relatif terjangkau, dan dalam waktu singkat dapat memberikan penurunan keluhan nyeri secara signifikan. Namun, eksisi dilaporkan memiliki laju kekambuhan yang tinggi.[3]
Penelitian menunjukkan eksisi menjadi terapi yang lebih banyak dipilih oleh pasien (90,5%) dibanding terapi lainnya. Sebagian besar lesi (80%) dapat membaik dengan tindakan eksisi setelah satu kali tindakan. Lesi yang kambuh umumnya dapat ditemui dalam 6–12 minggu pasca tindakan. Pada penelitian tersebut kekambuhan disebabkan pasien tidak patuh terhadap rencana pengobatan.[3]
Tindakan bedah lainnya meliputi kauter, cryotherapy, laser karbon dioksida (CO2), asam trikloroasetat (TCA) dan terapi kombinasi yang dapat dilakukan selain eksisi. Tindakan ini umumnya tidak dapat menghilangkan lesi dalam satu kali tindakan terapi dan umumnya memerlukan pengulangan sebelum lesi benar-benar hilang.[3]
Terapi Suportif
Terapi suportif meliputi perawatan kulit dasar yang baik dan benar untuk mencegah kekeringan berlebihan dan memudahkan eksfoliasi kulit. Regimen perawatan kulit yang dapat dianjurkan pada pasien yaitu penggunaan sabun dengan pH yang sesuai kulit, pembersih bebas sabun, dan hindari mandi atau berendam dengan air panas.[8]
Pasien dapat dianjurkan untuk menggunakan alas kaki yang tepat, pada kasus tertentu, orthosis dan bantalan empuk seperti lembaran silikon atau kulit hewan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi gesekan pada area yang terlibat sehingga mengurangi risiko kekambuhan.[2]