Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan E-Prescription Alomedika Dermatitis Atopik general_alomedika 2023-06-23T17:36:20+07:00 2023-06-23T17:36:20+07:00
Dermatitis Atopik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Panduan E-Prescription Alomedika Dermatitis Atopik

Oleh :
dr.Nailla Fariq Alfiani
Share To Social Media:

Panduan e-prescription pada dermatitis atopik ini dapat digunakan oleh Dokter Umum saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Dermatitis atopik (DA) merupakan bentuk eksim spesifik, yaitu inflamasi kulit kronis yang mempengaruhi wajah/pipi, leher, lengan, tungkai, daerah selangkangan, dan ketiak. DA biasanya dimulai pada awal masa bayi, dikaitkan dengan peningkatan kadar imunoglobulin E (IgE). DA termasuk ke dalam serangkaian penyakit alergi lainnya, yaitu alergi makanan, asma, dan rinitis alergi.[4,19]

Tanda dan Gejala

  • Keluhan gatal yang hilang timbul, dapat sepanjang hari dan kronis
  • Gejala biasanya dipicu oleh makanan (telur, susu, gandum), tungau/debu rumah, bulu hewan, atau bahan pakaian (wol)
  • Riwayat alergi lain, seperti asma dan rhinitis alergi, atau sering mengalami infeksi saluran napas
  • Riwayat alergi pada keluarga
  • Lesi kulit pada bayi (infantil): eritema, papul, vesikel halus, eksudatif, dan krusta. Predileksi di dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan lengan dan tungkai
  • Lesi kulit pada anak: papul, sedikit eksudatif, skuama, likenifikasi, dan erosi. Predileksi di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan, dan leher
  • Lesi kulit pada remaja dan dewasa: plak papular eritematosa, skuama, likenifikasi, erosi, eksudasi, serta hiperpigmentasi. Predileksi di lipat siku, lipat lutut, leher, dahi, sekitar mata, tangan, dan pergelangan tangan[25,26]

Peringatan

Segera rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan bila:

  • Dermatitis atopik luas dan berat
  • Dermatitis atopik dependent steroid
  • Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar selama 4 minggu
  • Bila kelainan meluas hingga terjadi kondisi eritroderma[25,26]

Perhatian pada pemberian medikamentosa adalah:

  • Penggunaan steroid topikal jangka panjang dapat menyebabkan gangguan atrofi kulit, akne, eritem, striae, solar purpura, telangiektasis, dan hypertrichosis. Steroid topikal dihentikan saat lesi menghilang, dan diberikan kembali jika lesi baru muncul[27,28]
  • Penggunaan kortikosteroid topikal untuk DA di area kelopak mata dan daerah periorbital aman, tetapi harus memperhatikan efek samping glaukoma dan katarak[34]
  • Obat antihistamin generasi pertama menimbulkan sedasi sehingga sudah tidak disarankan. Antihistamin generasi kedua dianjurkan karena efek sedasi dan gangguan psikomotornya lebih rendah daripada generasi pertama[28,29]

  • Pemberian pelembab pada tata laksana DA dapat menjaga lapisan pelindung alami kulit sehingga mencegah rekurensi reaksi peradangan[25,30]

  • Studi menyimpulkan bahwa penggunaan rutin kortikosteroid sistemik untuk DA tidak dianjurkan, tetapi hanya untuk keadaan khusus dan membutuhkan konsultasi spesialis[14]
  • Studi tidak merekomendasikan penggunaan antibiotik topikal secara rutin pada pasien DA, terutama untuk jangka panjang. Hal ini karena kombinasi antibiotik topikal dan kortikosteroid topikal tidak memberikan manfaat klinis apa pun pada pengobatan DA dibandingkan dengan kortikosteroid topikal saja[32,33,37]

Medikamentosa

Tata laksana DA terutama adalah edukasi perawatan kulit harian. Jika timbul iritasi kulit, maka dapat diberikan regimen topikal steroid. Steroid sistemik dipertimbangkan pada lesi yang luas, dan pasien harus segera rujuk ke spesialis.

Perawatan Kulit Harian

Hindari faktor pemicu, misalnya pantangan makanan berprotein tinggi seperti susu sapi, telur, kacang tanah, coklat, dan ikan laut. Menghindari debu berlebih, polusi udara, dan asap rokok dapat dengan menggunakan masker.[25,26,31]

Mandi atau berendam dengan air hangat, tanpa sabun, selama 10‒15 menit dapat menjaga kebersihan kulit, membantu debridement kulit yang terinfeksi, dan meningkatkan penetrasi terapi topikal. Setelah mandi, kulit dikeringkan perlahan dan dioleskan krim pelembab.[4,10,17]

Penggunaan emolien akan memberikan kelembapan pada kulit dan membantu mencegah kehilangan air lebih lanjut. Emolien adalah senyawa hidrokarbon yang dapat memperbaiki tekstur stratum korneum. Contoh emolien di antaranya petrolatum, lanolin,  butyrospermum parkii butter/shea butter, asam lemak, kolesterol, skualen, pseudoceramide. Beberapa merk yang ada misalnya krim AquaphorⓇ, AtopiclairⓇ, dan MimyxⓇ. [4,19,30]

Steroid Topikal

Pemberian obat topikal bertujuan untuk mengatasi iritasi kulit. Pilihan obat sebagai berikut:

  • Dapat menggunakan hidrokortison krim 1% dan jika tidak ada perbaikan dapat ditingkatkan menjadi kadar 2,5%, diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi
  • Steroid potensi sedang seperti krim triamsinolon asetonid 0,1% atau krim mometason furoat 0,1% dapat diberikan pada dewasa, diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi
  • Apabila ada likenifikasi dan hiperpigmentasi dapat menggunakan steroid potensi kuat, seperti krim betametason valerat 0,1% atau krim desoksimetason 0,25%. Jika tidak membaik dapat dipilih steroid potensi lebih kuat, seperti krim betametason dipropionat 0,05% atau krim klobetasol propionat 0,05%, pilihan-pilihan krim tersebut diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi

Antibiotik Topikal

Jika terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal krim/salep asam fusidat, mupirocin, atau tetrasiklin. Dioleskan sampai 3 kali sehari selama 10 hari.[32,33,37]

Medikamentosa Sistemik

Obat antihistamin peroral diberikan untuk mengurangi gejala gatal dan reaksi inflamasi. Pilih salah satu dari obat antihistamin generasi kedua berikut:

  • Cetirizine 1x10 mg

  • Loratadine 1x10 mg[25,26,32,33]

Pilihan Terapi pada Kehamilan

Terapi lini pertama dermatitis atopik pada kehamilan adalah steroid topikal, baik yang berpotensi lemah, sedang, atau kuat. Penggunaan pada kehamilan yang paling aman menggunakan emolien, steroid topikal, dan sinar ultraviolet B. Radiasi UVB tidak dianggap teratogenik dan dapat digunakan untuk mengobati pasien hamil dengan DA.[35,36]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

4. Kim BS, James WD. Atopic Dermatitis: Practice Guideline. Medscape. 2023. http://emedicine.medscape.com/article/1049085-overview.
10. Watson, W., Kapur, S. Atopic dermatitis. All Asthma Clin Immunol 7, S4. 2011. https://doi.org/10.1186/1710-1492-7-S1-S4
17. Schwartz RA. Pediatric Atopic Dermatitis Clinical Presentation. Medscape. 2023. http://emedicine.medscape.com/article/911574-clinical#b2
19. Kolb L, Ferrer-Bruker SJ. Atopic Dermatitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023.
25. Perkumpulan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. 2017. Jakarta.
26. PB IDI. Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Catatan ke 2. 2017. Jakarta.
27. Yasir M, Goyal A, Sonthalia S. Corticosteroid Adverse Effects. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023.
28. Food Drug Administration. ZYRTEC®. (cetirizine hydrochloride)Tablets and SyrupFor Oral Use. 2002. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2002/19835s15,%2020346s8lbl.pdf
29. Oakley. Topical Steroid. 2016. https://dermnetnz.org/topics/topical-steroid/
30. Stanway A, Oakley A, Jarett P, Whittaker L. Treatment of Atopic Dermatitis. 2022. https://dermnetnz.org/topics/treatment-of-atopic-dermatitis/
31. Bakhtiar. Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana Dermatitis Atopik pada Bayi dan Anak. JKM. 2010;9(2):188-198.
33. Francis NA, Ridd MJ, Thomas-Jones E, Butler CC, Hood K, Shepherd V, Marwick CA, Huang C, Longo M, Wootton M, Sullivan F; CREAM Trial Management Group. Oral and Topical Antibiotics for Clinically Infected Eczema in Children: A Pragmatic Randomized Controlled Trial in Ambulatory Care. Ann Fam Med. 2017 Mar;15(2):124-130.
34. Drucker AM, Eyerich K, de Bruin-Weller MS, et al. Use of systemic corticosteroids for atopic dermatitis: International Eczema Council consensus statement. Br J Dermatol. 2018;178(3):768-775. doi:10.1111/bjd.15928
35. Sofine Heilskov, Mette S. Deleuran, and Christian Vestergaard. Immunosuppressive and Immunomodulating Therapy for Atopic Dermatitis in Pregnancy: An Appraisal of the Literature. 2020. https://link.springer.com/article/10.1007/s13555-020-00457-w
36. Weatherhead S, Robson SC, Reynolds NJ. Eczema in pregnancy. BMJ. 2007 Jul 21;335(7611):152-4.
37. Tran K, Wright MD. Topical Antibiotics for Infected Dermatitis: A Review of the Clinical Effectiveness and Guidelines. CADTH Rapid Response Report: Summary With Critical Appraisal. 2017. https://www.cadth.ca/sites/default/files/pdf/htis/2017/

Edukasi dan Promosi Kesehatan De...

Artikel Terkait

  • Batuk Kering pada Dewasa – Panduan e-Prescription Alomedika
    Batuk Kering pada Dewasa – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Batuk Berdahak pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
    Batuk Berdahak pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Pilek pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
    Pilek pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Perlukah Berhenti Meresepkan Antihistamin Generasi Pertama pada Kasus Alergi?
    Perlukah Berhenti Meresepkan Antihistamin Generasi Pertama pada Kasus Alergi?
  • Demam pada Anak (1–5 Tahun) – Panduan E-Prescription Alomedika
    Demam pada Anak (1–5 Tahun) – Panduan E-Prescription Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Nabel
Dibalas 11 April 2025, 15:05
Pseudoefedrin sudah bisa diresepkan dari My Patient Alomedika?
Oleh: dr.Nabel
1 Balasan
Alo Dokter, kupikir resep pseudoefedrin tidak bisa diberikan secara online. Tetapi, kemarin saat saya coba kirim resep dari My Patient Alomedika, saya bisa...
dr.Meidina
Dibalas 08 April 2025, 15:50
Pengalaman tulis resep di fitur My Patient Alomedika
Oleh: dr.Meidina
2 Balasan
Gak nyangka bakal semudah ini buat bantu saudara saat lebaran di Bandung kemarin. Hari ke-2 lebaran kemarin, ada saudara yang mengeluh batuk pilek dan...
Anonymous
Dibalas 27 Maret 2025, 07:20
Untuk meresepkan obat di fitur My Patient, apakah harus punya SIP?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya Alo dokter,Saya mau mengirim resep obat asma rutin adek saya yang ada di Bandung. Apakah bisa melalui Alomedika - My Patient? Apa saja...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.