Diagnosis Dermatitis Atopik
Diagnosis dermatitis atopik (DA) berdasarkan anamnesis umumnya pasien datang dengan keluhan pruritus, dan pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi kulit khas dermatitis atopik. Pada anamnesis dapat digali faktor risiko dan alergen pencetus, yang kemudian akan dipastikan melalui pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Anamnesis
Pasien DA umumnya datang dengan keluhan pruritus yang hilang timbul atau kronis, dimana onset keluhan seringkali pada usia dini. Anamnesis juga dilakukan untuk menggali faktor risiko DA, seperti riwayat penyakit atopik pada keluarga (asma, rhinitis alergi, urtikaria, maupun alergi lainnya), serta faktor risiko yang menjadi pencetus timbulnya lesi kulit. Untuk bentuk lesi kulit, terutama pada pasien anak, perlu ditanyakan kebiasaan pasien menggaruk yang bisa meninggalkan ekskoriasi, parut hipertrofik atau keloid.[4,9,17]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, lesi yang tampak pada DA berbeda-beda, tergantung usia pasien. Menurut Hill dan Sulzberger, dermatitis atopik dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase infantil/bayi, anak, dan dewasa.[4,9]
Fase Infantil/Bayi (0-2 Tahun)
Lesi akut biasanya muncul sesaat setelah lahir, ataupun pada bulan-bulan pertama kehidupan. Tanda awal berupa dermatoxerosis pada area lipatan, seperti fossa popliteal dan antekubital. Beberapa minggu kemudian, lesi cenderung terlokalisir di pipi, dahi, kulit kepala, atau area ekstensor tungkai. Kemudian DA dapat mengenai seluruh tubuh. Lesi yang muncul berupa gambaran eksim luas, yaitu plak eritema, eksudasi, skuama, krusta, atau ekskoriasi yang disebabkan garukan kuku bayi. Sementara itu, likenifikasi jarang terlihat pada masa bayi.[4,9,17]
Fase Anak (2 Tahun‒Pubertas)
Dermatoxerosis pada DA anak lebih tergeneralisir, batas tidak tegas, disertai kulit yang terkelupas dan kasar. Secara spesifik, lesi DA pada anak dibedakan menjadi lesi akut, subakut, dan kronis. Lesi keadaan akut berupa papul eritema, kadang disertai vesikel yang diasosiasikan dengan ekskoriasi ekstensif, dan erosi disertai eksudat serosa akibat garukan karena rasa gatal yang hebat. Pada keadaan subakut, lesi dapat berupa plak eritema, eksudat, krusta, ekskoriasi, dan skuama. Sedangkan lesi kronis berupa plak likenifikasi atau penebalan kulit, papul fibrotik (prurigo nodularis), dan berbagai kombinasi lesi dari fase sebelumnya.[4,9,17]
Likenifikasi merupakan tanda khas DA pada anak, akibat proses menggaruk yang berulang. Biasanya distribusi lesi simetris di area lipatan fleksural, seperti pergelangan tangan, antecubital, lipatan paha, dan popliteal. Sering juga ditemukan di dahi, leher dan intragluteal. Lesi eritema dan skuama terkadang muncul di sekitar mata, sehingga memberikan gambaran lipatan Dennie-Morgan. [4,9,17]
Fase Dewasa (Pubertas‒Dewasa)
DA jarang terjadi pada usia dewasa, dan biasanya merupakan DA anak yang berlanjut. Kulit yang sangat kering dan mudah teriritasi biasa disebut eksim. Lesi berupa papul atau plak, eritema, skuama, dan likenifikasi yang luasnya dipengaruhi proses menggaruk pasien. Predileksi pada lipatan fleksural, wajah, leher, lengan atas, punggung, serta dorsal tangan, kaki, jari tangan, dan jari kaki.[4,9]
Tanda dan gejala bisa lebih ringan, dengan lesi yang menjadi lebih samar dan membaur. Sering terlihat bercak tebal yang lebih gelap dari kulit sekitarnya (hiperpigmentasi pascainflamasi), atau lebih terang (hipopigmentasi pascainflamasi), yang dapat menimbulkan rasa gatal hampir setiap saat. Cincin makula kecoklatan pada leher merupakan tanda khas DA dewasa, tetapi tidak selalu ada. Gambaran Ini menunjukkan adanya deposit terlokalisir dari amyloid.[4,9]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding DA tergantung lesi kulit, gejala penyerta yang muncul, dan usia pasien.
Dermatitis Seboroik
DA pada bayi sangat sulit dibedakan dengan dermatitis seboroik, karena keduanya sering memberikan gambaran cradle cap pada vertex kulit kepala. Dapat dibedakan dengan gambaran lesi dermatitis seboroik yang lebih berminyak, kekuningan, jarang disertai xerosis dan pruritus, serta lebih sering muncul pada area intertriginosa dan area popok. Sedangkan DA lebih kering, disertai krusta, dan pruritus. [4,17]
Skabies
Manifestasi klinis Skabies pada bayi dan anak-anak adalah erupsi pruritik, polimorfik, eritema, dan terowongan. Diagnosis skabies dapat dibedakan dengan keberadaan pustula pada tangan dan kaki, anggota keluarga atau orang lain yang serumah juga mengalami gatal, dan area yang terinfeksi biasanya yang lembab dan hangat. [4,17]
Dermatitis Kontak Alergi
Lesi dermatitis kontak alergi akibat nikel pada anak atau bayi memberikan gambaran yang sama dengan DA, tetapi area dermatitis berbatas tegas sesuai dengan tempat yang sering terkena kontak dengan nikel. Selain itu, lesi di area wajah maupun dermatoxerosis jarang terlibat pada dermatitis kontak alergi.[4,17]
Imunodefisiensi
Anak yang sering mengalami gatal berat, dermatitis general, dan infeksi berulang, harus dicurigai mengalami imunodefisiensi. Adanya kondisi failure to thrive (gagal tumbuh) dan infeksi berulang dapat membedakan erupsi akibat imunodefisiensi dengan DA.[4,17]
Mikosis Fungoides
Mikosis fungoides dengan bercak hipopigmentasi terkait dermatitis dapat sulit dibedakan dengan DA pada dewasa dan remaja.[4,17]
Psoriasis Plak
Lesi psoriasis plak pada anak biasanya tidak terlalu tebal dan lebih sedikit bersisik. Psoriasis biasanya muncul pada area popok dan di area fleksural.[4,17]
Tinea Korporis
Manifestasi tinea korporis biasanya lesi tunggal, tetapi akibat terapi steroid yang tidak tepat dapat menyebabkan dermatitis luas. Dibedakan dengan DA berdasarkan keterlibatan area wajah, adanya xerosis, dan usia onset kejadian.[4,17]
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang spesifik untuk mendiagnosa DA, karena biasanya cukup melalui anamnesis riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Namun, beberapa pemeriksaan tambahan dapat dilakukan yaitu:
- Pemeriksaan level IgE (imunoglobulin E) dalam serum yang dapat meningkat
Biopsi kulit yang akan menunjukkan gambaran dermatitis spongiotik akut, subakut, atau kronis
- Tes alergi seperti skin prick test untuk mengidentifikasi alergen pencetus keluhan[4,18]
Pada DA dengan infeksi sekunder, pemeriksaan swab kulit yang terinfeksi dilakukan untuk mengisolasi organisme spesifik dan menguji sensitivitas antibiotik. Pemeriksaan swab untuk PCR (polymerase chain reaction) virus dapat mengidentifikasi superinfeksi virus herpes simpleks atau eczema herpeticum. Selain itu, dapat pula dilakukan pemeriksaan darah lainnya untuk mencari gangguan imunitas.[4,18]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja