Etiologi Dermatitis Atopik
Etiologi dermatitis atopik (DA) diduga terkait dengan mutasi genetik dan pengaruh lingkungan. Mutasi genetik menyebabkan reaksi hipersensitivitas terhadap alergen tertentu. Sedangkan, pengaruh lingkungan berdasarkan penelitian berperan sebagai faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit dermatitis atopik, di antaranya faktor sosioekonomi dan demografi.[4,12,17]
Etiologi DA dapat diketahui dari pemahaman terkini patogenesis dermatitis atopik. Kebanyakan penderita DA memiliki riwayat keluarga dengan penyakit atopik, baik dermatitis atopik, asma, atau rhinitis alergi.
Dermatitis atopik pada anak dengan salah satu orang tua menderita DA memiliki prevalensi 60%, dan prevalensi anak dengan kedua orang tua menderita DA meningkat hingga hampir 80%. Sedangkan, risiko menderita DA pada anak kembar monozigotik mencapai 77%, dibandingkan pada kembar dizigotik adalah 15%.[4,17]
Faktor Risiko
Mengetahui faktor risiko diharapkan dapat melakukan pencegahan primer dermatitis atopik. Faktor risiko terkena DA di antaranya adalah:
- Riwayat keluarga dengan penyakit atopik
- Sosioekonomi tinggi, hal ini karena keluarga yang tinggal di area perkotaan berisiko terpapar polusi
- Tingkat pendidikan orang tua yang tinggi sehingga higiene anak sangat tinggi, dimana terdapat hipotesis bahwa peningkatan DA berhubungan dengan penurunan paparan berbagai infeksi dan endotoksin bakteri di masa kanak-kanak
- Tinggal di daerah dengan iklim yang ekstrim, yaitu cuaca yang terlalu panas atau dingin berperan sebagai iritan atau alergen
- Antigen makanan, walaupun masih kontroversial, tetapi reaksi makanan akut seperti urtikaria dan anafilaksis sering ditemukan pada anak dengan DA
- Alergen lingkungan lainnya, seperti kontak iritan, keringat, aeroallergen, dan stres dapat memicu eksaserbasi[4,12,14,17]
Beberapa faktor risiko prenatal dan neonatal masih banyak diteliti, di antaranya:
- Diabetes gestational
- Ibu hamil mengonsumsi alkohol
- ASI eksklusif
- Peran probiotik dalam usus bayi
- Paparan asap tembakau[4,13,17]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja