Penatalaksanaan Dermatitis Atopik
Penatalaksanaan dermatitis atopik (DA) memerlukan pendekatan komprehensif, menggabungkan upaya edukasi dan terapi farmakologi. Walaupun DA tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, gejala klinis dapat dikontrol dengan berbagai terapi dan perawatan diri. Termasuk identifikasi dan eliminasi faktor risiko yang dapat mengakibatkan perburukan gejala, seperti iritan, alergen, agen infeksius, dan stressor emosi.
Menjaga Hidrasi Kulit
Menjaga hidrasi kulit sangat penting dalam penanganan DA, di antaranya dengan cara mandi air hangat, menggunakan pelembab kulit, dan wet dressing. Hidrasi kulit juga harus diperhatikan dalam pemilihan bahan pakaian, diet, dan aktivitas.[4,10,17]
Mandi
Mandi bahkan berendam dengan air yang hangat selama 5‒10 menit, 1‒2 kali sehari dapat menghidrasi kulit. Frekuensi mandi disesuaikan dengan tingkat keparahan DA. Prosis ini dianjurkan untuk membantu membersihkan kulit, membantu dalam debridement kulit yang terinfeksi, dan meningkatkan penetrasi terapi topikal. Harus dihindari penggunaan sabun mengandung pengharum maupun zat lain yang dapat mengiritasi kulit. Setelah mandi, kulit jangan digosok dengan handuk, sebaiknya dikeringkan dengan pelan dan tetap sedikit basah.[4,10,17]
Pelembab Kulit
Peranan pelembab dalam tata laksana dermatitis atopik adalah untuk menjaga barrier kulit agar tidak mudah ditembus oleh berbagai paparan dari luar, yang dapat mencetuskan reaksi peradangan. Pilihan pelembab untuk penderita DA sebaiknya dalam bentuk emolien yang kental, dan mengandung sedikit atau tanpa air agar melekat lebih lama. Pelembab diaplikasikan 2x sehari atau seperlunya, tanpa digosok keras, dan paling baik diberikan setelah mandi.[4,10,17]
Wet dressing
Wet dressing atau membalut basah kulit dilakukan untuk membantu menenangkan lesi kulit, mengurangi gatal dan eritema, melembutkan krusta, dan mencegah pasien menggaruk. Sehingga diharapkan proses penyembuhan DA lebih cepat, dan didapatkan perlindungan kulit kontak dengan alergen dan bakteri. Penerapan wet dressing harus ditunda 2‒3 hari setelah terapi antibiotik topikal selesai pada lesi superinfeksi. Pada wet dressing menggunakan larutan kortikosteroid harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat efek samping pada kulit maupun supresi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal.[17]
Mengatasi Iritasi Kulit
Beberapa regimen dapat digunakan untuk mengatasi iritasi kulit akibat DA. Regimen utama adalah topikal steroid. Regimen lain yang dikembangkan untuk mencapai remisi klinis bebas pengobatan jangka panjang di antaranya immunomodulator dengan calcineurin inhibitor, interleukin inhibitor, bahkan fototerapi.
Steroid Topikal
Steroid topikal merupakan terapi pilihan utama untuk DA. Bahan dasar salep lebih disukai terutama pada lingkungan yang kering. Steroid topikal yang dapat dapat digunakan adalah:
Hidrokortison 1%, diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi di area wajah dan lipatan
- Triamsinolon dan betamethasone valerate (steroid potensi sedang), diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi di seluruh tubuh, hindari area wajah dan lipatan
- Regimen bubuk hidrokortison 1.25% dalam acid mantle, digunakan tipis-tipis sebagai pelembab untuk terapi pemeliharaan, dinilai efektif dan aman untuk digunakan dalam periode bulan[4,5]
Steroid dihentikan saat lesi menghilang, dan diberikan kembali jika lesi baru muncul. Pada sebuah penelitian oleh Heck et al, dikatakan bahwa penggunaan kortikosteroid topikal untuk DA di area kelopak mata dan daerah periorbital aman, tetapi harus memperhatikan efek samping glaukoma dan katarak.[4,19]
Calcineurin Inhibitor Topikal
Calcineurin inhibitor merupakan terapi imunomodulator yang saat ini digunakan sebagai terapi lini kedua DA. Regimen ini berfokus pada pengurangan gejala dengan mengendalikan peradangan kulit yang tidak berhasil dengan kortikosteroid topikal. Pilihan regimen ini adalah:
- Salep takrolimus 0,03% yang sudah disetujui sebagai terapi berkala untuk DA sedang hingga berat pada anak usia 2 tahun ke atas
- Salep takrolimus 0,1% pada pasien dewasa
- Krim pimekrolimus 1% dapat digunakan sebagai terapi DA ringan hingga sedang pada pasien anak usia 2 tahun ke atas
Takrolimus dan pimekrolimus dapat diberikan dengan cara dioleskan tipis sebanyak 2 kali sehari, dan digunakan sampai gejala DA hilang. Takrolimus terbukti aman dan efektif untuk digunakan selama 4 tahun, sedangkan pimekrolimus sampai 2 tahun. Terapi imunomodulator untuk DA ini harus dikembangkan untuk mencapai remisi klinis bebas pengobatan jangka panjang, dengan induksi toleransi imun.[4,17,20]
Interleukin Inhibitor Subkutan
Interleukin inhibitor merupakan terapi DA terbaru yang bertujuan agar pasien bebas pengobatan jangka panjang. Terapi DA yang ditargetkan ini berdasarkan pemahaman yang lebih baik tentang patofisiologinya. Beberapa pengobatan interleukin inhibitor yang dipublikasikan telah pada fase II dan III adalah dupilumab, tralokinumab, lebrikizumab, nemolizumab, antibodi anti-OX40, baricitinib, abrocitinib, dan upadacitinib.[4,17,21]
Dupilumab merupakan antibodi monoklonal yang menghambat pensinyalan IL-4 dan IL-3. Pada Maret 2017, FDA sudah menyetujui penggunaan Dupilumab pada pasien dewasa dengan DA sedang hingga berat yang tidak dapat dikontrol dengan terapi topikal yang umum digunakan. Dupilumab diberikan dalam dosis 600 mg secara subkutan, kemudian dilanjutkan 1 minggu setelahnya dengan dosis 300 mg secara subkutan.[4,17,21]
Fototerapi
Sinar matahari alami dapat memberikan manfaat bagi pasien DA, tetapi sinar matahari yang terlalu panas dan menyengat akan memicu keringat dan pruritus. Oleh karena itu, fototerapi dengan broadband UVB, broadband UVA, narrowband UVB (311 nm), UVA-1 (340-400 nm), dan kombinasi UVAB dapat dipilih sebagai terapi tambahan DA.[4,17,22]
Fototerapi umumnya dianggap aman dan dapat ditoleransi dengan baik, dengan persentase efek samping jangka pendek dan jangka panjang yang rendah. Efek jangka pendek dapat berupa eritema, nyeri kulit, pruritus, dan pigmentasi. Sedangkan efek jangka panjang adalah penuaan kulit dini dan keganasan kulit. Sehingga fototerapi harus dilakukan dengan hati-hati, terutama pada pasien anak, dan harus mempertimbangkan kondisi pasien secara keseluruhan.[4,17,22]
Mengurangi Gejala Secara Sistemik
Antihistamin oral dapat diberikan untuk mengurangi gejala gatal dan reaksi inflamasi, misalnya obat hydroxyzine dan diphenhydramine. Namun, penggunaan obat sistemik ini tidak efektif tanpa perawatan lain. Pada pasien dengan eksim herpetikum, efektif diberikan asiklovir sistemik. Pada pasien DA berat, terutama pada orang dewasa, pemberian methotrexate, azathioprine, cyclosporine, dan mycophenolate mofetil telah terbukti bermanfaat.[4,5,17]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja