Edukasi dan Promosi Kesehatan Dermatitis Kontak Iritan
Edukasi dan promosi kesehatan dermatitis kontak iritan (DKI) meliputi pengenalan akan iritan yang berpotensi menyebabkan DKI, langkah-langkah pencegahan yang perlu dilakukan, dan langkah-langkah awal yang dilakukan bila terkena iritan.
Edukasi Pasien
Pasien diedukasi bahwa dermatitis kontak iritan adalah kelainan pada kulit yang terjadi setelah terekspos pada suatu iritan. Penyebab paling sering dari DKI adalah produk-produk yang sering digunakan dalam sehari-hari seperti sabun, detergen, alkohol.
DKI paling sering ditemukan pada tangan, dimana lesi muncul sebagai kemerahan, kulit kering, gatal. Pada iritan tertentu, dapat menyebabkan pembengkakan dan bula. Pasien diedukasi bahwa selama iritan belum diketahui/tetap digunakan, gejala DKI dapat tetap bertahan bahkan semakin parah.[17]
Pasien yang mendapatkan kortikosteroid topikal perlu diedukasi bahwa penggunaannya hanya bersifat jangka pendek; kortikosteroid topikal jangka panjang dapat menyebabkan atrofi kulit, kerusakan sawar kulit, dan peningkatan sensitivitas terhadap iritan.[18]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Untuk mencegah dermatitis kontak iritan pada tangan, penggunaan sarung tangan lateks sebaiknya dihindari. Gunakan sarung tangan nonlateks yang dibawahnya dilapisi bahan katun untuk menyerap keringat. Jaga tangan agar tetap bersih, kering, dan lembap sebisa mungkin.[10,17]
Pada petugas kesehatan, dermatitis kontak iritan umumnya disebabkan oleh seringnya mencuci tangan, pemakaian sarung tangan, dan penggunaan disinfektan atau detergen yang keras. Sebagai tindakan pencegahan dermatitis kontak iritan, petugas kesehatan dianjurkan menggunakan hand rub berbasis alkohol, dan hanya mencuci tangan jika tangan tampak jelas terkontaminasi oleh tanah, darah, atau materi protein dan duh tubuh lain.[14]
Pencegahan Primer pada Lingkungan Kerja
Pada prinsipnya, pencegahan primer bertujuan menghindari paparan iritan. Di lingkungan kerja, pencegahan primer meliputi kontrol engineering, proteksi diri (alat pelindung diri, penggunaan krim pelindung kulit), modifikasi lingkungan kerja, edukasi kesehatan, kontrol administratif, serta kontrol regulasi.
Kontrol Engineering:
Kontrol engineering misalnya substitusi bahan kimia menjadi bahan lain yang lebih tidak iritan, atau pengaturan ventilasi pada kasus yang diakibatkan paparan via udara.
Penggunaan Alat Pelindung Diri:
Alat pelindung diri yang dapat dokter rekomendasikan bergantung pada iritan penyebab. Pemilihan alat pelindung diri didasari pada properti fisik maupun kimiawi, fleksibilitas, aksesibilitas, serta harga. Alat proteksi contohnya apron, sarung tangan, sepatu bot, dan kacamata.
Penggunaan Krim Pelindung:
Studi metaanalisis menunjukkan barrier cream atau krim pelindung dapat memproteksi kulit sehingga mencegah timbulnya dermatitis kontak iritan, tetapi studi RCT yang diikutsertakan sayangnya kurang terstandarisasi sehingga level of evidence terhitung rendah.[7]
Kebersihan Diri:
Selesai melakukan kegiatan yang berkontak dengan bahan iritan, gunakan air dan sabun untuk menghilangkan iritan dari kulit. Terkadang sabun abrasif diperlukan untuk menghilangkan minyak atau gemuk dari stratum korneum.
Kebersihan diri juga termasuk membersihkan alat pelindung diri secara rutin.
Modifikasi Lingkungan Kerja:
Modifikasi lingkungan kerja dapat dilakukan dengan cara menutup area kerja dengan handuk protektif atau absorbent, membersihkan area kerja dengan cairan pembersih, vakum, atau menyapu dan mengepel untuk menghilangkan debu atau partikulat yang dapat bersifat iritatif.
Kontrol Administratif:
Kontrol administratif meliputi pengaturan beban kerja seperti rotasi shift, pembagian jumlah jam kerja yang melibatkan paparan dengan bahan iritan, dan rotasi pekerja ke departemen lain.
Kontrol Regulasi:
Kontrol meliputi pemberian label serta penjelasan mendetail mengenai potensi bahaya kesehatan pada seluruh produk yang bersifat iritan.[3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja