Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Furunkulosis general_alomedika 2022-11-03T15:32:52+07:00 2022-11-03T15:32:52+07:00
Furunkulosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Furunkulosis

Oleh :
dr. Agnes Tjakrapawira
Share To Social Media:

Patofisiologi furunkulosis diawali dengan masuknya bakteri ke dalam kulit yang terluka, misalnya pada luka sayat atau gigitan. Bakteri akan menginvasi jaringan kulit dan menyebabkan reaksi peradangan. Bakteri yang paling sering menyebabkan furunkulosis adalah Staphylococcus aureus.

Invasi Bakteri dan Inflamasi pada Jaringan

Staphylococcus aureus  (S. aureus) merupakan bakteri komensal kulit. Namun, jika S. aureus masuk melalui jaringan kulit yang terbuka, akan terjadi reaksi inflamasi lokal sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Selain furunkulosis, infeksi S. aureus juga dapat menyebabkan impetigo, abses kulit, hidradenitis suppurativa, dan mastitis.

Kulit dapat menjadi terbuka akibat luka, misalnya karena prosedur kateterisasi atau insisi operatif. Selain itu, bakteri juga dapat masuk karena sawar kulit yang mengalami mikrotrauma, misalnya karena dermatitis atopik atau luka akibat bercukur.[7–9]

Saat patogen masuk ke folikel rambut melalui jaringan kulit yang terbuka, sel-sel imun seperti makrofag dan sel mast akan teraktivasi dan mengeluarkan sitokin. Sisa-sisa sel imun, jaringan nekrotik, dan reaksi peradangan menyebabkan timbulnya abses.[1,2,7,8]

Pada individu muda yang sehat, umumnya furunkulosis dapat sembuh tanpa sekuele. Namun, rekurensi juga cukup sering dilaporkan. Penyebab rekurensi belum diketahui pasti, tetapi diduga berkaitan dengan kolonisasi S. aureus.[5]

Faktor yang dapat meningkatkan risiko rekurensi antara lain riwayat keluarga dengan furunkulosis, anemia, riwayat penggunaan antibiotik jangka panjang, diabetes mellitus, kebersihan diri yang buruk, serta pada pasien dengan gangguan sistem imun, misalnya akibat infeksi human immunodeficiency virus (HIV).[1,10,11]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Ibler K, Kromann C. Recurrent furunculosis – Challenges and management: a review. Clinical, Comestic and Investigational Dermatology. 2014; 7: 59-64. Doi: 10.2147/CCID.S35302.
2. Atanaskova N, Tomecki K. Innovative Management of recurrent Furunculosis. 2010. Dermatol Clin 28 (2010) 479–487 doi:10.1016/j.det.2010.03.013
5. Universitas Airlangga. Buku Seri Dermatologi dan Venereologi 1: Infeksi Bakteri di Kulit. Airlangga University Press. 2019. https://repository.unair.ac.id/95086/1/Infeksi%20Bakteri%20Kulit.pdf
7. Nowicka D, Grywalskab E, Staphylococcus aureus and Host Immunity in Recurrent Furunculosis. Dermatology. 2019;235:295–305, DOI: 10.1159/000499184.
8. Nowicka D, Grywalska E, Hymos A, Meilnik M, Rolinski J. Possible Immunomodulating Effect of Retinol on Cytokines Secretion in Patients with Recurrent Furunculosis. Archivum Immunologiae et Therapiae Experimentalis. 2018;66:73–79. doi: 10.1007/s00005-017-0483-5.
9. Baorto EP. Staphylococcus Aureus Infection. Medscape. 2021 https://emedicine.medscape.com/article/971358-overview#a1
10. Demos M, McLeod MP, Nouri K. Recurrent furunculosis: a review of the literature. British Journal of Dermatology, 2012. 167(4), 725–732. doi:10.1111/j.1365-2133.2012.11151.x
11. Winters RD, Mitchell M. Folliculitis. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547754/

Pendahuluan Furunkulosis
Etiologi Furunkulosis
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 02 November 2024, 08:57
Pasien dengan furunkulosis multiple
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alodokter, ijin diskusiPasien di PKM, keluhan timbul benjolan-benjolan pada kepala dan area sekitar leher sampai bahu serta di area gluteus, benjolan...
Anonymous
Dibalas 26 Februari 2024, 09:02
Benjolan di telinga yang terasa nyeri selama 2 hari
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin konsultasi pasien laki2 usia 26 tahun dengan keluhan benjolan di telinga sudah 2 hari, benjolan nyeri + dan nyut2an, riwayat demam batuk...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.