Diagnosis Granuloma Piogenik
Diagnosis granuloma piogenik perlu dicurigai pada pasien yang datang dengan nodul vaskular kemerahan, halus atau berlobus, dan tumbuh dengan cepat dalam beberapa minggu atau bulan. Pada kebanyakan kasus, pasien datang akibat perdarahan pada lesi yang terus menerus.[11]
Anamnesis
Pada anamnesis, pasien dapat mengeluhkan adanya lesi atau benjolan kemerahan yang muncul tiba-tiba. Dari onset munculnya keluhan hingga ke ukuran maksimal, seringkali terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Benjolan tidak terasa nyeri, dapat pecah secara spontan dan mengeluarkan darah, lalu berlanjut dengan adanya iritasi.[2,9,10]
Karakteristik Lesi
Lesi biasanya soliter namun lesi satelit dapat terbentuk di bagian proksimal. Lesi yang matur dapat berbentuk polipoid atau bertangkai. Warna bervariasi mulai dari merah hingga coklat kemerahan, atau keunguan.[1]
Diameter bervariasi mulai dari beberapa milimeter untuk lesi yang kecil hingga beberapa sentimeter untuk lesi yang lebih besar. Lokasi yang paling sering ditemukan adanya granuloma piogenik adalah area kepala, leher, jari tangan, dan batang tubuh bagian atas.[1,2,9,10]
Permukaan lesi seringkali rapuh, dan mudah berdarah walaupun dengan trauma yang kecil. Bila terjadi perdarahan berulang, perdarahan dapat sulit dikendalikan. Terkadang pasien datang dengan plester yang ditempelkan di atas lesi sebagai usaha untuk mencegah atau menghentikan perdarahan.[1,9]
Riwayat Medis
Riwayat penyakit serupa sebelumnya dapat digali untuk mengetahui rekurensi dari lesi, apakah ada di lokasi yang sama atau berbeda. Riwayat trauma sebelumnya, cedera saraf perifer, dan penyakit lain harus digali untuk mengetahui faktor risiko. Tanyakan juga pada pasien wanita apakah sedang hamil dan apakah pada kehamilan sebelumnya terdapat lesi serupa.[1,2]
Riwayat Terapi Medikamentosa
Riwayat obat yang dikonsumsi dapat digali dan dicatat. Terdapat bukti bahwa retinoid sistemik dapat mencetuskan lesi serupa granuloma pyogenik. Lesi muncul lebih sering setelah pemberian isotretinoin. Granuloma piogenik juga dilaporkan terjadi bersamaan dengan pemberian acitretin dan juga retinoid topikal.[1]
Antiretroviral indinavir berhubungan dengan berkembangnya granuloma piogenik, terutama pada jempol kaki. Periungual granuloma piogenik dapat terjadi pada terapi epidermal growth factor receptor inhibitor (EGFR-I), seperti gefitinib dan afatinib, terutama dalam jangka waktu 2 bulan setelah paparan obat. Panitumumab dapat memicu granuloma piogenik pada kuku.
Obat antineoplastik lain yang berkaitan dengan berkembangnya granuloma piogenik yaitu fluorouracil, capecitabine, mitoxantrone, docetaxel dan paclitaxel, vemurafenib, blinatumomab, dan ramucirumab.[2]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, granuloma piogenik akan didapatkan lesi papul atau nodul polipoid yang rapuh, seringkali soliter namun dapat juga memiliki satelit. Papula atau nodul dapat berukuran mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Ukuran rata-rata adalah 6,5 mm. Warna mulai dari merah cerah hingga coklat atau keunguan.[1,2,9,10]
Terdapat laporan adanya lesi raksasa berukuran 25 cm pada pasien dengan HIV positif, namun lesi besar tersebut sangatlah jarang. Lesi klasik berbentuk seperti raspberry, eksofitik, dengan permukaan lembut. Mudah terjadi perdarahan, erosi, ulserasi, ataupun purulensi. Lesi regresi dapat muncul sebagai fibroma yang lunak.[2]
Lesi pada Kehamilan
Pada pasien hamil, lokasi yang paling sering mengalami granuloma piogenik adalah pada permukaan mukosa intraoral rahang atas. Akan tetapi, jaringan intraoral, peroral, dan non-oral dapat terlibat.[2]
Granuloma Periungual
Granuloma piogenik periungual yang soliter dapat menyerupai lesi periungual lain, seperti paronikia akut, dan terjadi secara sekunder akibat trauma atau infeksi lokal baik akut maupun kronis.
Granuloma piogenik periungual multipel terjadi paling banyak karena obat, namun dapat juga berhubungan dengan dermatosa kronis seperti dermatitis atopik dan psoriasis.[1,2]
Granuloma Piogenik Satelit
Muncul dengan cara erupsi di sekitar area lesi awal. Kondisi ini sangat jarang terjadi. Berdasarkan laporan kasus, seringkali terjadi setelah trauma pada lesi primer, biasanya terjadi setelah pengobatan dengan eksisi.[1]
Granuloma Piogenik Diseminata
Jarang terjadi, namun banyak didokumentasikan terjadi secara spontan atau setelah trauma seperti luka bakar. Telah dilaporkan pula pada pasien dengan acne nodulosistik parah yang menggunakan isotretinoin dan penggunaan G-CSF (Granulocyte colony-stimulating factor) pada pasien dengan defisiensi imun.[1]
Diagnosis Banding
Walaupun granuloma piogenik dapat didiagnosis secara klinis, terdapat beberapa lesi yang mencurigakan dan harus dipastikan melalui pemeriksaan histopatologi.[1,2,9,10]
Veruka
Bentuk granuloma piogenik dan veruka vulgaris bisa sangat mirip. Pada veruka, terjadi infeksi kulit oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe 2, 4, 27, dan 29. Lesi berupa hiperkeratosis pada kulit.
Veruka ditandai dengan papul atau nodul bersisik berukuran 1-10 mm. Permukaan lesi kasar disertai bintik berwarna merah atau coklat. Lesi dapat muncul tunggal atau multipel. Lesi dapat timbul di kulit bagian mana saja, namun paling banyak pada dorsum manus dan jari tangan.
Hemangiomam Infantil
Hemangiomas infantil dapat ditemukan pada masa bayi sebagai papul, nodul, atau plak berwarna merah terang yang tumbuh dengan cepat. Meski begitu, lesi jarang menimbulkan perdarahan, sehingga berbeda dengan granuloma piogenik. Pemeriksaan histopatologi dapat membedakan kedua kondisi tersebut secara lebih pasti.[18]
Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal adalah kondisi keganasan kulit non melanositik yang berasal dari sel basal. Lesi dapat berupa papul seperti lilin disertai depresi sentral, menyerupai mutiara. Lesi sering mengalami erosi atau ulserasi, serta mudah berdarah terutama setelah terkena trauma. Kondisi ini dibedakan dengan granuloma piogenik melalui pemeriksaan histologi.
Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa umumnya muncul sebagai ulkus dengan peninggian pada tepi. Lesi dapat tertutup plak dengan predileksi pada area yang terpapar sinar matahari. Kondisi ini dibedakan dengan granuloma piogenik melalui pemeriksaan histologi.
Sarkoma Kaposi
Sarkoma Kaposi dengan gambaran lesi elevasi atau polipoid dapat menyerupai granuloma piogenik. Lesi pada sarkoma Kaposi jarang menimbulkan perdarahan bermakna. Biopsi dapat membedakan kedua kondisi ini.[18,22]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada granuloma piogenik berupa pemeriksaan histopatologi dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis, serta menyingkirkan diagnosis banding termasuk bentuk lain dari hemangioma kapiler. Sebaiknya semua spesimen yang diambil dikirim untuk pemeriksaan histopatologi, terutama pada lesi persisten, agar dapat mendeteksi kanker yang merupakan salah satu diagnosis banding granuloma piogenik.[1,2]
Pada pemeriksaan mikroskopik akan didapatkan:
- Proliferasi vaskular dengan pola lobular disertai inflamasi dan edema, menyerupai jaringan granulasi
- Epidermis tipis di bagian atas dengan ulserasi yang bervariasi
- Akantosis dan hiperkeratosis di pinggir jaringan
- Pembuluh darah bercabang sentral yang disebut lobulus kapiler atau vaskular, dengan atau tanpa sel darah merah, dikelilingi oleh sel endotel
- Aktivitas mitosis yang bervariasi
- Lesi yang dalam seringkali tidak disertai edema dan inflamasi[10]