Epidemiologi Granuloma Piogenik
Data epidemiologi menunjukkan bahwa granuloma piogenik terjadi pada pasien dari segala usia, dengan puncak insiden pada usia 13-35 tahun. Data di Amerika Serikat memperkirakan sekitar 0,5% dari nodul di kulit pada anak-anak merupakan granuloma piogenik. Varian granuloma piogenik sebagai tumor kehamilan terjadi sekitar 5% dari kehamilan.[1,2]
Global
Granuloma piogenik terjadi di seluruh belahan dunia. Prevalensi pada pria dan wanita diperkirakan serupa. Tetapi, lesi mukosa oral diperkirakan lebih sering pada wanita dibanding pria.
Granuloma piogenik jarang terjadi pada anak berusia di bawah 6 bulan. Usia puncak onset untuk lesi kulit adalah antara usia 13-35 tahun. Untuk pasien ≤17 tahun, usia rata-rata presentasi klinis adalah 6,7 tahun. Selain lesi yang terjadi pada kehamilan, kejadian granuloma piogenik menurun secara linier seiring bertambahnya usia.[2]
Indonesia
Belum terdapat data yang pasti mengenai prevalensi granuloma piogenik di Indonesia.
Mortalitas
Belum terdapat data mengenai mortalitas granuloma piogenik. Dikarenakan lokasi yang seringkali terlibat adalah area wajah, maka keluhan terkait kosmetik dan menurunnya rasa percaya diri dapat mengakibatkan distress psikologis. Hal ini juga diperparah dengan adanya kemungkinan rekurensi.
Obat kemoterapi yang digunakan untuk kanker payudara, docetaxel, telah dilaporkan menyebabkan granuloma piogenik dan dapat memperberat morbiditas pasien.[1,7]