Edukasi dan Promosi Kesehatan Herpes Zoster
Edukasi dan promosi kesehatan herpes zoster perlu mencakup pentingnya pemberian vaksinasi varicella pada anak. Laporan menunjukkan adanya angka insidensi infeksi herpes zoster yang lebih rendah pada anak yang telah menerima dua dosis vaksin varicella.[10]
Edukasi Pasien
Pada pasien herpes zoster, sampaikan bahwa penyakitnya disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster (VVZ). Jelaskan bahwa reaktivasi dapat terjadi akibat menurunnya sistem imun, sehingga sampaikan pentingnya menjaga gaya hidup sehat agar sistem imun prima.
Untuk perawatan lesi, sarankan pasien untuk menjaga kulit untuk tetap bersih. Sampaikan bahwa mandi diperbolehkan dan tidak akan memperburuk lesi. Minta pasien menghindari menggaruk di bagian lesi dan gunakan pakaian yang longgar untuk mencegah nyeri dan ketidaknyamanan.
Minta pasien menghindari penggunaan obat di luar rekomendasi dokter. Hal ini terutama berkaitan dengan penggunaan antibiotik topikal yang sering dilakukan pasien herpes zoster tanpa konsultasi medis terlebih dulu. Sampaikan bahwa antibiotik topikal tidak diperlukan kecuali bila ada infeksi sekunder akibat bakteri.
Pasien disarankan untuk banyak istirahat, jangan stres, dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Bila erupsi kulit tidak kunjung sembuh sampaikan kemungkinan adanya resistensi. Sampaikan pula mengenai keperluan rujukan, misalnya ke dokter spesialis mata bila ada komplikasi pada mata.[1,4]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Untuk pencegahan herpes zoster, disarankan untuk melakukan vaksinasi varicella. Vaksinasi ini dapat bermanfaat untuk mencegah komplikasi, termasuk neuralgia postherpetik, serta mencegah atau mengurangi derajat herpes zoster.[1,4,5]
Transmisi
Virus varicella zoster dapat ditularkan oleh pasien herpes zoster. Minta pasien menutup lesi kulit dan sering mencuci tangan hingga krusta benar-benar kering. Hindari kontak dengan wanita hamil yang tidak memiliki imunitas terhadap varicella, bayi prematur atau berat kurang, dan pasien imunokompromais.[13]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani