Panduan e-Prescription Herpes Zoster
Panduan e-Prescription untuk herpes zoster ini dapat digunakan oleh Dokter saat akan memberikan terapi medikamentosa secara online.
Herpes zoster merupakan penyakit neurokutaneus yang disebabkan oleh reaktivasi dan multiplikasi varicella zoster virus (VZV), yang terjadi pada ganglion yang terinfeksi laten di akar dorsal serabut sensorik dan ganglion saraf kranial.[1]
Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis yang umum ditemukan pada pasien herpes zoster adalah:
- Ruam kulit seperti luka melepuh dan vesikel berisi cairan yang umumnya terasa gatal dan rentan pecah
- Rasa nyeri pada kulit berupa rasa panas, sensasi terbakar, atau sensasi tertusuk benda tajam, yang dapat disertai mati rasa bila sudah mengenai saraf
- Gejala penyerta berupa demam, nyeri kepala, penurunan nafsu makan, dan sensitivitas terhadap cahaya[1-3]
Ruam pada kasus herpes zoster dapat muncul di bagian tubuh mana pun tetapi paling banyak muncul di daerah servikal, torakal, dan oftalmika. Distribusi ruam umumnya bersifat unilateral dan hanya terbatas pada kulit yang dipersarafi oleh ganglion sensorik tunggal. Ruam tidak pernah melewati garis tengah tubuh.[1,4]
Peringatan
Pasien herpes zoster yang dicurigai mengalami komplikasi seperti sindrom meningitis retensi, sindrom Ramsay Hunt, herpes zoster ophthalmicus atau nekrosis retina akut perlu direkomendasikan untuk memeriksakan diri secara langsung ke dokter, terutama jika pasien berusia lanjut atau berkondisi immunocompromised.[1,2,5,6]
Peresepan acyclovir kepada pasien immunocompromised juga berisiko menyebabkan thrombotic thrombocytopenic purpura atau haemolytic uraemic syndrome, sehingga perlu dilakukan dengan berhati-hati.[1,2,5,6]
Pasien dengan komorbiditas khusus seperti penyakit ginjal kronis perlu dirujuk karena mungkin memerlukan penyesuaian dosis antivirus yang digunakan.[5,6]
Medikamentosa
Penatalaksanaan herpes zoster memerlukan antivirus sistemik karena antivirus topikal tidak dapat menembus barrier kulit dengan baik. Pemberian antivirus idealnya dimulai segera dalam 72 jam setelah onset ruam.[5-7]
Dewasa
Obat lini pertama untuk orang dewasa adalah acyclovir 800 mg peroral, yang diberikan 5 kali/hari selama 7–10 hari. Dosis perlu disesuaikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.[4-6]
Obat lini kedua dapat berupa salah satu dari opsi berikut:
Valacyclovir 1 gram peroral, yang diberikan 3 kali/hari selama 1 minggu
- Famciclovir 500 mg peroral, yang diberikan 3 kali/hari selama 1 minggu[4-6]
Anak
Untuk anak dengan berat ≤40 kg, berikan acyclovir 20 mg/kgBB/dosis secara peroral, yakni 4 kali/hari selama 5 hari. Sementara itu, untuk anak dengan berat >40 kg, dosis acyclovir sama dengan dosis orang dewasa.[4-6]
Opsi lain adalah pemberian acyclovir dengan dosis berikut:
- Anak usia <2 tahun: acyclovir 200 mg peroral, 4 kali/hari selama 5 hari
- Anak usia 2–5 tahun: acyclovir 400 mg peroral, 4 kali/hari selama 5 hari
- Anak usia 12–17 tahun: acyclovir yang sama dengan dosis dewasa[4-6]
Terapi Suportif
Untuk mengurangi nyeri dan gatal, losion calamine dapat diaplikasikan secara topikal sesuai kebutuhan, umumnya 1–4 kali per hari. Selain itu, untuk nyeri ringan, analgesik seperti paracetamol juga dapat diberikan. Untuk nyeri yang lebih berat, pasien mungkin memerlukan opioid tetapi obat ini tidak dapat diresepkan secara online.[7]
Pemberian kortikosteroid untuk mencegah neuralgia postherpetic setelah infeksi herpes zoster masih diperdebatkan karena tidak terbukti bermanfaat maupun merugikan.[8]
Untuk pasien yang mengalami neuralgia postherpetic, opsi terapi adalah:
- Antidepresan trisiklik berupa amitriptyline dengan dosis awal 25 mg/hari, yang ditingkatkan 25 mg setiap 7 hari hingga mencapai 75 mg. Berikan hingga 3 bulan jika perlu, setiap malam sebelum tidur
Gabapentin dengan dosis 300 mg/hari selama 4–6 minggu
Pregabalin dengan dosis 75 mg, 2 kali/hari selama 2–4 minggu
- Patch lidocaine[4,7]
Medikamentosa untuk Ibu Hamil
Menurut FDA, acyclovir termasuk kategori B sehingga dapat diberikan pada ibu hamil. Menurut TGA, acyclovir juga termasuk dalam kategori B3, di mana obat ini telah diuji pada sejumlah kecil ibu hamil dan tidak menunjukkan peningkatan frekuensi malformasi maupun efek samping yang berbahaya terhadap janin.[9,10]