Epidemiologi Hiperpigmentasi Pascainflamasi
Epidemiologi hiperpigmentasi pasca inflamasi (HPI) secara umum lebih sering ditemui pada populasi dengan warna kulit yang lebih gelap.
Global
Hasil analisis dari National Ambulatory Care Survey (NAMCS) didapatkan bahwa diskromia merupakan salah satu dari 10 diagnosis yang paling sering diberikan pada pasien Afro-amerika dan Latin. [3,8]
Penelitian prospektif yang dilakukan oleh Abad-casintahan et al. melihat acne-related post-inflammatory hyperpigmentation pada populasi Asia (Australia, Cina, Jepang, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, dan Thailand). Dari 462 populasi, problem pigmentasi berlangsung lebih dari 1 tahun sebanyak 65,2% dan 32.2% mengatakan pigmentasi lebih mengganggu dibandingkan akne.[9]
Indonesia
Tidak ada data Nasional terkait HPI. Namun, hasil kunjungan poliklinik kosmetik departemen ilmu kesehatan kulit Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada tahun 2011 didapatkan persentase kunjungan pasien dengan kelainan hiperpigmentasi sebanyak 33,6% dari total 4.559 kunjungan. Kasus hiperpigmentasi pascainflamasi sebanyak 24,4% dari total kasus hiperpigmentasi yang ditemukan.[10]
Mortalitas
Tidak ada mortalitas yang disebabkan oleh HPI.