Epidemiologi Rambut Rontok
Data epidemiologi rambut rontok menunjukkan bahwa kondisi ini dapat dialami oleh wanita maupun pria. Rambut rontok sering ditemukan pada praktik sehari-hari dan tidak hanya menyerang orang dewasa, namun juga dapat dialami oleh anak-anak.[10]
Rambut rontok umumnya tidak menyebabkan kematian, namun kerontokan bisa menjadi tanda dari metastasis tumor dari organ lain yang disebut alopesia neoplastika.[14]
Global
Di Amerika Serikat, rambut rontok terjadi pada 50 juta orang, dan 20 juta diantaranya adalah wanita. Tipe alopesia androgenetik adalah tipe rambut rontok yang paling sering ditemukan terutama pada laki-laki dibandingkan perempuan
Prevalensi alopesia androgenetik sebesar 30-50% pada laki-laki usia 30-50 tahun. Pada wanita, alopesia androgenetik yang juga disebut female pattern hair loss (FPHL), ditemukan >50% pada wanita yang berusia diatas 79 tahun.
Jenis rambut rontok lain yang cukup sering ditemukan adalah alopesia areata, dengan prevalensi 2% dari seluruh populasi di Amerika Serikat, diikuti dengan tinea kapitis, paling sering terjadi pada anak-anak.[3,12]
Indonesia
Tidak ada data epidemiologi mengenai prevalensi rambut rontok secara umum di Indonesia. Namun, sebuah studi yang dilakukan di poliklinik kulit dan kelamin RS Cipto Mangunkusumo pada 116 pasien dengan kerontokan, didapatkan data jenis kerontokan yang tersering yakni alopesia areata (39,7%) diikuti oleh telogen effluvium (34,5%) dan alopesia androgenetik (11,2%).[15]
Mortalitas
Rambut rontok tidak menyebabkan kematian. Namun, mortalitas pada kondisi rambut rontok biasanya dikaitkan dengan penyakit lain yang mendasari seperti pada rambut rontok tipe alopesia neoplastika.[14]
Alopesia neoplastika adalah jenis tumor viseral, yang merupakan hasil dari metastasis dari tumor ganas yang berasal dari organ tubuh lainnya.[14]