Diagnosis Rosacea
Diagnosis rosacea, subtipe, dan derajat keparahan umumnya dapat ditentukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan. Lesi rosacea meliputi flushing, eritema, pustul, papul, fima, dan telangiektasis pada area wajah sentral.
Pada anamnesis, tanyakan keluhan yang dialami, predileksi atau lokasi lesi kulit, keluhan pada mata, riwayat keluarga dengan keluhan serupa, dan faktor risiko pasien. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada kulit dan mata. Terdapat 4 subtipe rosacea yakni eritematotelangiektatis, papulopustular, rinofima, dan okular.[1,8]
Anamnesis
Pada pasien yang dicurigai mengalami rosacea, perlu ditanyakan tentang bentuk keluhan yang dialami, lokasi lesi kulit, dan keluhan tambahan lain. Lesi kulit biasanya muncul pada area wajah sentral yaitu hidung, dagu, pipi, dan kening.
Keluhan yang dapat muncul bila ada keterlibatan mata pada rosacea, yakni mata kering, merah, berair, sensasi gatal atau terbakar, sensasi benda asing, sensitif terhadap cahaya, dan padangan kabur.
Selidiki pula faktor-faktor yang mungkin terlibat dalam proses terjadinya rosacea. Faktor yang diduga dapat mencetuskan rosacea antara lain paparan sinar ultraviolet (UV), konsumsi alkohol, penggunaan perawatan kulit yang tidak tepat, paparan udara panas atau dingin, dan makanan pedas. Tetapi, belum ada bukti yang kuat untuk mendukung efek langsung.[8,14,25]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan rosacea terbagi menjadi dua, yakni pemeriksaan pada kulit dan pemeriksaan pada mata bila diperlukan.
Subtipe Rosacea
Pada pemeriksaan kulit dan mata secara seksama, rosacea dapat dibedakan menjadi 4 subtipe menurut The National Rosacea Society Expert Committee:
- Eritemato-telangiekstasis: karakteristik lesi berupa flushing dan eritema pada sentrofasial persisten, dengan atau tanpa telangiektasis
- Papulopustular: ditandai eritema sentrofasial persisten atau transien dengan papul atau pustul pada sentrofasial
- Rinofima atau fimatosa: penebalan pada kulit, nodul-nodul yang membesar dengan permukaan ireguler, bisa muncul pada hidung, dagu, dahi, pipi, atau telinga
- Okular: sensasi benda asing di mata, rasa panas atau pedih, mata kering, gatal, sensitif terhadap cahaya, pandangan buram, telangiektasis pada sklera atau bagian mata lain, atau edema periorbita [5,27,28]
Derajat Keparahan Rosacea
Selain dapat membedakan 4 subtipe rosacea, pemeriksaan fisik pada kulit dapat menilai derajat keparahan dari rosacea. Terdapat klasifikasi yang bernama GRADE (Grading Recommendations, Assessment, Development, and Evaluation) yang membagi derajat keparahan menjadi 5, seperti tercantum dalam Tabel 1.[2]
Tabel 1. Klasifikasi GRADE
GRADE | Skor | Deskripsi klinis |
Clear | 0 | Tidak ada lesi inflamasi, tidak ada eritema |
Almost Clear | 1 | Sangat sedikit papul/pustul, tampak eritema yang sangat ringan |
Mild | 2 | Sedikit papul/pustul, tampak eritema ringan |
Moderate | 3 | Beberapa papul/pustul dengan ukuran kecil atau besar, tampak eritema sedang |
Severe | 4 | Banyak papul/pustul dengan ukuran kecil dan atau besar, tampak eritema yang parah |
Sumber: Mikkelsen, et al., 2016.[2]
Kriteria Diagnosis
Untuk mengonfirmasi diagnosis rosacea setidaknya diperlukan satu fenotipe diagnostik atau fitur primer atau dua fenotipe mayor.
Fenotipe diagnostik atau fitur primer adalah:
- Eritema sentrofasial tetap dalam pola yang karakteristik dan dapat semakin parah secara bertahap
- Perubahan fimatosa
Fenotipe mayor adalah:
- Papul dan pustul
- Flushing
- Telangiektasia
- Manifestasi okular, seperti telangiektasia tepi kelopak mata, injeksi konjungtiva interpalpebral, infiltrat berbentuk sekop di kornea, skleritis, dan sklerokeratitis
Fitur sekunder mencakup rasa terbakar atau pedih, kulit kering, edema.[5,25,27,28]
Diagnosis Banding
Penyakit kulit lain yang perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding dari rosacea karena kemiripan dari tampakan klinis atau lesi kulit adalah acne vulgaris, dermatitis seboroik, Acute Cutaneous Lupus Erythematosus dan kulit yang rusak akibat paparan matahari.[1,8,14]
Acne Vulgaris
Acne vulgaris merupakan diagnosis banding yang paling umum dari rosacea papulopustular. Kedua kondisi ini dapat terjadi bersamaan. Acne vulgaris adalah penyakit inflamasi kulit pada pilosebasea atau kelenjar sebasea akibat hipersensitivitas yang diawali dengan paparan Propionibacterium acnes. Acne vulgaris lebih sering terjadi pada remaja dan orang dewasa muda, sedangkan rosacea sering ditemukan pada pasien usia 30-50 tahun.
Lesi pada acne vulgaris muncul pada area wajah, punggung, dada, dan area deltoid, sedangkan lesi pada rosacea muncul pada area wajah sentral saja. Fitur penting yang membedakan acne dari rosacea adalah komedo, papul dengan eritema, pustul, hingga nodul dan kista.[15,29]
Dermatitis Seboroik
Lesi dermatitis seboroik biasanya muncul pada area kepala dan leher, yang bisa meliputi kulit kepala, dahi, leher bagian belakang, hingga ke area belakang telinga, alis mata, garis bulu mata, lipat nasolabial dan dagu. Karakteristik lesi berupa papuloskuamosa tebal di atas kulit yang mengalami inflamasi, disertai dengan krusta dan plak.
Sama halnya dengan rosacea, patofisiologi dari dermatitis seboroik juga belum jelas, namun diduga berkaitan dengan adanya gangguan imunologis, dan aktivasi dari komplemen sistem imun. Dermatitis seboroik berkaitan dengan organisme Malassezia sebagai pencetus gangguan imunologis pada kulit.[16]
Acute Cutaneous Lupus Erythematosus
Acute Cutaneous Lupus Erythematosus (ACLE) adalah bentuk yang paling umum dari lesi kulit pada penyandang lupus eritematosus sistemik (SLE). ACLE memiliki lesi kulit yang khas yakni berupa malar rash yang berbentuk menyerupai “kupu-kupu”, berlokasi pada area sentral wajah.
Meski jarang, terkadang ACLE juga bisa memiliki lesi seperti vesikulobulosa dengan pengelupasan lapisan epidermis, terutama pada area kulit yang terpapar sinar matahari.
Kondisi malar rash dari lupus sekilas mirip dengan rosacea. Namun, pada lupus tidak ada lesi seperti papulopustul, dan biasanya ruam tidak akan mengenai area lipat nasolabial.[17]
Kerusakan Kulit Akibat Paparan Matahari
Paparan matahari bisa menimbulkan telangiektasia yang juga merupakan fitur klinis rosacea. Meski demikian, kerusakan kulit akibat paparan matahari akan disertai dispigmentasi dan keriput. Kerusakan kulit akibat paparan matahari juga cenderung timbul di area sisi wajah, berbeda dengan rosacea yang cenderung mempengaruhi area sentral.[29]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium dan biopsi, sangat jarang diperlukan dalam mendiagnosis rosacea. Diagnosis rosacea umumnya dapat dengan mudah ditegakkan dengan temuan klinis.
Pada beberapa kasus yang atipikal, pemeriksaan penunjang berupa histopatologi dapat digunakan untuk mengonfirmasi. Selain itu, pemeriksaan histopatologi juga bisa digunakan untuk membedakan subtipe dari rosacea dan mengidentifikasi adanya mikroorganisme penyebab, seperti Demodex folliculorum.[1]