Epidemiologi Rosacea
Data epidemiologi memperkirakan bahwa prevalensi rosacea di seluruh dunia mencapai sekitar 5% dari seluruh jumlah populasi. Rosacea pada umumnya menyerang orang dewasa yang berusia 30-50 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Rosacea dilaporkan lebih banyak pada kulit putih atau berwarna cerah (kulit fototipe I dan II), tetapi perbedaan ini mungkin saja disebabkan oleh underdiagnosis pada kulit dengan warna lebih gelap akibat gejala yang tersamarkan oleh pigmentasi.[1,3,26]
Global
Menurut data yang didapatkan dari sebuah penelitian meta analisis oleh Gether, et al, diperkirakan bahwa prevalensi rosacea sekitar 5% jumlah populasi di seluruh dunia.
Sebuah studi di Swedia menunjukkan bahwa dari 809 subjek penelitian pekerja kantoran, terdapat 10% yang mengalami rosacea. Selain itu, berdasarkan sebuah studi di Jerman, didapatkan pula bahwa 22% dari 48.665 subjek penelitian mengalami rosacea.
Di Inggris sendiri, tingkat insidensi keseluruhan diagnosis rosacea mencapai 1,65 kasus per 1000 orang setiap tahunnya. Sementara itu, di Amerika Serikat diperkirakan jumlah kasus rosacea mencapai 16 juta kasus.[4,9,12]
Indonesia
Di Indonesia, data epidemiologi rosacea secara nasional sangat sulit ditemukan. Studi epidemiologi baru-baru ini mempertanyakan bukti bahwa rosacea lebih jarang ditemukan pada orang dengan kulit lebih gelap seperti yang dimiliki banyak pasien di Indonesia. Pigmen yang lebih gelap dipercaya dapat menutupi manifestasi klinis rosacea, sehingga kondisi ini mungkin kurang terdiagnosis.[26]
Mortalitas
Rosacea bukan penyakit yang mengancam nyawa, namun rosacea diduga berhubungan dengan beberapa penyakit sistemik. Pada kasus rosacea dengan gejala sedang hingga berat, biasanya pasien juga mengalami kondisi seperti hiperlipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit Celiac, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis, penyakit Parkinson, migraine, depresi, hingga ansietas. Mortalitas bisa saja disebabkan oleh komorbiditas yang menyertai penderita rosacea.[3]