Etiologi Toxic Epidermal Necrolysis
Etiologi toxic epidermal necrolysis (TEN) sebagian besar adalah obat atau metabolit obat yang menstimulasi sistem imun. Jenis obat yang dapat menyebabkan TEN dapat diklasifikasikan berdasarkan besaran risikonya. Contoh obat yang memiliki risiko tinggi adalah carbamazepine, phenytoin, allopurinol, dan kotrimoksazol.
Klasifikasi obat berdasarkan risiko mencetuskan TEN dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1. Selain obat-obatan, beberapa laporan menunjukkan adanya kasus TEN yang dicetuskan oleh vaksin MMR, infeksi Mycoplasma pneumonia, virus dengue, dan reaktivasi virus sitomegalovirus. Kasus akibat penyebab tersebut lebih banyak dijumpai pada anak-anak.
Penyakit TEN juga dapat dicetuskan oleh racun atau pascatransplantasi terkait dengan graft versus host disease. TEN juga bisa terjadi secara idiopatik, tanpa penyebab yang jelas.[1,2]
Tabel 1. Klasifikasi Obat Berdasarkan Risiko Mencetuskan Toxic Epidermal Necrolysis
Risiko Tinggi | Risiko Rendah | Potensi Risiko (membutuhkan bukti lebih banyak) | Risiko belum diketahui |
nevirapin | sertralin | Pantoprazole | Statin |
lamotrigin | Asam asetat | kortikosteroid | Diuretik sulfonamid dan antidiabetes |
Carbamazepine | NSAID | pirazolon | â-blocker |
phenytoin | Makrolid | Asam asetilsalisilat | ACE-inhibitor |
Fenobarbital | Kuinolon | Tramadol | Ca-channel blocker |
Kotrimoksazol dan sulphonamid lainnya | Sefalosporin | Nimesulide | Diuretic tiazid |
sulfasalazin | Tetrasiklin | Parasetamol | Furosemide |
allopurinol | Amoxicillin dan Ampisilin | ibuprofen | Insulin |
Oksikam dan NSAID lain | NSAID asam propionate | ||
Inhibitor kanal proton (PPI) lainnya | |||
Inhibitor reuptake serotonin lain |
Faktor Risiko
Faktor risiko toxic epidermal necrolysis, antara lain:
- Penderita penyakit infeksi
- Penderita penyakit terkait gangguan kolagen
- Jenis kelamin perempuan
- Gen HLA-B 1502 terkait dengan TEN akibat golongan carbamazepine
- Etnis Afrika dan Asia
- Riwayat depresi dan pneumonia
- Penderita penyakit ginjal kronis[5-7]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri