Penatalaksanaan Karsinoma Sel Basal
Penatalaksanaan karsinoma sel basal (KSB) didasarkan pada panduan National Comprehensive Cancer Network (NCCN) dengan mempertimbangkan risiko terjadinya rekurensi. Tujuan pelaksanaan KSB adalah eliminasi tumor dengan preservasi maksimal dari fungsi dan kosmetik. Oleh karena itu, keputusan untuk melakukan terapi harus didasarkan pada keinginan dan faktor risiko individual dari masing-masing pasien.[4,8]
Pembedahan
Target terapi pembedahan untuk pasien karsinoma sel basal (KSB) adalah pengangkatan tumor dengan hasil kosmetik terbaik. Efektivitas dari modalitas ini tergantung dari kemampuan dokter yang melakukan pembedahan.
NCCN merekomendasikan KSB risiko rendah pada daerah tidak berambut diterapi dengan elektrodesikasi atau kuretase. Bila mengenai lemak, eksisi perlu dilakukan. Eksisi standar merupakan alternatif apabila lesi dapat dieksisi dengan batas klinis 4 mm disertai second intention healing, perbaikan linier, atau skin graft. Batas sayatan harus dievaluasi setelah operasi.
Pada KSB risiko tinggi disarankan untuk dilakukan eksisi dengan evaluasi batas sayatan post operatif atau Mohs micrographic surgery. Beberapa studi mengemukakan bahwa pembedahan dermato-onkologi berkaitan dengan peningkatan risiko infeksi, terutama pada pasien diabetes dan lokasi pembedahan pada ekstremitas bawah.[3,4]
Sebuah studi melaporkan bahwa angka kesembuhan 5 tahun sebesar ≥95% dimungkinkan pada penggunaan modalitas terapi kuretase dan kauter atau cryosurgery jika dikerjakan pada KSB risiko rendah yang kecil, berbatas tegas, berupa lesi primer yang terletak di leher, batang tubuh, tangan, dan kaki, tanpa adanya fitur histopatologi agresif.
Eksisi dan Mohs micrographic surgery memiliki angka kesembuhan 5 tahun di atas 99% untuk lesi primer ukuran berapapun di leher, batang tubuh, tangan, dan kaki.
Eksisi pada KSB yang terletak di wajah memiliki prognosis yang semakin buruk seiring meningkatnya ukuran lesi. Pada lesi yang berukuran < 6 mm, angka kesembuhan 5 tahun adalah 97%.[2]
Terapi Topikal
Beberapa agen topikal digunakan pada karsinoma sel basal (KSB )superfisial dan non rekuren. Berdasarkan NCCN, pasien berisiko rendah dengan KSB superfisial yang tidak dapat menjalani pembedahan atau radioterapi disarankan untuk menjalani terapi topikal sekalipun derajat kuratifnya tidak terlalu tinggi. Modalitas terapi ini juga diberikan pada pasien dengan tumor primer multipel berisiko tinggi.[4]
5-Fluorourasil 5% topikal
Krim 5-fluorourasil 5% dapat digunakan untuk tata laksana KSB superfisial dan berukuran kecil pada daerah dengan risiko rendah. 5-fluorourasil bekerja dengan menghambat sintesis DNA melalui penghambatan metilasi dari asam deoksiuridilik dan timidilat sintase sehingga berimpilkasi pada penurunan proliferasi sel.
Dengan pemilihan tumor yang sesuai, derajat kuratif sebesar 80% dapat dicapai. Krim ini diberikan 2 kali sehari dan digunakan minimal 6 minggu untuk tata laksana KSB superfisial. Oleh karena terapi ini dapat bekerja pada KSB yang kasat mata, maka dapat digunakan untuk terapi tumor subklinis pada pasien dengan basal cell nevus syndrome.
Terapi ini tidak dapat diberikan pada KSB jenis lain oleh karena derajat penetrasinya tidak cukup dalam untuk mencapai dermis untuk mengeradikasi keseluruhan sel tumor. Iritasi dan pembentukan krusta sering ditemukan. Derajat rekurensi dari terapi ini juga sangat tinggi.[1,4]
Imiquimod
Krim imiquimod 5% telah disetujui oleh FDA untuk tata laksana KSB superfisial pada daerah di luar wajah. Terapi umumnya diberikan 3-7 kali setiap minggu dengan dosis yang dititrasi mulai dari 1-2 kali per hari untuk meminimalisir iritasi kulit. Umumnya terapi diberikan selama 12 minggu.[1,4]
Tazarotene
Tazarotene yang merupakan retinoid asetilenik yang bersifat selektif terhadap reseptor dapat digunakan untuk tatalaksana KSB berisiko rendah dan berukuran kecil. Tazarotene diketahui menyebabkan regresi KSB dengan meningkatkan apoptosis dan menurunkan proliferasi sel pada sel kanker kulit. Selain masih bersifat off label, kekurangan dari terapi ini adalah membutuhkan jangka waktu terapi selama 5-8 bulan.[1]
Radioterapi
KSB umumnya bersifat radiosensitif sehingga radioterapi direkomendasikan pada KSB stadium lanjut dan dalam juga pada pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan. Radiasi post operatif dapat digunakan sebagai adjuvan pada pasien dengan tumor agresif yang menjalani pembedahan atau batas sayatan bedah tidak bebas tumor. Penggunaan modalitas ini pada KSB stadium lanjut dapat mencapai remisi komplit pada 70% pasien. Radioterapi juga memberikan hasil yang memuaskan secara kosmetik, umumnya disertai sedikit hipopigmentasi atau telangiektasia pada lokasi radiasi.[3,4]
Dengan berkembangnya teknik pembedahan dan modalitas terapi lainnya, radioterapi dapat menjadi pilihan terapi pada pasien dengan tumor rekuren. Radioterapi juga dapat digunakan pada lesi primer yang membutuhkan pembedahan okuloplastik yang rumit dan mengurangi kebutuhan skin graft bila pembedahan menghasilkan defek yang ekstensif.[1,4]
Radioterapi lebih disarankan untuk digunakan pada pasien berusia tua dan dikontraindikasikan pada pasien muda oleh karena berisiko tinggi menyebabkan radiodermatitis dan jaringan parut. Kontraindikasi lainnya yaitu lesi pada badan dan ekstremitas, connective tissue disease, predisposisi genetik yang rentan terhadap kanker kulit, dan delayed cancer recurrence (terutama pada pasien yang pernah menjalani radioterapi sebelumnya).
Kekurangannya adalah membutuhkan kunjungan berulang, batas sayatan tidak dapat dievaluasi, rekurensi akan menghasilkan tumor yang lebih agresif, memiliki risiko kerusakan akibat radiasi, dan kurang efektif pada tumor diluar daerah wajah.
Untuk saat ini, jenis radioterapi dianjurkan adalah menggunakan Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT).[1,4]
Photodynamic Therapy
Photodynamic therapy (PDT) bekerja melalui penggunaan cahaya dengan panjang gelombang spesifik untuk memfoto eksitasi porfirin yang diaplikasikan pada sel neoplastik dan preneoplastik. Peningkatan energi ini secara cepat diserap oleh oksigen jaringan yang bersangkutan untuk menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas ini secara langsung bereaksi pada jaringan yang bersangkutan dan kemudian terjadi destruksi jaringan. 5-Aminolevulinic acid (ALA) merupakan satu-satunya yang disetujui oleh FDA sebagai molekul fotoreaktif untuk PDT di amerika serikat dan hanya untuk keratosis aktinik. ALA difotoaktivasi oleh cahaya biru selama 1000 detik setelah 1 jam inkubasi.[2,4]
PDT diberikan secara oral, parenteral maupun topikal dan kemudian terlokalisasi pada sel tumor sebelum diaktivasi melalui paparan cahaya (laser). Efikasinya rendah sehingga terapi ini digunakan untuk paliatif. PDT dapat menyebabkan edema, eritema, terbentuk vesikel dan ulserasi, tetapi memiliki hasil kosmetik yang baik di akhir terapi. Berdasarkan studi Calzavara-Pinton et al, didapatkan derajat kuratif PDT adalah 50% untuk KSB superfisial dan 83% untuk KSB tipe nodular.[1,4]
Inhibitor Jalur Hedgehog
Dengan disetujuinya inhibitor jalur hedgehog (HH) oleh FDA memberikan alternatif baru pada pasien KSB stadium lanjut yang tidak dapat diterapi dengan pembedahan maupun radioterapi.[10,11]
Vismodegib
Vismodegib merupakan obat yang disetujui oleh FDA untuk KSB stadium lanjut. Obat ini bekerja melalui penghambatan pada SMO yang merupakan protein transmembran yang berkaitan dengan transduksi sinyal HH. Berdasarkan penelitian yang digunakan FDA untuk menyetujui obat ini, didapatkan respon parsial sebesar 20% dan respon komplit sebesar 20% pada KSB stadium lanjut, juga respon parsial sebesar 30,3% pada KSB yang telah bermetastasis. Dosis vismodegib yang direkomendasikan saat ini adalah 150 mg per hari dan diteruskan dengan pertimbangan berdasarkan progresivitas penyakit dan toksisitas.[10]
Sonidegib
Sonidegib merupakan obat kedua dari inhibitor jalur HH yang disetujui FDA. Berdasarkan BOLT trial dimana obat ini diberikan pada pasien KSB stadium lanjut dan KSB yang telah bermetastasis didapatkan respon keseluruhan sebesar 58% dengan respon komplit sebesar 5% dan respon parsial sebesar 53%. Rekomendasi dosis sonidegib yang diberikan adalah 200 mg per hari dan diteruskan dengan pertimbangan berdasarkan progresivitas penyakit dan toksisitas.[11]
Rekomendasi dalam Pemilihan Tata Laksana
Berdasarkan NCCN, pemilihan tata laksana KSB didasarkan pada risiko rekurensi KSB.[8]
Risiko Rendah
Pada KSB risiko rendah dapat dilakukan kuretase atau elektrodesikasi, eksisi standar dengan batas klinis 4mm atau radioterapi. Bila telah dilakukan eksisi dan didapatkan batas sayatan masih positif tumor maka dilakukan mohs micrographically controlled surgery, reeksisi, atau radioterapi.[4,8]
Risiko Tinggi
Pada KSB risiko tinggi, pilihan terapinya yaitu Mohs micrographically controlled surgery, eksisi dengan batas klinis yang lebih besar atau radioterapi. Bila telah dilakukan eksisi dan didapatkan batas sayatan masih positif tumor maka dilakukan Mohs micrographically controlled surgery, reeksisi, atau radioterapi. Bila telah dilakukan Mohs micrographically controlled surgery dan didapatkan batas sayatan masih positif tumor maka dapat diberikan radioterapi disertai konsultasi dengan tim multidisiplin. Bila didapatkan keterlibatan perineural atau saraf besar perlu dipertimbangkan radioterapi adjuvan.[2,4,8]
Bila terjadi rekurensi lokal, maka tatalaksana dilakukan kembali sesuai langkah-langkah berdasarkan faktor risiko rekurensi KSB. Bila rekurensi terjadi pada kelenjar getah bening atau metastasis maka dilakukan pembedahan, radioterapi dan dipertimbangkan untuk pemberian inhibitor HH.[4,8]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja