Etiologi Melanoma
Etiologi melanoma diperkirakan berhubungan dengan paparan sinar ultraviolet A dan B yang menyebabkan transformasi keganasan melanosit. Meski demikian, sebenarnya etiologi pasti dari melanoma masih belum diketahui.
Melanoma diperkirakan terjadi karena faktor genetik maupun lingkungan. Pertumbuhan melanoma dikaitkan dengan berbagai faktor risiko, seperti paparan sinar matahari atau radiasi sinar ultraviolet, karakteristik fenotipe tertentu, riwayat melanoma terdahulu, riwayat melanoma pada keluarga, xeroderma pigmentosum, serta supresi imun.[5]
Paparan Sinar Matahari atau Sinar Ultraviolet
Berbagai penelitian menunjukkan bukti bahwa paparan matahari, atau lebih spesifiknya paparan sinar ultraviolet (UV), merupakan faktor lingkungan utama yang menyebabkan melanoma, terutama pada populasi berisiko tinggi. Maka dari itu, penggunaan tabir surya direkomendasikan sebagai bentuk pencegahan.[5,9]
Sinar matahari mengandung radiasi sinar UVA (panjang gelombang 320–400 nm), UVB (290–320 nm), dan UVC (100–290 nm). Sinar UVA dan UVB memiliki sifat karsinogenik akibat panjang gelombangnya dan dapat menyebabkan kerusakan DNA. Tanning booths atau tanning beds juga memanfaatkan sinar UV sehingga dapat meningkatkan risiko melanoma.[5,9]
Penelitian menunjukkan bahwa kulit yang terpapar sinar matahari yang periodik, intens, dan berlebih (terutama pada masa kanak-kanak dan remaja) merupakan faktor risiko yang lebih kuat dibandingkan paparan sinar matahari yang lama dan terus menerus. Hal ini disebut sebagai intermittent exposure hypothesis.[5,9]
Karakteristik Fenotipe
Individu yang memiliki pigmentasi kulit cerah, freckles (bintik-bintik pada kulit), rambut merah atau pirang, mata hijau atau biru, dan kecenderungan terbakar pada kulit dengan Fitzpatrick skin phototype I-II dilaporkan memiliki risiko melanoma yang lebih tinggi.
Kulit yang cerah memiliki jumlah melanin lebih sedikit, sehingga bersifat kurang protektif terhadap sinar UV bila dibandingkan kulit yang lebih gelap. Selain itu, melanoma lebih jarang terjadi pada kulit tipe V-VI (Fitzpatrick skin phototype). Hal ini menunjukkan bahwa pigmentasi kulit memainkan peranan protektif.[10–12]
Nevi Melanositik
Keberadaan nevi dianggap sebagai faktor risiko melanoma baik dari segi kuantitatif (jumlah nevi) ataupun segi kualitatif (nevi tipikal dibandingkan dengan nevi atipikal). Risiko terkena melanoma lebih tinggi pada orang dewasa dengan jumlah nevi tipikal yang >100 buah, pada anak-anak dengan jumlah nevi tipikal >50 buah, dan pada orang dengan nevi atipikal.[13]
Keberadaan nevus displastik soliter dapat melipatgandakan risiko melanoma. Risiko juga meningkat 12 kali lebih tinggi pada individu yang memiliki nevi atipikal ≥10. Nevi kongenital yang lebar juga dianggap sebagai prekursor melanoma yang potensial.[13]
Mutasi Genetik dan Riwayat Keluarga
Terdapat beberapa gen yang dikaitkan dengan pertumbuhan melanoma, yakni CDKN2A (p16), CDK4, RB1, CDKN2A (p19), PTEN/MMAC1, dan ras. CDKN2A berperan penting dalam pertumbuhan familial melanoma dan sporadic melanoma.[9,14]
Sekitar 10–15% pasien melanoma memiliki riwayat keluarga dengan melanoma. Risiko melanoma akan berlipat ganda pada individu dengan satu orang kerabat tingkat pertama yang memiliki melanoma. Pada individu dengan ≥3 kerabat tingkat pertama dengan melanoma, risiko meningkat 25–70 kali lipat lebih tinggi.[9,14]
Familial atypical multiple mole melanoma syndrome (FAMMM) merupakan sebutan untuk kondisi di mana nevi atipikal ditemukan pada individu dengan riwayat melanoma pada keluarga. Individu dengan FAMMM memiliki risiko melanoma lebih tinggi.[9,14]
Riwayat Melanoma Sebelumnya
Adanya riwayat melanoma sebelumnya akan meningkatkan risiko timbulnya melanoma primer lain. Sekitar 5–15% individu ini mengalami melanoma primer multipel, di mana sekitar setengahnya mengalami melanoma primer kedua di area tubuh yang sama dan setengahnya mengalami melanoma primer kedua dalam satu tahun pertama setelah diagnosis awal.[14,15]
Xeroderma Pigmentosum
Xeroderma pigmentosum merupakan kondisi medis yang jarang di mana terdapat reaksi kulit ekstrim akibat ketidakmampuan kulit melakukan perbaikan sendiri terhadap kerusakan radiasi ultraviolet. Kelainan ini merupakan kelainan gen herediter yang meningkatkan mutagenesis dan karsinogenesis dini. Xeroderma pigmentosum akan meningkatkan risiko melanoma maupun kanker kulit lainnya hingga 600–1000 kali.[5]
Supresi Imun
Hubungan supresi imun dengan melanoma masih belum diketahui secara pasti. Beberapa studi besar menyimpulkan bahwa tidak ada peningkatan risiko melanoma yang signifikan pada pasien HIV dan tidak ada korelasi antara melanoma dengan penurunan jumlah CD4.
Ada pula beberapa penelitian yang menunjukkan adanya bukti peningkatan risiko melanoma pada pasien limfoma non-Hodgkin (LNH) dan pada penderita melanoma juga terdapat peningkatan risiko LNH.[16-18]
Faktor Risiko
Faktor genetik yang ditambah dengan faktor lingkungan, berupa paparan sinar matahari (radiasi UV) adalah faktor risiko utama. Selain itu, riwayat melanoma sebelumnya, riwayat melanoma pada keluarga, riwayat kanker kulit nonmelanoma, kondisi imunosupresi, pekerjaan yang terekspos dengan polychlorinated biphenyls (PCBs), produk petroleum, radiasi ionisasi, dan selenium juga merupakan faktor risiko.
Level vitamin D rendah, konsumsi alkohol/kafein tinggi, penggunaan kontrasepsi oral, terapi hormon postmenopausal, penyakit Parkinson, endometriosis, riwayat kanker prostat, dan penggunaan obat-obatan seperti tumor necrosis factor (TNF)-inhibitor, inhibitor BRAF, sildenafil, dan vorikonazol juga dilaporkan sebagai faktor risiko.[19,20]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli