Diagnosis Pyoderma
Diagnosis pyoderma dapat ditegakkan dengan mudah secara klinis pada pasien yang menunjukkan lesi kulit infeksius, misalnya papul atau pustul yang disertai adanya rambut di bagian tengah pada kasus folikulitis. Pyoderma perlu dibedakan menjadi lebih spesifik, yakni apakah impetigo, folikulitis, furunkel, karbunkel, erisipelas, dan selulitis. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan.[1-3]
Anamnesis
Faktor pencetus dan keluhan yang menimbulkan pyoderma bisa berbeda-beda tergantung dari jenis pyoderma yang dialami.
Impetigo
Impetigo umumnya diawali dengan adanya predisposisi yang menyebabkan gangguan integritas kulit, seperti bekas gigitan serangga, bekas garukan, atau penyakit kulit lain. Biasanya ada masa inkubasi hingga 10 hari sejak paparan hingga munculnya lesi impetigo. Pada umumnya, tidak ada gejala sistemik yang dialami pasien.
Impetigo dapat dibagi dua, yakni impetigo krustosa dan bulosa. Pada impetigo krustosa, pasien akan mengeluhkan adanya vesikel yang disertai peradangan di sekitarnya, kemudian menjadi berisi pus dan pecah meninggalkan krusta kekuningan seperti madu. Predileksi utama impetigo krustosa adalah area sekitar hidung dan mulut.
Pada impetigo bulosa, lesi berupa bula yang berisi pus, yang saat pecah akan menampilkan bentuk bula kolaret dengan dasar eritematosa. Predileksi impetigo bulosa adalah area seperti ketiak, dada, dan punggung.[1,8]
Folikulitis
Pada folikulitis, pasien bisa mengeluhkan adanya papul atau pustul pada area berambut. Keluhan bisa disertai gatal. Predileksi folikulitis superfisialis adalah area ekstremitas bawah, sementara pada folikulitis profunda dapat muncul di bibir dan dagu.
Jika lesi menetap atau rekuren, pasien bisa mengeluhkan jaringan parut dan hilangnya rambut kulit. Pada anak, folikulitis dapat menimbulkan gejala sistemik, seperti demam, malaise maupun pembesaran kelenjar getah bening.[1]
Furunkel dan Karbunkel
Pasien dengan furunkel bisa mengeluhkan nodul multipel yang disertai eritema, bengkak, dan nyeri pada area kulit berambut. Gejala sistemik kadang dapat menyertai. Karbunkel adalah kumpulan furunkel dalam satu area.[1]
Erisipelas
Pasien dengan erisipelas bisa mengeluhkan adanya lesi kulit merah terang, nyeri, terasa panas, dan berbatas tegas. Gejala sistemik seperti demam, lemas, dan pembesaran kelenjar getah bening dapat terjadi.[1,9]
Selulitis
Pasien selulitis bisa mengalami lesi kemerahan pada kulit, bengkak, nyeri tekan, dan teraba hangat. Keluhan penyerta dapat berupa malaise, demam, dan mudah lelah. Faktor risiko terjadinya erisipelas dan selulitis mencakup adanya luka sebelumnya pada area lesi, gigitan serangga atau binatang lain, infeksi jamur, serta edema misalnya akibat sindrom nefrotik. Kondisi imunokompromais, seperti pada pasien diabetes dan HIV, juga meningkatkan risiko.[1]
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada lesi kulit pyoderma umumnya bersifat khas dan berperan besar dalam penegakan diagnosis.
Impetigo Krustosa
Lesi awal berupa makula atau papul eritematosa yang cepat berkembang menjadi vesikel atau pustul. Lesi kemudian pecah meninggalkan krusta kuning emas (honey colour) dengan dasar eritema. Lesi dapat melebar dan disertai lesi satelit di sekelilingnya. Predileksi utama impetigo krustosa adalah area sekitar hidung dan mulut.[1,2,4,6,8]
Impetigo Bulosa
Lesi berupa vesikel kecil kemudian menjadi bula kendur yang mudah pecah. Bula berisi cairan kuning muda yang berubah menjadi kuning gelap. Bula terletak pada lapisan epidermis, yang setelah pecah dan mengering membentuk skuama anular dengan bagian tengah kemerahan (kolaret). Predileksi pada area intertriginosa seperti aksila, lipatan leher, dan area bokong. Pada impetigo bulosa tidak terdapat tanda Nikolsky (lepasnya epidermis akibat tekanan atau gesekan).[1,2,4,6,8]
Folikulitis
Folikulitis merupakan pyoderma pada folikel rambut. Folikulitis dapat dibagi menjadi 2 subkategori yaitu folikulitis superfisial dan profunda. Folikulitis superfisial akan menampakkan lesi berupa pustul kecil dengan dasar eritema, dome-shaped, multipel, yang ada pada infundibulum folikel rambut. Predileksi pada area rambut kepala, dagu, aksila, ekstremitas bawah, dan bokong.
Di sisi lain, folikulitis profunda (sycosis barbae) akan menampakkan lesi berupa nodul eritema yang teraba hangat, nyeri, dan kadang terdapat supurasi. Predileksi ada pada area dagu yang berjanggut dan bibir bagian atas.[1,6,7]
Furunkel dan Karbunkel
Furunkel terjadi pada bagian tubuh yang berambut, terutama pada area yang mudah mengalami gesekan, oklusi, atau berkeringat seperti leher, aksila, dan bokong. Lesi berupa nodul atau pustul perifolikular eritema keras, membesar, dan nyeri, dapat disertai fluktuasi.
Karbunkel merupakan kumpulan furunkel yang terhubung menjadi satu, berupa nodul merah, nyeri, dengan beberapa pustul. Predileksi pada area leher belakang, punggung, dan paha.[1,5,6]
Ektima
Lesi ektima diawali dengan vesikel atau vesikopustul yang membesar kemudian ditutupi krusta tebal warna kuning kehijauan. Ketika krusta diangkat, terdapat ulkus bentuk punch out dengan tepi meninggi dan dasar ulkus terdapat jaringan granulasi yang dalam hingga mencapai dermis. Predileksi pada area ekstremitas (tangan dan kaki).[1]
Erisipelas
Pada pemeriksaan fisik erisipelas dapat ditemukan area kulit eritema, tepi berbatas tegas, dengan area lesi yang lebih menonjol dibandingkan area kulit sekitar. Pada kasus yang lebih berat, lesi dapat disertai vesikel, bula, dan jaringan nekrosis.
Pada erisipelas yang timbul di ekstremitas bawah, penting untuk memeriksa sela jari kaki terkait adanya kulit kering, maserasi, ataupun fisura. Apabila terdapat kemerahan ataupun pembengkakan pada area sendi perlu dipertimbangkan penyakit lain yang lebih serius seperti artritis septik.[1,11,16]
Selulitis
Selulitis non-purulen umumnya didiagnosis jika lesi kulit memenuhi 2 dari 4 gejala berikut, yakni eritema, nyeri, bengkak, dan teraba hangat. Adapun adanya bula biru-keunguan, perdarahan pada jaringan kutan, hilang rasa pada kulit, selulitis yang memberat dengan cepat, adanya udara pada jaringan, ataupun hipotensi menandakan kondisi serius yang memerlukan tindakan bedah segera.[12,19]
Diagnosis Banding
Pada kebanyakan kasus, pyoderma bisa dengan mudah dikenali secara klinis. Diagnosis banding pyoderma mencakup varicella, herpes simpleks, acne vulgaris, tinea barbae, dan dermatitis stasis.
Varicella
Lesi varicella bisa mirip dengan impetigo bulosa. Pada varicella, lesi berbentuk vesikel tipis dengan dasar eritema, yang mulai muncul pada tubuh lalu menyebar ke wajah dan ekstremitas. Vesikel kemudian pecah membentuk krusta. Pasien varicella akan mengalami gejala prodromal seperti demam dan nyeri tubuh,[1,2,4,6]
Herpes Simpleks
Lesi herpes simpleks juga bisa menyerupai impetigo bulosa. Meski demikian, pada herpes simpleks lesi berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritema dan disertai gejala prodromal.[1,2,4,6]
Acne Vulgaris
Lesi acne vulgaris bisa menyerupai folikulitis. Meski demikian, acne vulgaris menghasilkan lesi tidak hanya pada lokasi berambut. Pasien juga bisa mengalami lesi acne di punggung dan area wajah yang tidak berambut.[1,6,7]
Tinea Barbae
Lesi tinea barbae juga bisa menyerupai folikulitis. Keduanya bisa dibedakan dengan pemeriksaan KOH.[1,6,7]
Dermatitis Stasis
Lesi erisipelas dan selulitis bisa mirip dengan dermatitis stasis. Meski demikian, dermatitis stasis umumnya bersifat kronis, bilateral, dan disertai dengan lesi kulit akibat gangguan pembuluh darah.[12,15,18]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan dalam diagnosis pyoderma. Pemeriksaan laboratorium rutin umumnya tidak membantu karena hanya memberikan gambaran tidak spesifik seperti leukositosis. Pemeriksaan KOH dapat dikerjakan pada kasus yang sulit dibedakan dengan infeksi jamur. Pemeriksaan kultur dan resistensi disarankan pada kasus infeksi berat atau kasus infeksi kronis dan berulang.[1,3,6]
Kultur dan Uji Resistensi
Kultur dan uji resistensi kuman terhadap antibiotik diperlukan bila lesi tidak responsif dengan terapi empirik. Pemeriksaan ini bisa juga bermanfaat untuk memandu terapi pada kasus strain bakteri resisten seperti Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).[1,3,6]
Kultur darah mungkin diperlukan pada kasus selulitis sedang berat seperti selulitis dengan komplikasi limfedema, serta kasus selulitis pada lokasi tertentu seperti area periokuler. Kultur juga mungkin diperlukan pada pasien selulitis dengan komorbiditas keganasan dan menjalani kemoterapi, ataupun pasien dengan neutropenia atau imunodefisiensi cell-mediated berat lain.[12,13,18]
Kerokan Kulit dengan KOH
Pemeriksaan kerokan kulit dan KOH dilakukan untuk menyingkirkan infeksi jamur sebagai diagnosis banding.[12,13,18]
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan darah lengkap bersifat non-spesifik. Pada kasus furunkel berat, karbunkel, selulitis bisa didapatkan leukositosis. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan urin, dan gula darah atau HbA1c untuk mengetahui apakah pasien menderita diabetes mellitus yang merupakan salah satu faktor risiko pyoderma.[1,3,6]
Pencitraan
Fungsi pencitraan dalam diagnosis pyoderma adalah untuk menyingkirkan kemungkinan adanya abses, fasciitis nekrosis, dan piomiositis. Modalitas pencitraan yang dapat dilakukan antara lain MRI atau USG.[12,13,18]
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta