Etiologi Pyoderma
Etiologi pyoderma yang paling sering adalah bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, atau Group A Beta Haemolyticus Streptococcus (GABHS).[1,3,4]
Impetigo
Impetigo paling banyak disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, atau GABHS. Selain itu, laporan kasus semakin banyak menyebutkan adanya impetigo akibat Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).[1]
Ektima
Ektima adalah bentuk impetigo yang lebih dalam yang disebabkan oleh GABHS. Ektima umumnya terjadi berkaitan dengan malnutrisi dan keadaan imunosupresi.[1]
Folikulitis
Folikulitis paling sering terjadi akibat Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, dan Pseudomonas aeruginosa.[1,2]
Selain karena infeksi bakteri, folikulitis dapat disebabkan oleh jamur, virus, infestasi parasit, paparan bahan kimia, dan trauma fisik akibat mencukur).[5]
Furunkulosis
Furunkulosis seringkali disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus.[1,2]
Karbunkel mayoritas disebabkan oleh S. aureus, tetapi juga bisa disebabkan oleh Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), dan bakteri anaerob (terutama jika berlokasi di anogenital. Bakteri dapat ditransfer ke bagian anatomi lain ketika menggaruk.[5,6]
Erisipelas dan Selulitis
Erisipelas umumnya diawali dengan adanya kerusakan pada sawar kulit, misalnya pada luka akibat trauma atau dermatosis seperti dermatitis atopik. Hampir seluruh erisipelas disebabkan oleh Group A Streptococcus.
Sementara itu, GABHS merupakan penyebab tersering selulitis. Selulitis juga dapat disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Streptococcus viridans, dan Enterococcus faecalis. [1]
Selulitis dengan warna biru keunguan dan bula merupakan kondisi yang berat dengan Vibrio vulnificus atau Streptococcus pneumoniae sebagai penyebabnya.[11-13]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya impetigo adalah usia muda, kontak erat dengan penderita impetigo, lingkungan tempat tinggal padat, kondisi yang lembab dan panas, serta hygiene yang buruk.
Kerusakan barier kulit pada pasien dermatitis atopik, imunosupresi, diabetes melitus, alkoholisme, malnutrisi, obesitas, hiperhidrosis, anemia, dan pencukuran rambut menjadi faktor predisposisi terjadinya folikulitis, furunkel, dan karbunkel.[1-4]
Erisipelas dan selulitis juga dipengaruhi oleh kerusakan sawar kulit. Ini mencakup adanya luka akibat trauma, luka operasi, tusukan jarum, fisura pada sela jari kaki, gigitan serangga atau binatang lain, serta adanya infeksi jamur. Kondisi seperti edema limfatik, obstruksi limfatik, fistula arteriovenosa sindrom nefrotik, serta kondisi imunokompromais juga meningkatkan risiko.[11,12]
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta