Diagnosis Ginekomastia
Diagnosis ginekomastia perlu dicurigai pada pria yang mengeluhkan pembesaran payudara, baik pada satu maupun kedua sisi. Pemeriksaan fisik perlu dilakukan tidak hanya terbatas pada pemeriksaan payudara, melainkan harus mencakup pemeriksaan area genital, pemeriksaan indeks massa tubuh, pemeriksaan tiroid, pemeriksaan abdomen, hingga pemeriksaan lapang pandang. Ini bermanfaat untuk mempersempit kemungkinan diagnosis penyebab terjadinya ginekomastia.[1,3,4]
Anamnesis
Pada anamnesis selain untuk membantu menegakkan diagnosis, juga dapat membantu dalam mengevaluasi penyebab atau etiologi dari ginekomastia pada pasien.
Onset dan Kecepatan Perkembangan Payudara
Onset ditanyakan untuk mencoba membedakan ginekomastia fisiologis dari patologis. Ginekomastia fisiologis biasa terjadi pada bayi baru lahir, remaja, atau usia lanjut. Perkembangan payudara yang cepat lebih mengarah ke etiologi keganasan, sedangkan nyeri jarang dirasakan pada kanker payudara.[1,3,4]
Faktor Risiko
Anamnesis juga harus mengevaluasi berbagai faktor risiko, baik konsumsi obat-obatan tertentu, penambahan berat badan, serta gejala penyakit seperti hipertiroid, gangguan hepar, atau gagal ginjal.[1,3,4]
Kemungkinan Keganasan
Riwayat penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, malaise, gangguan penglihatan, dan pendengaran dapat mengarahkan pada diagnosis tumor hipofisis atau tumor pada organ lain. Adanya perubahan pada area puting seperti perubahan ukuran, nyeri, atau keluar cairan dari puting juga mengarahkan pada keganasan.[1,3,4]
Kemungkinan Etiologi Lainnya
Konsumsi alkohol kronis dan obesitas bisa berkaitan dengan pseudoginekomastia. Adanya disfungsi seksual, infertilitas, dan penurunan libido mungkin berkaitan dengan hipogonadisme.[1,3,4]
Aspek Psikososial
Anamnesis mengenai persepsi pasien dan keluhan psikososial juga penting untuk dieksplorasi, karena remaja dengan ginekomastia seringkali memiliki tingkat kepercayaan diri, fungsi sosial, dan status kesehatan mental yang rendah.[1,3,4]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, inspeksi dilakukan untuk menilai bentuk, ukuran, ptosis, dan asimetri pada payudara. Selanjutnya, palpasi dilakukan untuk membantu memperkirakan ukuran payudara, mengidentifikasi adanya kelebihan jaringan kulit, dan massa padat pada payudara. Pemeriksaan palpasi juga dapat memperkirakan komponen penyusun payudara dan distribusi jaringan yang berlebih, sehingga dapat dinilai kelainan morfologi untuk membantu menentukan pilihan terapi bagi pasien.
Pemeriksaan fisik lain yang penting dilakukan adalah pemeriksaan testis untuk mengeksklusikan adanya massa tumor pada testis.[1,3,4]
Indeks Massa Tubuh
Pemeriksaan ini untuk menilai apakah pasien mengalami obesitas atau tidak, meliputi pemeriksaan tinggi badan dan berat badan.[3]
Pemeriksaan Payudara
Ukuran payudara dinyatakan ginekomastia apabila ukuran jaringan glandular lebih dari 0,5cm dalam diameter. Periksa juga konsistensi, massa, cairan yang keluar dari puting, ukuran atau lesi pada puting, permukaan kulit pada payudara (ulserasi, peau d’orange), dan adanya limfadenopati pada aksila.[3]
Pemeriksaan Genital
Pemeriksaan meliputi evaluasi dari rambut pubis, ukuran penis, perkembangan skrotum, ukuran testis, konsistensi testis, serta permukaannya. Khusus pada pemeriksaan testis, palpasi juga diperlukan untuk menemukan adanya abnormalitas seperti nodul dan massa.[1,3,4]
Pemeriksaan Tiroid
Pemeriksaan meliputi ukuran tiroid, dan massa/nodul pada tiroid.[3]
Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan lapang pandang merupakan salah satu cara untuk menyingkirkan adanya kemungkinan memiliki tumor pada hipofisis.[1,3,4]
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan pada abdomen meliputi pemeriksaan palpasi pada hepar dan ginjal untuk menyingkirkan adanya tumor.[3]
Klasifikasi Simon
Ginekomastia terbagi menjadi 3 derajat berdasarkan pembesaran payudara, skin excess, dan ptosis. Berikut ini adalah Klasifikasi Simon untuk ginekomastia.:
- Derajat I: small enlargement, tanpa kulit ekstra
- Derajat II: moderate enlargement, tanpa kulit ekstra
- Derajat IIb: moderate enlargement, dengan kulit ekstra
- Derajat III: marked enlargement, dengan kulit ekstra[5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding ginekomastia perlu mencakup kanker payudara, pseudoginekomastia, dan kista dermoid.[1,4]
Kanker Payudara
Kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya sebesar 0,5% dari seluruh kasus kanker pada pria. Walaupun sangat jarang, alasan pasien ginekomastia berkonsultasi ke dokter terutama untuk menyingkirkan diagnosis ini.
Pasien dengan kondisi kanker payudara biasanya datang dengan keluhan adanya benjolan tidak nyeri pada payudara unilateral, disertai dengan adanya retraksi pada puting, keluar cairan dari puting, ulserasi, dan nyeri area puting. Faktor risiko kanker payudara adalah riwayat keluarga positif kanker payudara, mutasi gen BRCA, obesitas, penggunaan marijuana, disfungsi hepar, penyakit tiroid, penggunaan obat-obatan yang mengandung estrogen, dan paparan radiasi.[9]
Pseudoginekomastia
Pseudoginekomastia atau dikenal dengan istilah lipomastia adalah suatu kondisi deposit lemak berlebih pada area payudara tanpa disertai dengan adanya proliferasi glandular. Pada kondisi ini hanya ditemukan lemak yang melingkar pada area subareolar, melibatkan payudara bilateral, dan ukuran payudara tidak membesar atau tetap sama selama beberapa tahun.[1]
Kista Dermoid
Kista dermoid adalah suatu true hamartomas, yang terjadi akibat kulit dan strukturnya terperangkap selama perkembangan fetus, sehingga kondisi ini disebut sebagai suatu kelainan kongenital. Pada umumnya kondisi ini paling sering ditemukan pada area wajah, leher dan scalp. Namun pada kondisi-kondisi tertentu dapat juga ditemukan pada area tubuh lain, termasuk payudara meskipun sangat jarang. Untuk memastikan diagnosis kista dermoid salah satunya dapat melalui pemeriksaan USG.[10]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada kondisi ginekomastia hanya pada kondisi ginekomastia patologis atau kondisi ginekomastia persisten yang berlangsung lebih dari 12 bulan disertai dengan keluhan atau apabila dicurigai adanya penyakit penyerta sebagai etiologi dari ginekomastia. Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan.[1,3,4]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan yakni berupa pemeriksaan kadar hormon yang berkaitan dengan aksis hipofisis-gonadal. Contohnya seperti kadar testosteron (T), estradiol (E2), Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), prolaktin, dan parameter hormon tiroid.
Pemeriksaan lain yang juga bermanfaat adalah tumor marker alfa fetoprotein dan hCG, serta parameter fungsi hati dan ginjal.[1,3]
Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan yang dilakukan pada kasus ginekomastia utamanya adalah pencitraan pada payudarara seperti pemeriksaan USG atau mamografi. Untuk jenis pemeriksaan pencitraan lain disesuaikan dengan temuan klinis atau adanya kecurigaan kondisi atau penyakit lain yang menyertai. Misalnya, MRI kepala dilakukan bila terdapat kecurigaan tumor hipofisis dan USG tiroid bila dicurigai ada massa tiroid.[1]
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi atau biopsi dilakukan apabila ada kecurigaan terhadap lesi keganasan pada payudara pasien. Apabila tidak ada, maka pemeriksaan ini tidak rutin untuk dilakukan. Hasil histopatologi pada kondisi ginekomastia yakni ditemukan adanya proliferasi pada stroma dan duktulus-duktulus.[1,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Johannes Albert B.