Penatalaksanaan Ginekomastia
Penatalaksanaan pada ginekomastia disesuaikan dengan derajat keparahan dan juga berfokus pada penyakit atau kondisi yang mendasari. Pada kondisi ginekomastia yang berlangsung kurang dari 1 tahun tanpa disertai adanya kelainan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka hanya perlu dilakukan observasi.
Pada kondisi ginekomastia yang disebabkan oleh obat-obatan, maka obat yang dicurigai menyebabkan ginekomastia perlu dihentikan. Sementara itu, apabila kondisi atau penyakit penyerta yang menyebabkan ginekomastia sudah diatasi namun kondisi ginekomastia masih menetap, maka terapi pembedahan dapat direkomendasikan bagi pasien.[1]
Medikamentosa
Secara umum terapi medikamentosa cukup efektif bila diberikan pada tahap awal (kondisi berlangsung kurang dari 6 bulan) dan tanpa adanya penyakit penyerta yang perlu diterapi. Terdapat 3 jenis kelas terapi medikamentosa untuk ginekomastia yakni:
- Terapi androgen: testosteron, dihidrotestosteron, danazol
- Antiestrogen: clomiphene sitrat, tamoxifen
- Inhibitor aromatase: letrozole, anastrozole[1-4]
Dosis
Di antara beberapa kelompok di atas, terdapat 3 jenis obat yang cukup sering digunakan dan terbukti efektif untuk mengurangi ukuran payudara, yakni danazol, clomiphene dan tamoxifen.
Danazol diberikan dalam dosis 200 mg 2 kali sehari per oral. Obat ini dapat menimbulkan efek samping seperti edema, jerawat, dan kram.
Clomiphene diberikan dalam dosis 50-100 mg sekali sehari per oral, diberikan hingga 6 bulan. Obat ini dapat menimbulkan efek samping seperti gangguan penglihatan, ruam, dan mual.
Tamoxifen diberikan dalam dosis 10-20 mg 2 kali sehari per oral. Obat ini dapat menimbulkan efek samping seperti mual dan nyeri epigastrik.[1-4]
Pembedahan
Tata laksana bedah pada kasus ginekomastia memiliki dua tujuan utama, yaitu mengurangi volume payudara dan menyesuaikan jaringan kulit yang berlebih. Selain itu, juga harus menjamin jaringan parut pasca tindakan seminimal mungkin dan ditempatkan dengan baik, sehingga memberikan hasil estetik yang optimal. Reduksi volume dapat dicapai dengan tindakan eksisi atau teknik liposuction, sama seperti penatalaksanaan pada lipoma.
Untuk mendapatkan hasil estetik yang optimal, maka dapat dilakukan hal sebagai berikut:
- Insisi untuk eksisi jaringan fibroglandular dilakukan di sekitar areola
- Insisi untuk insersi kanula liposuction dapat ditempatkan pada perbatasan areola dan kulit, garis inframammary, atau pada linea aksilaris
- Apabila terdapat kelebihan jaringan kulit, maka dapat dilakukan eksisi pada kulit yang berlebih dengan desain yang bervariasi
- Apabila eksisi kulit cukup banyak, misalnya payudara dengan volume lebih dari 500 gram disertai tampilan ptosis, maka dilakukan pula tindakan transposisi puting ke posisi lebih kranial (nipple areolar complex)
Terapi pembedahan pada ginekomastia terbagi menjadi beberapa kelompok berikut:
- Tindakan dengan teknik minimal invasif: liposuction, vacuum-assisted mastectomy (VAM), dan mastektomi endoskopik (ESCM)
- Mastektomi dengan skin-sparing (SSPM): satu buah insisi kecil tanpa reseksi kulit
- Mastektomi dengan reseksi kulit (MSR)
- Amputasi payudara atau mastektomi sederhana dengan free nipple graft
- Kombinasi dari teknik-teknik di atas[3,5,12]
Pemilihan jenis teknik pembedahan disesuaikan dengan klasifikasi derajat ginekomastia berdasarkan klasifikasi Simon. Berikut ini adalah algoritma pemilihan teknik pembedahan berdasarkan derajat keparahan ginekomastia.[5]
Keterangan: CC (Concentric Circumareolar); FNG (Free Nipple Graft); IMF (Inframammary fold); NAC (Nipple–Areolar Complex)
Gambar 1. Algoritma Terapi Pembedahan Ginekomastia (Sumber: dr. Novita Tirtaprawita, Alomedika, 2023.)[5]
Penulisan pertama oleh: dr. Johannes Albert B.