Prognosis Ginekomastia
Prognosis dari ginekomastia secara umum baik, karena sebagian besar kasus merupakan kasus fisiologis yang dapat hilang dengan sendirinya tanpa komplikasi.[1,3]
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada ginekomastia biasanya disebabkan oleh terapi pembedahan yang dilakukan. Terdapat beberapa risiko komplikasi pasca operasi yang perlu diketahui oleh pasien sebelum melakukan tindakan pembedahan yakni sebagai berikut.
Hematoma
Hematoma terjadi karena adanya ruang kosong di bawah kulit setelah reseksi jaringan atau liposuction.[4,5]
Seroma
Seroma juga bisa terjadi dengan patofisiologi serupa dengan hematoma.[4,5]
Gejala Menetap
Setelah pembedahan, pasien juga masih bisa mengalami adanya deformitas kontur, kelebihan kulit, atau kelebihan jaringan payudara.[4,5]
Infeksi dan Jaringan Parut
Setelah pembedahan, luka insisi bisa menyisakan jaringan parut ataupun mengalami infeksi luka operasi.[4,5]
Prognosis
Ginekomastia fisiologis sebagian besar bersifat sementara. Newborn gynecomastia akan menghilang saat bayi berusia beberapa minggu. Adolescent gynecomastia, 75 - 90 % kasus, akan regresi dengan sendirinya dalam periode 1-3 tahun.
Masalah ginekomastia yang ditemui pada adolescent gynecomastia seringkali dianggap sebagai masalah estetik, tetapi masalah ini dapat menimbulkan gangguan psikososial yang signifikan hingga menyebabkan depresi. Gangguan psikososial ini tidak berkorelasi sebanding dengan derajat keparahan ginekomastia. Ginekomastia dengan derajat ringan sekalipun dapat menyebabkan gangguan psikososial yang berat bagi penderitanya.
Kasus senescent gynecomastia dan secondary gynecomastia tidak mengalami regresi spontan. Keluhan pasien dengan senescent gynecomastia biasanya bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Prognosis pada kasus secondary gynecomastia sangat bergantung pada penyakit dasarnya. Kondisi ini dapat berulang meskipun telah diterapi dengan adekuat apabila penyakit dasar belum diatasi.
Sebagian besar kondisi ginekomastia akan mengalami regresi apabila kondisi atau penyakit penyebab berhasil diatasi. Namun, pada kasus sindrom Klinefelter, pasien berisiko mengalami kanker payudara 10-20 kali lipat.[1,13]
Penulisan pertama oleh: dr. Johannes Albert B.