Etiologi Ginekomastia
Berdasarkan etiologi, ginekomastia bisa dibagi menjadi dua, yakni fisiologis dan patologis. Ginekomastia fisiologis disebabkan oleh perubahan hormon pada masa tertentu dalam kehidupan, misalnya pubertas dan lansia. Sementara itu, ginekomastia patologis bisa timbul akibat orchitis viral, sindrom Klinefelter, dan sindrom aromatase berlebih.[3,4,6]
Ginekomastia Fisiologis
Secara fisiologis, pria dapat mengalami ginekomastia pada tiga fase dalam hidupnya, yaitu newborn gynecomastia, adolescent/ pubertal gynecomastia, dan senescent gynecomastia.[3,4,6]
Ginekomastia pada Neonatus
Newborn gynecomastia terjadi segera setelah lahir, akibat peningkatan kadar estrogen maternal yang didapat melalui jalur trans-plasenta yang berasal dari ibu. Kondisi ini juga bisa berkaitan dengan peningkatan konversi prekursor hormon steroid menjadi steroid seks dan lonjakan gonadotropin pada bayi baru lahir. Kondisi ini biasanya menghilang pada saat bayi berusia 1 tahun.[3,4,6]
Ginekomastia Pubertal
Adolescent atau pubertal gynecomastia terjadi pada masa pubertas. Kondisi ini terjadi akibat kelenjar pituitari yang melepaskan gonadotropin dan merangsang produksi testosteron testis belum sempurna, maupun akibat peningkatan enzim aromatase yang ada di otot, kulit dan jaringan adiposa, menyebabkan konversi hormon androgen menjadi estrogen dan estron meningkat. Ginekomastia pubertas biasanya menghilang dalam 1-3 tahun setelah awitan.[3,4,6]
Ginekomastia pada Lansia
Senescent gynecomastia terjadi pada pria usia lanjut. Kondisi ini disebabkan penurunan produksi testosteron seiring bertambahnya usia. Selain itu, sex-hormone binding globulin (SHBG) meningkat pada pria usia lanjut, dimana SHBG mengikat testosteron lebih kuat daripada estrogen sehingga rasio estrogen yang beredar dalam darah meningkat.[3,4,6]
Ginekomastia Patologis
Ginekomastia patologis atau sekunder secara garis besar disebabkan oleh peningkatan produksi dari estrogen dan penurunan produksi dari testosteron akibat peningkatan aromatisasi dan tingginya kadar estrogen. Ginekomastia juga bisa terjadi akibat efek samping obat.[3,4,6]
Ginekomastia Sekunder
Beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan ginekomastia antara lain:
- Penyakit yang meningkatkan extraglandular aromatization, seperti penyakit hepar kronis, gangguan fungsi ginjal, malnutrisi, hipertiroid, tumor adrenal
- Penyakit yang menurunkan produksi testosteron dan meningkatkan resistensi androgen, seperti tumor testis, orchitis berat, trauma atau radiasi pada skrotum, atrofi testis karena spinal cord disorder, penderita HIV
- Hipogonadisme sentral, misalnya kelainan kromosom sindrom Klinefelter, hiperprolaktinemia yang berefek pada hipotalamus
- Penyakit yang menyebabkan peningkatan hCG (human chorionic gonadotropin), seperti pada kanker paru, kanker ginjal, kanker traktus gastrointestinal, dan tumor hipofisis[3,4,6]
Ginekomastia Akibat Obat
Berikut ini adalah obat yang menyebabkan ginekomastia:
- Antiandrogen atau inhibitor sintesis androgen: cyproterone acetate, flutamide, bicalutamide, nilutamide, finasteride, dutasteride, spironolactone
- Obat kemoterapi: methotrexate, alkaloid vinca, imatinib
- Obat jantung dan antihipertensi: verapamil, nifedipine, diltiazem, captopril, enalapril, digoxin, amiodarone, metildopa, reserpine, nitrat
- Obat hormon: androgen, steroid anabolik, estrogen, hormon pertumbuhan, gonadotropin korionik
- Obat psikoaktif: haloperidol, diazepam, antidepresan trisiklik, phenothiazines
- Obat untuk penyakit infeksi : indinavir, isoniazid, ethionamide, griseofulvin, minocycline, metronidazole, ketoconazole
- Penyalahgunaan obat: amfetamin, heroin, methadone, alkohol, marijuana
- Lainnya: teofilin, omeprazole, auranofin, dietilpropion, domperidone, penicillamine, sulindac, heparin, methotrexate[4]
Faktor Risiko
Obesitas dan konsumsi alkohol berlebih diduga berperan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya ginekomastia. Dalam salah satu penelitian, indeks massa tubuh berkorelasi dengan diameter payudara dan terjadinya ginekomastia. Hal ini disebabkan extraglandular aromatization di jaringan lemak sehingga mengubah testosteron dan androstenedion menjadi estradiol.
Peningkatan deposisi lemak pada area payudara akibat penambahan berat badan juga dapat memberikan gambaran pseudogynecomastia. Sedangkan konsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan aktivitas aromatase.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Johannes Albert B.