Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2 karyanti 2023-06-28T14:16:18+07:00 2023-06-28T14:16:18+07:00
Diabetes Mellitus Tipe 2
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2

Oleh :
dr. Devina Sagitania
Share To Social Media:

Diagnosis diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) adalah berdasarkan anamnesis mengenai gejala klasik diabetes, yaitu gejala klasik berupa poliuri, polidipsi, polifagi; pemeriksaan fisik terkait komplikasi diabetes. Baku emas pemeriksaan laboratorium berupa tes toleransi glukosa oral (TTGO) serta HbA1c untuk kontrol keberhasilan terapi.

Diabetes mellitus tipe 2 memiliki penanganan yang sangat berbeda dengan diabetes mellitus tipe 1, sehingga penting bagi klinisi untuk mampu membedakan keduanya.  Perbedaannya terletak pada manifestasi klinis dan anamnesis, dimana karakteristik DM tipe 1 adalah defisiensi insulin absolut, sedangkan ciri khas DM tipe 2 adalah hiperglikemia dan resistensi insulin.

Anamnesis

Anamnesis pada diabetes mellitus tipe 2 dapat meliputi gejala klasik berupa poliuria, polidipsi, dan polifagi. Keluhan infeksi kulit berupa pruritus kronik pada seluruh kulit dan keluhan vaginitis seperti keputihan, kemerahan pada vagina, juga dapat ditemukan.[2]

Gejala lain terkait hiperglikemia yang juga perlu ditanyakan, yaitu berat badan menurun, parestesia ekstremitas bawah, luka yang sulit sembuh dan ulkus diabetik, masalah penglihatan, serta disfungsi seksual. Keluhan gastrointestinal juga dapat dialami berupa mual, muntah, konstipasi atau diare, disfagia.[2,12]

Anamnesis juga meliputi riwayat penurunan penglihatan yang dapat menandakan adanya komplikasi mikrovaskular berupa retinopati diabetik yang perlu dirujuk untuk penanganan lebih lanjut.[2]

DM Tipe 2 Asimptomatik

Terkadang dapat diawali dengan asimptomatik pada pasien obesitas dan terdeteksi saat pemeriksaan gula darah. Berdasarkan studi yang ada, sebanyak 40% dari anak-anak dan remaja dengan DM tipe 2 datang tanpa gejala atau asimtomatik, namun terdiagnosis secara tidak sengaja dari adanya glukosuria pada pemeriksaan urinalisis. Maka dari itu, skrining untuk DM tipe 2 sangat diperlukan terutama pada kelompok dengan faktor risiko tertentu, seperti obesitas.[2,23]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 meliputi pemeriksaan tekanan darah, terkadang didapatkan hipertensi dan dapat pula ditemukan hipotensi ortostatik yang menunjukkan pasien mengalami neuropati otonom. Selain itu, perlu dilihat adanya tanda hiperglikemik hiperosmolar, seperti tanda dehidrasi, napas kussmaul, hipotensi, letargi, dan penurunan kesadaran.[2,12,13]

Selanjutnya, perlu dilakukan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang, untuk menentukan status gizi pasien. Mayoritas pasien diabetes merupakan pasien dengan overweight atau obesitas, serta obesitas sentral. Lingkar pinggang pada laki-laki lebih dari 102 cm, dan lebih dari 88 cm pada perempuan meningkatkan risiko diabetes melitus.[2,12,13]

Pada kulit, sering didapatkan infeksi kulit, terutama infeksi jamur seperti vulvovaginitis. Selain itu, seringkali ditemukan akantosis nigrikans, pada kulit di daerah lipatan ketiak, selangkangan, leher, pundak mengalami hiperpigmentasi dan hiperkeratosis.[2]

Pemeriksaan Neurologis

Pada pasien DM tipe 2 sering didapatkan komplikasi neuropati. Hal yang perlu diperiksa adalah kemampuan sensorik pasien terhadap suhu dan sentuhan serta refleks fisiologis. Selain itu, dapat ditemukan disestesia atau parestesia.[2]

Pemeriksaan Kaki

Pencegahan komplikasi peripheral vascular disease  merupakan komplikasi DM tipe 2 yang dimana perfusi ke jaringan tidak cukup, yang disebabkan karena sumbatan akibat arteriosklerosis yang membentuk emboli atau trombus dengan memeriksa tanda-tanda hipoperfusi pada kaki, yang meliputi hilangnya perfusi, parestesi, paralisis, nyeri, dan pucat.[2]

Pemeriksaan kaki dapat dilakukan dengan memeriksa pulsasi pada pembuluh darah tibialis posterior dan dorsalis pedis. Lakukan palpasi pada kedua pembuluh darah tersebut. Pulsasi yang lemah atau tidak teraba menandakan vaskularisasi yang buruk.[2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes mellitus tipe 1 dan Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY).

Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 diakibatkan oleh autoimun terhadap sel β pankreas, sehingga terjadi kerusakan sel beta pankreas dan mengakibatkan defisiensi insulin absolut. Hal ini menyebabkan pasien sangat bergantung dengan insulin eksogen untuk menurunkan glukosa darah, mengurangi hiperglukagnonemia, mencegah ketosis.[2,14]

Diabetes mellitus tipe 1 biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, dengan peak incidence usia 10-14 tahun. Diabetes mellitus tipe 1 dapat dibedakan dengan tipe 2 berdasarkan pemeriksaan kadar insulin, C-peptida, dan uji antibodi.[2,14]

Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY)

Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) merupakan salah satu bentuk dari defek sel ß pankreas akibat mutasi genetik pada faktor transkripsi nukleus dan glucokinase yang mengakibatkan disfungsi sel ß pankreas. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 10 mutasi fenotip gen yang mendasari terjadinya MODY.[2,15]  

Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) diturunkan secara genetik autosomal dominan, onset usia muda lebih dari 25 tahun. Pada MODY, jarang didapatkan obesitas. Hiperglikemia diakibatkan resistensi insulin, sehingga awal penatalaksanaan dapat dengan obat diabetes oral, seperti metformin.[2,15]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama untuk diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) adalah pemeriksaan kadar gula darah. Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dL,  kadar gula darah 2 jam post prandial ≥ 200 mg/dL, HbA1C ≥ 6,5, glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL. Biasanya diperlukan pemeriksaan ulang kadar gula darah pada hari kedua untuk memastikan diagnosis diabetes melitus tipe 2.[2,13]

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus tipe 2

Normal Prediabetes Diabetes Mellitus
Gula Darah Puasa mg/dL (mmol/L) < 100 100–125 ≥ 126
Gula Darah 2 jam post prandial mg/dL (mmol/L) < 140 ≥ 140–199 ≥ 200
HbA1C (%) < 5.7 5.7–6.4 ≥ 6.5

Sumber: Diabetes Care. American Diabetes Association. 2021.

Glukosa Darah Puasa (GDP)

Pemeriksaan glukosa darah puasa dilakukan dengan cara pasien berpuasa setidaknya selama 8 jam sebelum test. Gula darah puasa ≥ 126 mg/dL dapat didiagnosa sebagai diabetes melitus tipe 2, sedangkan gula darah puasa 100–125 mg/dL dikatakan prediabetes.[2,13]

Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dilakukan dengan mengukur kadar gula darah puasa pasien lalu berikan larutan glukosa oral 75 gram dalam 300 cc air, dan ukur ulang kadar gula darah setelah 2 jam.[2,13]

Hasil tes sebesar ≥ 200 mg/dL dikategorikan sebagai diabetes mellitus, 140-199 mg/dL toleransi glukosa terganggu, hasil kurang dari 140 mg/dL normal. Pemeriksaan dilakukan di pagi hari, dikarenakan variasi siklus diurnal pada glukosa oral toleransi, pasien tidak diperbolehkan merokok dan beraktivitas fisik selama tes.[2,13]

HemoglobinA1c (HbA1c)

Hemoglobin A1C (HbA1C) terutama digunakan untuk pengukuran pemantauan keberhasilan terapi diabetes. Hal ini disebabkan oleh kemampuan HbA1c untuk melihat perkiraan kadar glukosa selama 2 sampai 3 bulan ke belakang dari waktu pemeriksaan.[2,13]

Nilai HbA1c di atas 6,5% menunjukkan kontrol gula darah yang kurang baik selama 2 sampai 3 bulan sebelum pengukuran. Nilai cut-off 6,5% dipilih karena risiko retinopathy DM meningkat bila diatas nilai tersebut. Keuntungan pengukuran HbA1c adalah pasien tidak perlu berpuasa dan meminum sesuatu.[2,13]

Pemeriksaan Funduskopi

Pemeriksaan funduskopi bertujuan untuk memeriksa segmen posterior mata, seperti badan vitreus, retina, diskus optikus, dan koroid. Pemeriksaan dapat dipermudah dengan melakukan dilatasi pupil pasien sebelum melakukan funduskopi, dengan sebelumnya dilakukan pemeriksaan tekanan intraokular (TIO) menggunakan tonometry. Dilatasi pupil dengan midriatikum, seperti atropin, sebaiknya tidak dilakukan apabila TIO meningkat.[2,18]

Jika ditemukan tanda perdarahan atau eksudat, atau terdapat neovaskularisasi, dan jika didapatkan tanda khas untuk diabetic retinopathy seperti mikroaneurisma, dot and blot hemorrhages, cotton wool spots dan intraretinal microvascular anomalies (IRMAs) segera rujuk pasien ke spesialis mata untuk penanganan lebih lanjut.[2,18]

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH

Referensi

2. Maxine A. Papadakis, MD, Stephen J. McPhee, MD, Michael W. Rabow, MD. CURRENT Medical Diagnosis & Treatment. 2022. LANGE medical book
12. Knight J et al. Diabetes management 1: disease types, symptoms and diagnosis. Nursing Times. 2017.
13. Diabetes Care. Classification and Diagnosis of Diabetes: Standards of Medical Care in Diabetes. American Diabetes Association. 2021;44 (Suppl. 1):S15–S33. https://doi.org/10.2337/dc21-S002
14. World Health Organization. Diagnosis and management of type 2 diabetes (HEARTS-D). Geneva: 2020 (WHO/UCN/NCD/20.1).
15. Urakami T. Maturity-onset diabetes of the young (MODY): current perspectives on diagnosis and treatment. Diabetes Metab Syndr Obes. 2019.
18. Lechner et al. The pathology associated with diabetic retinopathy. Vision Research. 2017.
23. Jefferies C, Carter P, Reed PW, et al. The incidence, clinical features, and treatment of type 2 diabetes in children <15 yr in a population-based cohort from Auckland, New Zealand, 1995–2007. Pediatr Diabetes 2012; 13:294.

Epidemiologi Diabetes Mellitus T...
Penatalaksanaan Diabetes Mellitu...

Artikel Terkait

  • Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Suplementasi Vitamin D untuk Mencegah Diabetes Mellitus Tipe 2 - Telaah Jurnal
    Suplementasi Vitamin D untuk Mencegah Diabetes Mellitus Tipe 2 - Telaah Jurnal
  • Indeks Glikemik dan Beban Glikemik
    Indeks Glikemik dan Beban Glikemik
  • Terapi Pilihan pada Nyeri Neuropati Diabetik
    Terapi Pilihan pada Nyeri Neuropati Diabetik
  • Perlukah Memberi Metformin untuk Pasien Prediabetes
    Perlukah Memberi Metformin untuk Pasien Prediabetes

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 Maret 2025, 00:14
Terapi diabetes pada ibu hamil dengan HbA1c normal
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Ibu hamil dengan diabetes, jika hba1c normal, apakah masih perlu terapi farmakologis?
Anonymous
Dibalas 14 Maret 2025, 16:51
Pemberian metformin untuk ibu hamil
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter! Saya menemukan pasien g3 dengan uk 28-29minggu dengan riwayat diabetes dan minum oad kombinasi metformin-glimepiride 2. Apakah bisa diganti...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 20 Februari 2025, 16:41
Kiat Praktis Menyusun Rencana Diet untuk Berat Badan Ideal 🍎🥗
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
2 Balasan
ALO Dokter!Menurunkan atau menambah berat badan bukan hanya soal mengurangi atau menambah porsi makan. Penyusunan rencana diet yang tepat harus dilakukan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.