Prognosis Diabetes Mellitus Tipe 2
Prognosis diabetes melitus tipe 2 (DM Tipe 2) berkaitan dengan kejadian komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular, dimana hal ini dapat berisiko morbiditas bahkan mortalitas. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak dan kematian terbanyak dalam studi epidemiologi global.[9,14,18]
Komplikasi
Komplikasi diabetes dapat berupa komplikasi mikrovaskular seperti retinopati diabetik dan makrovaskular seperti peripheral arterial disease.
Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular pada DM tipe 2 meliputi retinopati diabetik, neuropati, dan nefropati.
Retinopati Diabetik:
Retinopati diabetik didapatkan pada 20% pasien DM tipe 2. Retinopati diabetik ditandai dengan degenerasi sel endotel dan perisit pada kapiler retina akibat kejadian iskemia dan mikro-aneurisma. Hal ini kemudian mengganggu fungsi retina, makula, atau keduanya. Retinopati diabetik paling sering menyebabkan gangguan penglihatan dan kebutaan pada penderita diabetes.[2,18]
Neuropati:
Polineuropati distal simetris (PNDS) adalah bentuk paling umum dari neuropati diabetik. Manifestasi klinis PNDS sering kali melibatkan jari kaki dan kaki bagian distal, namun perlahan ke proksimal, kemudian melibatkan tungkai dan kaki seperti kaus kaki. Gejala awal yang paling sering yang melibatkan nyeri, akut, seperti tertusuk; nyeri seperti terbakar; hingga kebas dan baal; serta kesemutan dan kehilangan sensasi protektif.[19]
Studi saat ini sedang meneliti apakah pemberian vitamin B12 bermanfaat untuk menangani neuropati diabetik. Namun, hasil yang ada masih memiliki kekuatan bukti yang lemah.
Nefropati:
Nefropati diabetik adalah komplikasi kronis yang ditandai dengan penurunan glomerular filtration rate (GFR), peningkatan tekanan darah, albuminuria persisten lebih dari 300 mg/hari yang dikonfirmasi setidaknya 2 kali dengan jarak 3-6 bulan.[2,19]
Pemeriksaan fungsi ginjal secara berkala pada pasien ini disarankan, setidaknya sekali setiap tahun, untuk memantau risiko terjadinya komplikasi ini.[2,19]
Komplikasi Makrovaskular
Komplikasi makrovaskular yang sering terjadi pada DM tipe 2 adalah peripheral vascular disease dan peripheral arterial disease, sindrom koroner akut (SKA), dan cerebrovascular disease.
Peripheral Vascular Disease dan Peripheral Arterial Disease (PAD):
Peripheral arterial disease (PAD) merupakan keadaan dimana perfusi ke jaringan tidak cukup, karena adanya sumbatan atau gangguan aliran darah akibat trombus atau emboli pada arteri. Manifestasi klinis khas PAD adalah klaudikasio intermiten, yaitu nyeri yang mengenai betis, dan kadang-kadang pada paha dan bokong, saat olahraga atau beraktivitas dan berkurang dengan istirahat.[2,19]
Komplikasi yang dapat timbul dari adanya PAD adalah gangren, yang disebabkan oleh kematian jaringan karena kurangnya perfusi pada jaringan tersebut.[2,19]
Peripheral vascular disease (PVD) adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah perifer, baik vena, arteri, maupun pembuluh darah limfatik. Manifestasi klinis yang sering timbul adalah deep vein thrombosis (DVT) dan varises.[2,19]
Sindrom Koroner Akut:
Risiko komplikasi sindrom koroner akut (SKA) terjadi 3-5 kali lebih sering pada pasien DM tipe 2. Peningkatan risiko terjadinya infark miokard merupakan kombinasi hiperglikemia, hiperlipidemia, hipertensi, dan produksi stress oksidatif yang menyebabkan terjadinya aterosklerosis.[2]
Penyakit Serebrovaskular:
Penyakit serebrovaskular atau cerebrovascular disease adalah keadaan patologis yang menyebabkan gangguan pada bagian tertentu di otak baik temporer maupun permanen, akibat proses patologis pada pembuluh darah, baik yang menyebabkan iskemia atau perdarahan. Penyakit yang termasuk cerebrovascular disease adalah stroke iskemik, stroke hemoragik, aneurisma, dan malformasi arteri-vena.[19]
Prognosis
Prognosis diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) sangat dipengaruhi oleh kontrol gula darah, dimana keadaan hiperglikemia, terutama hiperglikemia persisten akan lebih mudah mengalami komplikasi mikrovaskular, seperti retinopati dan nefropati, serta makrovaskular, seperti SKA dan penyakit serebrovaskular.[3]
Kontrol gula darah, modifikasi gaya hidup dengan diet dan makan sesuai kebutuhan kalori dan proporsi karbohidrat tinggi serat, lemak dan protein yang seimbang, disertai dengan aktivitas fisik yang rutin sangat membantu dalam mengurangi risiko komplikasi.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH