Diagnosis Hiperprolaktinemia
Diagnosis hiperprolaktinemia dapat ditegakkan melalui evaluasi kadar serum prolaktin yang mengalami peningkatan. Setelah itu, investigasi lebih lanjut dengan pemeriksaan laboratorium lain atau pemeriksaan radiologis dapat dilakukan untuk mencari etiologi.[9]
Anamnesis
Gejala yang dikeluhkan oleh pasien hiperprolaktinemia dapat berkaitan dengan efek langsung kadar prolaktin yang meningkat atau berkaitan dengan lesi (tumor) yang menekan struktur anatomi di sekitarnya.
Pada kasus hiperprolaktinemia karena tumor pituitari seperti prolaktinoma, gejala yang umum terjadi adalah sakit kepala dan gangguan visual karena kiasma optik tertekan.
Level prolaktin yang meningkat akan mensupresi aksis hipotalamus-pituitari-gonadal dan menimbulkan gangguan menstruasi (oligomenorea, amenorrhea, menorrhagia), galaktorea, dan infertilitas. Pada laki-laki, dapat terjadi disfungsi ereksi, impotensi, oligospermia, dan penurunan libido. Pada anak-anak atau remaja dapat terjadi keterlambatan pubertas. Osteoporosis juga mungkin dialami.[1,10,11]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umumnya menyesuaikan dengan gejala yang dialami. Pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan payudara untuk deteksi galaktorea, dan pemeriksaan visual jika ada gangguan penglihatan yang dicurigai akibat tumor pituitari dapat dilakukan bila perlu. Pasien hiperprolaktinemia juga dapat mengalami penurunan densitas tulang sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.[10]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding hiperprolaktinemia adalah hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh etiologi yang berbeda. Dokter perlu melakukan eksklusi penyebab-penyebab utama hiperprolaktinemia, yaitu hipotiroid, penggunaan obat-obat yang menginhibisi dopamin, prolaktinoma, sirosis, gagal ginjal, kehamilan, dan lainnya.
Pasien dengan gagal ginjal umumnya mengalami hiperprolaktinemia karena gangguan clearance dan peningkatan sekresi prolaktin. Level prolaktinnya sering berada antara 30–108 µg/L dan jarang mencapai level yang sangat tinggi. Perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal seperti ureum dan kreatinin untuk evaluasi.
Hiperprolaktinemia juga sering terjadi pada pasien sirosis hati, di mana level prolaktin berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit. Level prolaktin umumnya < 100 µg/L.
Hipotiroid dapat meningkatkan prolaktin melalui peningkatan level TRH (thyrotropin releasing hormone) yang menstimulasi sekresi prolaktin. Menurunnya kadar triiodothyronine (T3) pada hipotiroid berkontribusi menyebabkan hiperprolaktinemia karena T3 menurunkan level mRNA prolaktin di sel lactotroph. Level prolaktin pada hipotiroid sering kali ada di angka < 100 µg/L.[4,12]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama untuk hiperprolaktinemia adalah pemeriksaan kadar serum prolaktin yang diambil dalam keadaan puasa. Nilai rujukan prolaktin adalah < 20 µg/L pada laki-laki dan < 25 µg/L pada perempuan.
Jika hasil pemeriksaan kadar serum prolaktin meningkat, pemeriksaan penunjang selanjutnya dilakukan dengan tujuan untuk mencari etiologi hiperprolaktinemia. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain tes fungsi tiroid, tes fungsi ginjal, tes kehamilan, dan tes fungsi hati.
Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan untuk evaluasi etiologi sesuai kecurigaan. Bila dicurigai ada adenoma pituitari, dokter dapat melakukan MRI yang merupakan pemeriksaan radiologis pilihan pada kasus ini karena dapat mendeteksi tumor hingga ukuran kecil (3–5 mm). Pemeriksaan radiologis untuk ginjal, hati dan tiroid juga dapat dilakukan bila dicurigai ada indikasi.[1,4]