Etiologi Hiperprolaktinemia
Etiologi hiperprolaktinemia dapat berupa kejadian fisiologis seperti kehamilan dan stimulasi puting, kejadian patologis seperti tumor pituitari, atau penggunaan obat-obat tertentu yang mengganggu sintesis, sekresi, dan ekskresi hormon prolaktin.
Etiologi Fisiologis
Etiologi fisiologis hiperprolaktinemia yang paling umum adalah kehamilan. Saat hamil, ada peningkatan level estrogen yang juga meningkatkan sekresi prolaktin. Hal ini akan menstimulasi perkembangan payudara selama hamil dan memproduksi ASI.
Proses menyusui bayi juga merupakan stimulus kuat untuk sekresi prolaktin yang kemudian menyebabkan hiperprolaktinemia fisiologis. Selain itu, olahraga, stres, tidur, dan aktivitas seksual juga dilaporkan sebagai etiologi fisiologis hiperprolaktinemia.[1,4]
Etiologi Patologis
Penyebab patologis hiperprolaktinemia dapat berupa penyakit kelenjar pituitari seperti prolaktinoma, penyakit Cushing, massa parasellar, dan akromegali. Selain itu, kondisi hiperprolaktinemia juga dapat disebabkan oleh penyakit hipotalamus seperti tumor, granuloma (sarkoidosis dan tuberkulosis), trauma kepala, dan penyakit histiositosis. Penyakit sistemik seperti sirosis hati, hipotiroidisme primer, polycystic ovarian syndrome (PCOS), dan gagal ginjal juga dapat menyebabkan hiperprolaktinemia.[1,5]
Etiologi Farmakologis
Beberapa jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan hiperprolaktinemia adalah TRH (thyrotropin releasing hormone), estrogen, dan obat antipsikotik atau antagonis reseptor dopamin seperti risperidone dan haloperidol. Selain itu, antidepresan trisiklik dan selective serotonin receptor inhibitor (SSRI) seperti amitriptilin dan fluoxetine juga dapat menjadi penyebab.
Obat antiemetik seperti metoclopramide, domperidone, dan prochlorperazine, serta obat antikonvulsi seperti fenitoin juga dapat meningkatkan kadar prolaktin. Beberapa obat antihipertensi (verapamil, metildopa, labetalol), obat antihistamin H2 (cimetidine dan ranitidine), serta opioid (metadon, morfin, heroin) juga dapat menjadi etiologi.[1,5]
Faktor Risiko
Insiden hiperprolaktinemia lebih umum terjadi pada wanita di usia subur dibandingkan wanita di usia menopause. Wanita cenderung memiliki level serum prolaktin yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan lebih tingginya level estrogen. Usia tidak memengaruhi level serum prolaktin pada laki-laki. Pada pasien dengan pengobatan antipsikotik rutin, dosis antipsikotik yang semakin tinggi dilaporkan berkaitan dengan semakin tingginya juga level prolaktin.[6]