Epidemiologi Hipoglikemia pada Anak
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kasus hipoglikemia pada anak lebih banyak ditemukan pada neonatus yang lahir pada usia gestasi kurang dari 37 minggu atau lebih dari 40 minggu.[5,8]
Global
Hipoglikemia pada anak paling sering ditemukan pada masa perinatal. Kejadian hipoglikemia lebih banyak ditemukan pada neonatus yang lahir di usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan pada mereka yang lahir di usia kehamilan lebih dari 40 minggu. Tingkat kejadian hipoglikemia dilaporkan sebesar 2,4% pada neonatus yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu, 0,7% pada neonatus yang lahir pada usia 38-40 minggu kehamilan, dan 1,6- 1,8% pada neonatus yang lahir pada usia kehamilan 41-42 minggu.
Sebuah studi melaporkan bahwa kejadian hipoglikemia berat pada anak dengan diabetes melitus tipe 1 di Denmark, Islandia, Norwegia, dan Swedia adalah 6,0 per 100 pasien-tahun.
Pada masa bayi, penyebab tersering hipoglikemia adalah hiperinsulinemia, hipopituitarisme, dan gangguan metabolisme. Pada balita, hipoglikemia ketotik merupakan jenis yang lebih banyak ditemukan. Sementara itu, penyebab tersering pada remaja adalah tumor pankreas penghasil insulin.[5,8-10]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi hipoglikemia pada anak di Indonesia.
Mortalitas
Hipoglikemia bisa menyebabkan kematian, terutama pada bayi yang masih sangat muda. Selain itu, hipoglikemia pada masa bayi dan anak sering menyebabkan kecacatan neurokognitif, termasuk gangguan pendengaran dan sensorik. Hipoglikemia juga bisa menimbulkan konsekuensi jangka panjang, seperti penurunan ukuran kepala dan penurunan kecerdasan.
Terdapat data yang menunjukkan bahwa sebanyak 50% pasien yang selamat dari hipoglikemia hiperinsulinemia pada masa bayi mengalami komplikasi neurologis jangka panjang.[3,5,11]