Epidemiologi Malnutrisi
Secara epidemiologi, malnutrisi ditemukan hampir di seluruh belahan dunia dengan populasi paling berisiko adalah bayi, anak-anak, dan wanita. Malnutrisi diperkirakan berkontribusi terhadap 45% kematian anak-anak secara global.[9]
Global
UNICEF menyatakan bahwa prevalensi stunting telah menurun secara stabil sejak tahun 2000, tetapi wasting tetap merupakan masalah nutrisi global dan overweight adalah masalah kesehatan nutrisi yang baru. Pada tahun 2020, diperkirakan sebanyak 149,2 juta atau 22% anak di bawah 5 tahun mengalami stunting. Selain itu, 45,4 juta atau 6,7% anak di bawah 5 tahun diperkirakan mengalami wasting, dan 38,9 juta atau 5,7% mengalami overweight. Regio dengan prevalensi stunting, wasting, dan overweight terbesar di dunia adalah Afrika Sub Sahara, Asia Selatan, serta Asia Timur dan Pasifik.[10]
Populasi yang paling berisiko mengalami malnutrisi adalah wanita, bayi, dan anak-anak. Kekurangan nutrisi telah dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak paling berat pada masa bayi. Tetapi di sisi lain, overweight dan obesitas pada anak juga dilaporkan terus meningkat. Keberadaan kekurangan dan kelebihan nutrisi secara bersama-sama ini sering disebut sebagai double burden malnutrition (DBM). DBM paling banyak ditemukan di Afrika Sub Sahara, Asia Selatan, serta Asia Timur dan Pasifik.[1]
Indonesia
Saat ini, Indonesia mengalami krisis malnutrisi yang ditandai dengan triple burden, yaitu kekurangan nutrisi, kelebihan nutrisi, dan defisiensi mikronutrien. Di Indonesia, diperkirakan 1 dari 3 anak di bawah lima tahun mengalami stunting; 1 dari 10 anak mengalami wasting; dan 1 dari 7 remaja mengalami overweight. Defisiensi mikronutrien terutama paling berdampak pada remaja perempuan di mana 1 dari 4 mengalami anemia.[8]
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, persentase stunting di Indonesia mencapai 30,8%, dengan Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi dengan angka kejadian tertinggi. Persentase balita di Indonesia yang mengalami gizi kurang mencapai 13,8%, gizi buruk 3,9%, dan gizi lebih 3,1%.[11]
Mortalitas
Malnutrisi diperkirakan menyebabkan 45% kematian anak di seluruh dunia. Pada anak, malnutrisi dapat menyebabkan penurunan fungsi imunologis yang membuat mereka rentan terhadap infeksi oportunistik dan infeksi masa kanak lain.
Di negara berkembang, wanita dengan gizi buruk berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR menghadapi konsekuensi kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, seperti kegagalan pertumbuhan yang meningkatkan risiko morbiditas dan kematian dini.[1,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Afiffa Mardhotillah