Diagnosis Tiroiditis
Diagnosis thyroiditis terutama ditegakkan melalui pemeriksaan fisik kelenjar tiroid dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap, penanda inflamasi, tes fungsi tiroid, dan tes antibodi tiroid. Selain itu, radioactive iodine uptake scan dan ultrasonografi (USG) juga dapat dilakukan bila perlu.
Anamnesis
Pasien dengan kecurigaan thyroiditis perlu ditanyakan mengenai rasa nyeri pada area tiroid, demam, dan pembengkakan. Selain itu, riwayat konsumsi obat-obatan, riwayat terapi radioaktif/radiasi, dan riwayat melahirkan dalam 1 tahun terakhir juga ditanyakan. Riwayat kelainan genetik dan penyakit autoimun pada diri pasien dan keluarga juga sebaiknya digali.
Beberapa pasien mungkin mengalami hipotiroidisme yang ditandai dengan rasa lelah, kenaikan berat badan, intoleransi cuaca dingin, konstipasi, kulit kering, dan rambut rontok. Sementara itu, beberapa pasien mungkin mengalami hipertiroidisme yang ditandai dengan penurunan berat badan, gelisah, intoleransi cuaca panas, tremor, dan jantung berdebar.[1,2]
Thyroiditis Akut
Pada thyroiditis akut, pasien dapat mengeluhkan demam, menggigil, nyeri leher, nyeri tenggorokan, suara serak, dan kesulitan menelan. Nyeri leher biasanya unilateral dan dapat menjalar ke mandibula, telinga, atau oksiput. Nyeri leher memberat dengan hiperekstensi leher dan membaik dengan fleksi leher. Infeksi bakteri dan radiasi sering menjadi penyebab utama thyroiditis jenis ini.[1]
Thyroiditis Subakut
Pada anamnesis bisa didapatkan riwayat infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi viral lainnya. Nyeri leher biasanya lokal pada leher anterior dan mungkin bisa menjalar hingga telinga dan rahang. Gejala sistemik yang mungkin muncul adalah kelelahan, malaise, dan demam subfebris. Infeksi virus dan thyroiditis postpartum sering menjadi penyebab utama thyroiditis jenis ini.[2,4,6]
Thyroiditis Kronik
Pada anamnesis thyroiditis kronik, nyeri umumnya tidak dikeluhkan. Namun, bila sudah terjadi pembesaran kelenjar, dapat ditemukan gejala kompresi lokal seperti kesulitan menelan, sensasi tercekik, atau suara serak. Kondisi ini dapat mengindikasikan goiter besar, nodul tiroid besar, atau thyroiditis Riedel. Pasien dengan thyroiditis Riedel bisa mengalami disfagia, odinofagia, serta distress pernapasan akibat kompresi dari trakea, esofagus, dan fibrosis yang ekstensif.[1]
Thyroiditis kronik sering disebabkan oleh kondisi autoimun yang dapat menyebabkan hipertiroidisme atau hipotiroidisme. Oleh karena itu, gejala masing-masing kondisi ini perlu digali sesuai yang tersebut di atas.[2]
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda klinis yang dapat ditemukan melalui pemeriksaan fisik dapat bervariasi tergantung pada jenis thyroiditis yang dialami. Pemeriksaan yang paling penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan fisik tiroid.
Thyroiditis Akut
Pada thyroiditis akut, pasien dapat mengalami demam hingga 38–40 derajat Celsius. Selain itu, bisa ditemukan pembengkakan kelenjar tiroid yang kemerahan dan nyeri. Hal ini bisa tampak unilateral. Abses atau limfadenopati regional juga dapat ditemukan pada inspeksi atau palpasi leher.[2]
Thyroiditis Subakut
Pada pemeriksaan fisik thyroiditis subakut, bisa ditemukan suhu subfebris, pembesaran kelenjar tiroid, dan nyeri leher yang diperparah dengan ekstensi. Pada hipertiroidisme, bisa ditemukan takikardia dan perbedaan tekanan sistol dan diastol yang semakin jauh (widened pulse pressure).[2]
Thyroiditis Kronik
Pada thyroiditis kronik, palpasi dapat menemukan pembesaran kelenjar, rasa nyeri, abnormalitas tekstur, atau nodul. Pada thyroiditis autoimun, biasanya ditemukan goiter yang tidak terasa nyeri. Pada thyroiditis Riedel, bisa ditemukan goiter yang terfiksasi, keras, dan tidak nyeri ketika dilakukan palpasi.[1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding thyroiditis meliputi penyakit pada kelenjar tiroid seperti nodul tiroid, kista tiroid, dan kanker tiroid.[11,14]
Nodul Tiroid
Nodul tiroid adalah lesi dalam parenkim tiroid yang bisa dibedakan dari jaringan di sekitarnya secara radiologis. Namun, metode diagnostik pilihan untuk mengonfirmasi diagnosis nodul tiroid soliter adalah aspirasi jarum halus.[14,15]
Kista Tiroid
Kista tiroid adalah nodul yang berisi cairan. Kista bisa berukuran kecil maupun besar, dan bisa muncul secara tiba-tiba. Jika nodul berisi cairan tetapi juga solid, maka disebut sebagai kista kompleks. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan sitologi dari aspirasi cairan di nodul tiroid.[14,16]
Kanker Tiroid
Kanker tiroid bisa dicurigai dari adanya nyeri leher, stridor, disfonia, dan disfagia. Selain itu, tanda lain yang bisa dilihat dari pemeriksaan USG adalah batas yang tidak jelas, mikrokalsifikasi, peningkatan vaskularitas, dan limfadenopati servikal.[14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada thyroiditis meliputi pemeriksaan laboratorium dan pencitraan seperti USG. Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan darah lengkap, penanda inflamasi, tes fungsi tiroid, dan tes antibodi tiroid. Selain itu, pemeriksaan radioactive iodine uptake juga dapat dilakukan bila perlu.[1]
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami thyroiditis infeksi. Bila pasien mengalami thyroiditis akut karena infeksi bakteri, dapat ditemukan leukositosis dengan shift to the left.[1,2]
Pemeriksaan Inflamasi
Penanda inflamasi seperti erythrocyte sedimentation rate (ESR) dan C-reactive protein (CRP) umumnya meningkat pada thyroiditis akibat infeksi bakteri. Pemeriksaan ini juga meningkat pada thyroiditis subakut.[1,2,7]
Tes Fungsi Tiroid
Tes fungsi tiroid diperlukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami hipertiroidisme atau hipotiroidisme. Pada thyroiditis subakut, mula-mula kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) akan menurun, sedangkan kadar free T4 (FT4) meningkat. Namun, seiring berjalannya waktu, hipotiroidisme akan muncul, baik yang transien maupun permanen. Setelahnya, kadar hormon tiroid bisa kembali normal (eutiroid).[1–4]
Pada pasien dengan thyroiditis kronik yang mengalami hipotiroidisme, kadar TSH meningkat dan kadar FT4 menurun atau tetap normal. Sementara itu, pada pasien thyroiditis kronik dengan hipertiroidisme, kadar TSH menurun atau bisa juga normal. Thyroiditis Hashimoto umumnya menyebabkan hipotiroidisme.[2]
Tes Antibodi Tiroid
Pemeriksaan antibodi antithyroid peroxidase (antimikrosomal maupun antitiroseluler) merupakan indikator paling sensitif terhadap autoimunitas dan dapat dilakukan untuk mengonfirmasi penyakit thyroiditis autoimun.[1]
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan pemeriksaan pencitraan yang paling sering digunakan untuk evaluasi kelenjar tiroid. Dalam pemeriksaan USG, dapat ditemukan tampakan parenkim tiroid heterogen yang mengindikasikan inflamasi. Namun, USG tidak dapat membedakan thyroiditis produksi atau destruksi.
Pemeriksaan USG juga dapat mendeteksi nodul pada kelenjar tiroid serta membedakan nodul jinak dengan ganas. Pemeriksaan USG tiroid tidak dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien dengan tes fungsi tiroid abnormal yang tidak memiliki kelainan pada palpasi.[1,4]
Radioactive Iodine Uptake Scan (RAIU)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membedakan thyroiditis produksi dan destruksi pada pasien dengan tirotoksikosis.
Uptake rendah iodin pada pemindaian (scan) tiroid menandakan:
- Tiroid destruksi (thyroiditis Hashimoto, thyroiditis postpartum subakut, thyroiditis limfositik subakut, thyroiditis infeksi, thyroiditis granulomatosa subakut)
- Hipotiroidisme primer
- Hipotiroidisme sentral
- Kelebihan iodin
- Konsumsi suplemen tertentu
- Penggunaan obat-obatan (amiodarone, obat antitiroid)
Sedangkan uptake yang normal atau tinggi mengindikasikan:
- Thyroiditis produksi (penyakit Grave’s)
- Hipertiroidisme akibat goiter multinodular atau adenoma tiroid
- Goiter
- Defisiensi iodin
- Thyroiditis Hashimoto tahap awal
- Kehamilan[17]
Aspirasi Jarum Halus dan Biopsi
Aspirasi jarum halus dilakukan untuk mengevaluasi nodul tiroid (bila ditemukan) yang dicurigai ganas. Selain itu, prosedur ini juga dilakukan untuk kultur guna menentukan regimen antibiotik pada thyroiditis infeksi. Namun, pada thyroiditis Riedel, biopsi terbuka lebih dipilih dibandingkan aspirasi jarum halus.[1]