Penatalaksanaan Tiroiditis
Penatalaksanaan thyroiditis ditentukan sesuai etiologinya. Pada thyroiditis akut akibat infeksi bakteri, penatalaksanaan meliputi antibiotik, sedangkan pada thyroiditis subakut akibat infeksi virus, penatalaksanaan umumnya hanya bersifat simtomatik karena penyakit bersifat self-limiting. Pada thyroiditis jenis lainnya, tata laksana dapat berupa observasi, terapi medikamentosa, atau pembedahan sesuai perjalanan penyakit.
Observasi
Thyroiditis subakut akibat infeksi virus biasanya bersifat self-limiting sehingga tidak memerlukan terapi spesifik. Dokter dapat melakukan observasi dan memberikan terapi simtomatik bila perlu.[1,3]
Medikamentosa
Pada pasien yang bergejala, bisa diresepkan obat simtomatik, misalnya analgesik dan antiinflamasi dari golongan non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Selain itu, pada etiologi infeksi, bisa diberikan antibiotik atau antifungi sesuai agen infeksi. Pasien dengan gejala tirotoksikosis bisa diberikan antiinflamasi dan beta blocker. Sementara itu, pasien dengan hipotiroidisme dapat diberikan obat levotiroksin dan pasien dengan hipertiroid dapat diberikan propylthiouracil.[1]
Analgesik dan Antiinflamasi
Pada pasien yang mengalami nyeri dan inflamasi, bisa diresepkan NSAID (misalnya aspirin) sebagai lini pertama atau steroid (misalnya prednison). Aspirin dosis rendah dapat diberikan setiap 4–6 jam, tetapi jika tidak membaik, bisa diberikan prednison selama 1 minggu yang kemudian diturunkan dosisnya perlahan (tapering off). Dosis prednison yang bisa diberikan adalah 30–40 mg/hari selama 1–4 minggu.[2,7]
Aspirin bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin yang mencegah pembentukan tromboksan A2. Sedangkan prednison bekerja dengan cara menurunkan permeabilitas kapiler yang meningkat dan menekan aktivitas polimorfonuklear. Pasien dengan tirotoksikosis dan nyeri berat dapat diberikan kombinasi kortikosteroid dan beta blocker seperti propanolol.[1,4]
Antiinfeksi
Pada thyroiditis akut bakterial diperlukan pemberian antibiotik sebelum terbentuk abses. Untuk terapi awal, bisa diberikan penisilin atau ampisilin secara parenteral yang efektif untuk melawan bakteri gram positif dan bakteri anaerob. Pada pasien yang mengalami alergi penisilin, dapat diberikan antibiotik golongan sefalosporin. Antibiotik diberikan selama 10–14 hari.[2]
Beta Blocker
Pasien dengan tirotoksikosis dan nyeri berat dapat diberikan kombinasi kortikosteroid dan beta blocker seperti propranolol. Pemberian beta blocker dapat mengurangi gejala takikardi dan mengatasi aritmia yang terkait dengan kondisi ini.[1,4]
Levotiroksin
Levotiroksin adalah bentuk sintetis dari hormon tiroksin. Pasien yang mengalami hipotiroidisme dapat diberikan levotiroksin dan dilakukan monitor fungsi tiroid secara berkala. Levotiroksin dapat mengobati hipotiroidisme serta dapat mengecilkan ukuran goiter pada thyroiditis Hashimoto.[2]
Pada thyroiditis postpartum subakut, levotiroksin dipertimbangkan pada wanita dengan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) serum lebih dari 10 mIU/L atau pada wanita dengan kadar TSH serum antara 4–10 mIU/L yang simtomatik.[4]
Propylthiouracil
Propylthiouracil bisa diberikan kepada pasien thyroiditis yang mengalami hipertiroidisme atau yang mengalami thyroid storm.[1]
Pembedahan
Tata laksana pembedahan dipilih pada pasien dengan abses untuk dilakukan drainase. Jika thyroiditis infeksi disebabkan oleh kelainan struktur anatomi (misalnya ada sinus piriformis pada anak), maka pembedahan bisa dilakukan untuk mengoreksinya. Selain itu, pembedahan juga dilakukan pada pasien dengan thyroiditis Riedel.[1]