Epidemiologi Akalasia
Berdasarkan data epidemiologi, akalasia atau achalasia termasuk penyakit yang jarang terjadi. Namun, akalasia merupakan penyakit gangguan motilitas pada esofagus yang tersering. Insiden global akalasia adalah 0,5–1,2 per 100.000 orang per tahun.[1]
Global
Akalasia dapat terjadi pada segala gender, ras, dan usia. Namun, angka kejadian lebih rendah pada anak berusia <16 tahun, yaitu 0,18 per 100.000 anak per tahun. Kenaikan usia meningkatkan risiko kejadian akalasia. Usia terbanyak yang mengalami akalasia adalah usia 30–60 tahun.[1,5]
Insiden akalasia tidak berbeda bermakna antara pria dan wanita. Di benua Amerika (terutama Amerika Selatan), akalasia sering dikaitkan dengan penyakit Chagas yang disebabkan oleh infeksi parasit Trypanosoma cruzi. Parasit ini juga merupakan salah satu penyebab miokarditis.[1,5]
Indonesia
Data epidemiologi akalasia secara nasional belum tersedia di Indonesia. Data yang ada hanya merupakan laporan kasus atau studi berskala kecil dari beberapa rumah sakit. Studi epidemiologi nasional masih perlu dilakukan.[6]
Mortalitas
Akalasia yang tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi dan kematian seiring dengan berjalannya waktu. Mortalitas dapat mencapai 66,1% setelah akalasia terjadi selama 30 tahun. Sekitar 11,9% dari kematian tersebut disebabkan oleh komplikasi akalasia, yaitu kanker esofagus.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur