Prognosis Akalasia
Prognosis akalasia atau achalasia tergantung pada usia pasien dan pemilihan terapi. Pasien usia <15 tahun yang mengalami akalasia memiliki prognosis cenderung buruk. Pemilihan terapi medikamentosa juga memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pemilihan tata laksana bedah.[8]
Komplikasi
Komplikasi yang sering dialami pasien akalasia adalah perubahan sel yang mengarah ke keganasan, yaitu karsinoma sel skuamosa pada esofagus. Sekitar 0,4–9,2% pasien akalasia akan mengalami karsinoma sel skuamosa.[2,6]
Karsinoma sel skuamosa diduga terjadi akibat akumulasi toksin nitrosamine yang dihasilkan oleh bakteri. Pertumbuhan bakteri didapatkan pada sfingter esofagus bawah akibat stasis pada esofagus. Komplikasi akalasia lainnya yang sering terjadi adalah pneumonia aspirasi dan megaesofagus.[2,8,12]
Prognosis
Bedah endoskopi, bedah laparoskopi, maupun bedah terbuka memberikan prognosis baik untuk pasien akalasia. Keluhan akalasia dapat berkurang secara signifikan dengan tata laksana bedah. Namun, kekambuhan masih mungkin terjadi setelah bedah. Pada umumnya, keluhan kembali setelah 2–6 tahun. Tata laksana ulang tetap dibutuhkan untuk memberikan prognosis yang baik.[1,3,5,9]
Bila dibandingkan dengan bedah, terapi farmakologis memberikan prognosis yang lebih buruk untuk pasien akalasia. Angka kesembuhan dengan terapi farmakologis cukup rendah, mengingat perjalanan penyakit akalasia yang bersifat progresif. Efektivitas injeksi toksin botulinum diyakini menurun hingga 30% setelah 6 bulan pascaterapi dan menurun 50% setelah 1 tahun.[1,3,5,9]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur