Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Akalasia general_alomedika 2022-10-06T14:11:57+07:00 2022-10-06T14:11:57+07:00
Akalasia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Akalasia

Oleh :
dr. Audrey Amily
Share To Social Media:

Patofisiologi akalasia atau achalasia melibatkan degenerasi sel ganglia esofagus yang membuat hilangnya neuron inhibitorik pada lapisan otot esofagus. Ketidakseimbangan neuron inhibitorik dan eksitatorik yang mengatur gerakan peristaltik dan penutupan sfingter esofagus bawah juga berperan dalam patofisiologi akalasia.[1,4]

Degenerasi Sel Ganglia Esofagus

Patofisiologi akalasia berkaitan dengan hilangnya fungsi sel ganglia pleksus myenteric pada esofagus bagian distal dan sfingter esofagus bawah (lower esophageal sphincter atau LES). Degenerasi neural yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor autoimun, genetik, dan viral. Inflamasi di esofagus meningkatkan produksi sel limfosit T dan menginfiltrasi sel ganglia, sehingga menyebabkan kerusakan.[1,4]

Gambaran histopatologis abnormal ditemukan pada pleksus Auerbach yang terletak di esofagus. Sel ganglia tidak ditemukan pada esofagus bagian distal pada pasien dengan akalasia. Selain itu, pada mukosa esofagus distal dan LES, ditemukan infiltrasi sel T limfosit, sel mast, sel plasma, dan sel eosinofil. Hubungan sel inflamasi dan kerusakan neuron hingga saat ini masih belum dapat dipastikan apakah bersifat sebab-akibat.[1,2]

Ketidakseimbangan Neurotransmitter Eksitatorik dan Inhibitorik Esofagus

Degenerasi sel ganglia menyebabkan disfungsi neuron inhibitorik di bagian esofagus distal dan sfingter bawah esofagus. Sel neuron tersebut menggunakan nitric oxide dan vasoactive intestinal peptide sebagai neurotransmitter.[2,4]

Disfungsi sel neuron mengakibatkan ketidakseimbangan antara kerja neurotransmitter eksitatorik dan inhibitorik. Ketidakseimbangan ini menyebabkan gangguan relaksasi sfingter esofagus bawah, hiperkontraktilitas esofagus bagian distal, dan gangguan kontraksi di esofagus distal. Gangguan kontraktilitas esofagus ini akan berjalan secara progresif dan menyebabkan hilangnya motilitas esofagus.[4]

Abnormalitas pada Lapisan Otot dan Dilatasi Esofagus

Sel inflamasi yang ditemukan pada pleksus Auerbach diyakini menyebar ke lapisan otot di sekitarnya, sehingga juga menyebabkan kerusakan lapisan otot tersebut. Perubahan struktural lapisan otot kemudian menyebabkan dilatasi esofagus.[2-4]

Dilatasi esofagus termasuk dalam penyakit derajat akhir dan derajat keparahan tinggi, yang dihasilkan dari kerusakan yang terjadi secara gradual. Hal ini juga menyebabkan komplikasi gizi yang disebabkan oleh stasis makanan dan regurgitasi makanan.[2-4]

Hipertrofi otot juga didapatkan pada esofagus, yang disebabkan kontraksi berlebih pada esofagus untuk mengkompensasi obstruksi sfingter yang terjadi. Hipertrofi otot juga umumnya disertai dengan degenerasi, fibrosis, dan eosinofilia.[2,3]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Moonen A, Boeckxstaens G. Current Diagnosis and Management of Achalasia. Journal of Clinical Gastroenterology. 2014;48(6):484-490.
2. Pressman A, Behar J. Etiology and Pathogenesis of Idiopathic Achalasia. Journal of Clinical Gastroenterology. 2017;51(3):195-202.
3. O’Neill O, Johnston BT, Coleman HG. Achalasia: A review of clinical diagnosis, epidemiology, treatment and outcomes. World Journal of Gastroenterology. 2013;19(35):5806-5812.
4. Pandolfino J, Gawron A. Achalasia A Systematic Review. JAMA. 2015;313(18):1841-1852.

Pendahuluan Akalasia
Etiologi Akalasia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 5 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 5 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 3 menit yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.