Edukasi dan Promosi Kesehatan Crohn's Disease
Edukasi pada Crohn’s disease adalah bahwa penyakit ini bersifat kronis dan akan sering berulang. Tujuan utama pengobatan agar pasien memiliki kualitas hidup sebaik mungkin. Pada keadaan tertentu, mungkin akan diperlukan terapi pembedahan.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dalam hal Crohn’s disease, mencakup poin-poin berikut:
- Merokok dapat mempengaruhi keparahan gejala, sehingga pasien disarankan untuk mengikuti program berhenti merokok
Crohn’s disease biasanya terjadi sebagai kondisi yang hilang timbul, dengan keadaan yang kadang terkontrol dan kadang kambuh
- Pasien harus rutin berobat dan kontrol untuk mempertahankan remisi dan mencegah kekambuhan
- Hindari minum obat yang dibeli sendiri, terutama obat nyeri, tanpa resep dokter
- Pada kondisi tertentu, pembedahan harus dilakukan untuk mengatasi gejala Crohn’s disease[12]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit pada pasien yang sudah terdiagnosis dengan Crohn’s disease adalah melakukan vaksinasi dan pemeriksaan rutin untuk mencegah komplikasi.[6]
Vaksinasi
Vaksinasi terhadap pneumococcus, Haemophilus influenzae dan common cold harus dilakukan pada pasien yang menjalani terapi imunosupresi. Hermon-Taylor mengemukakan bahwa vaksinasi terhadap Mycobacterium avium, suatu bakteri paratuberkulosis yang diyakini dapat menyebabkan inflammatory bowel disease (IBD), termasuk Crohn’s disease. Hingga saat ini, vaksin masih dalam penelitian dan belum siap untuk digunakan oleh masyarakat umum.[6]
Pemeriksaan Rutin
Semua pasien harus menjalani skrining kanker kulit karena pasien dengan IBD yang menjalani terapi jangka panjang diketahui mengalami peningkatan risiko terjadinya kanker. Lalu pemeriksaan densitas tulang sangat penting untuk mendeteksi awal dan menatalaksana osteoporosis.[6]
Kolonoskopi juga perlu dilakukan untuk mendeteksi kanker kolon. Pada pasien yang sudah menjalani pembedahan, kolonoskopi dilakukan dalam waktu 6-12 bulan dan diulang dalam waktu 1-3 tahun bila tidak ada temuan abnormal.[6]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja