Penatalaksanaan Crohn's Disease
Penatalaksanaan Crohn’s disease didasarkan pada lokasi, pola, aktivitas, serta tingkat keparahan penyakit. Penatalaksanaan Crohn’s disease bertujuan untuk:
- Mencapai kontrol terbaik (baik klinis, hasil laboratorium, dan histologis) dengan efek samping pengobatan yang minimal
- Mengoptimalkan agar kualitas hidup pasien senormal mungkin
- Pada anak, memastikan tumbuh kembang yang baik[3]
Merokok dan Nutrisi
Pasien dengan Crohn’s disease dianjurkan untuk mengikuti program berhenti merokok. Merokok meningkatkan risiko timbulnya fistula dan striktura pada Crohn’s disease.
Defisiensi nutrien harus dikoreksi. Pada anak, exclusive enteral nutrition (EEN) direkomendasikan sebagai lini pertama dengan tujuan untuk meningkatkan penyembuhan mukosa, mengembalikan densitas tulang, dan mencegah gangguan pertumbuhan. Durasi EEN umumnya adalah 6-8 minggu. Jika tidak ada perbaikan dalam 2 minggu, maka sebaiknya digunakan pilihan tatalaksana lainnya. EEN dapat diberikan per oral maupun menggunakan nasogastric tube.[1,3,9]
Medikamentosa
Banyak sekali jenis medikamentosa yang dapat dipilih dalam penatalaksanaan Crohn’s disease. Pemilihan didasarkan pada fenotip aktivitas penyakit, komorbiditas, dan karakteristik masing-masing pasien.
Budesonide
Budesonide 9 mg per hari adalah tatalaksana yang dipilih pada Crohn’s disease dengan manifestasi ringan di area ileocaecal. Obat ini dilaporkan lebih superior dibandingkan plasebo dan mesalazine.[10]
Prednisone dan Methylprednisolone
Penggunaan kortikosteroid sistemik adalah pilihan pada terapi inisial Crohn’s disease ileocaecal dengan manifestasi berat, inflamasi ekstensif pada usus kecil. Apabila tidak respon, maka penatalaksanaan dilanjutkan dengan anti-TNF. Jenis steroid yang dapat dipilih adalah prednisone atau methylprednisolone 1 mg/kgBB. Jika pasien berespon baik, maka dosis di tapering off sebanyak 5-10 mg per minggu hingga 20 mg, kemudian 2,5-5 mg per minggu hingga diskontinuitas.[10,11]
Sulfasalazine
Sulfasalazine dapat digunakan jika Crohn’s disease mempengaruhi kolon dengan manifestasi ringan. Dosis yang digunakan adalah 3-6 gram/hari.
Thiopurines
Thiopurine digunakan jika Crohn’s disease mempengaruhi kolon dengan manifestasi ekstensif sebagai terapi gabungan dengan kortikosteroid sistemik. Dosis yang disarankan adalah azathioprine 1,5-2,5 mg/kgBB/hari atau mercatopurine 0,75-1,5 mg/kgBB/hari.[10]
Methotrexate
Methotrexate adalah alternatif thiopurine pada Crohn’s disease. Dapat digunakan dalam dosis 25 mg/hari secara intramuskular atau subkutan.[10,11]
Anti-TNF
Terapi anti-TNF dapat diberikan pada pasien dengan manifestasi berat yang tidak membaik dengan kortikosteroid adekuat. Contoh yang dapat digunakan adalah adalimumab dengan dosis induksi 160 mg selama 2 minggu, diikuti 80 mg selama 2 minggu. Jika pasien berespon baik, dosis rumatan sebesar 40 mg per hari dapat digunakan.[12]
Antibiotik
Terapi antibiotik diberikan jika terdapat fistula. Antibiotik juga dapat diberikan setelah tindakan operatif untuk mencegah rekurensi. Metronidazole dapat diberikan 20 mg/kgBB/hari selama 3 bulan. Pilihan lain adalah ciprofloxacin 1 gram/hari.[11,13]
Pembedahan
Pembedahan dapat dipertimbangkan apabila terjadi gejala persisten walaupun sudah diberikan kortikosteroid dosis tinggi. Selain itu, kasus-kasus dimana pembedahan juga perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
- Timbul komplikasi akibat pengobatan, misalnya abses intraabdominal
- Fistula yang berulang dengan pengobatan medikamentosa
- Striktur fibriotik dengan tanda obstruksi
- Megakolon toksik
- Perdarahan yang menetap
- Perforasi
- Kanker
Intervensi bedah yang direkomendasikan, bergantung pada letak dari gangguan. Crohn’s disease pada ileum terminal, ileokolon, dan saluran cerna atas, dapat diintervensi dengan :
- Reseksi bagian usus yang mengalami gangguan, dapat diikuti dengan ileocolostomy
- Drainase fokus septik yang diikuti dengan reseksi definitif
- Strikturplasti jika tidak ada impending short bowel syndrome atau jika striktur terdapat pada ileum terminal dan proksimal
- Dilatasi endoskopik pada striktur yang simtomatik dan lokasinya dapat diakses dengan endoskopi
Jika Crohn’s disease mempengaruhi kolon, maka intervensi bedah yang dapat dilakukan di antaranya :
- Kolektomi subtotal atau total dengan end ileostomy pada keadaan yang mengharuskan tindakan darurat
- Kolektomi segmental atau total dengan atau tanpa anastomosis primer jika gangguan terdapat di kolon dan mampu di intervensi secara elektif
- Total proktokolektomi atau proktektomi dengan pembuatan stoma pada gangguan yang berada di rektum[3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja