Penatalaksanaan Clostridium Difficile Colitis
Penatalaksanaan infeksi C.difficile mencakup pendekatan dalam berbagai aspek, diantaranya menghentikan penggunaan antibiotik yang memicu terjadinya infeksi, mengisolasi pasien, memberikan pengobatan antibiotik yang sesuai dengan derajat keparahan infeksi.[5]
Tatalaksana Medikamentosa
Penatalaksanaan clostridiosis dapat dimulai pada pasien yang memiliki gejala. Apabila clostridiosis dalam keadaan asimptomatik maka tidak perlu diberikan penatalaksanaan. Penatalaksanaan infeksi clostridiosis dibedakan berdasarkan derajat ringan ataupun berat yang dialami. Pemberian antibiotik oral diutamakan pada infeksi clostridiosis agar dapat melalui proses penyerapan di traktus gastrointestinal yang lebih baik.[1,2,4,8,21]
Penatalaksanaan Derajat Ringan-Sedang
Lini pertama: Metronidazole 500 mg, peroral, 3x/hari selama 10-14 hari.
Lini kedua: Vancomycin 125 mg, peroral, 4x/hari selama 10-14 hari atau Fidaxomicin 200 mg, peroral, 2x/hari selama 10 hari.[1,2,4,8,10]
Pilihan terapi antibiotik pada clostridiosis derajat ringan-sedang adalah metronidazole atau vancomycin. Metronidazole diberikan secara oral dengan dosis 500 mg per 8 jam, selama 10-14 hari. Kontraindikasi pemberian metronidazole adalah pasien lansia, kondisi utama pasien lemah, atau infeksi C. difficile yang sedang dialami berhubungan dengan inflammatory bowel disease.[1,2,4,8,10]
Pada tahun 2017, Infectious Diseases Society of America (IDSA) mengeluarkan pedoman terbaru tentang tatalaksana infeksi C. difficile. Pedoman ini merekomendasikan Vancomycin 125 mg per oral dengan 4 kali pemberian per hari atau Fidaxomicin 200 mg per oral dengan pemberian 2 kali per hari selama 10 hari, sebagai terapi awal infeksi C. difficile derajat ringan-sedang. Kedua obat ini lebih direkomendasikan daripada penggunaan metronidazole dalam episode awal infeksi C.difficile. Dosis pemberian vancomycin 125 mg per oral dengan 4 kali pemberian per hari atau fidaxomicin 200 mg dengan 2 kali pemberian per hari selama 10 hari (rekomendasi kuat, bukti klinis berkualitas tinggi).[8]
Apabila ketersediaan vancomycin atau fidaxomicin terbatas dan sulit untuk diperoleh, IDSA merekomendasikan untuk menggunakan metronidazole sebagai tatalaksana infeksi C. difficile derajat ringan-sedang (rekomendasi lemah, bukti klinis berkualitas tinggi). Dosis pemberian metronidazole adalah 500 mg per oral dengan 3 kali pemberian per hari selama 10 hari.[8]
Pada pedoman ini tidak disarankan penggunaan jangka panjang metronidazole atau berulang kali, mengingat risiko neurotoksisitas yang bersifat irreversible (rekomendasi kuat, bukti klinis berkualitas sedang). Vancomycin per oral tidak tersedia secara luas di Indonesia, sehingga metronidazole tetap menjadi antibiotik lini pertama.[8]
Penatalaksanaan Derajat Berat
Lini pertama: Vancomycin 125 mg, peroral, 4x/hari selama 10-14 hari.
Lini kedua: Fidaxomicin 200 mg, peroral, 2x/hari selama 10 hari.[1,2,4,8,10]
Vancomycin adalah pilihan antibiotik utama pada clostridiosis derajat berat atau dengan komplikasi. Dosis pemberiannya adalah 125 mg per 6 jam, atau dapat juga diberikan pada dosis tinggi yaitu 500 mg per 6 jam. Apabila terdapat komplikasi berupa ileus atau megacolon, vancomycin sebaiknya diberikan secara per rektal, dengan dosis 500 mg disertai 100 ml larutan saline sebagai enema sebanyak 4 kali per hari, selama 10-14 hari.[1,2,4,8,10]
Pemberian vancomycin per rektal dapat menimbulkan risiko seperti perforasi kolon. Oleh karena itu, pemberian vancomycin per rektal membutuhkan penilaian klinis dari dokter spesialis dan melihat riwayat pengobatan yang sudah diberikan sebelumnya. Metronidazole injeksi juga dapat diberikan secara bersamaan sebagai terapi adjuvant setelah pemberian vancomycin.[1,2,4,8,10]
Selain itu, Fidaxomicin dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif dari kedua antibiotik diatas. Pada derajat ringan maupun berat, fidaxomicin dapat diberikan dengan dosis 2 x 200 mg per hari selama 10 hari.[2]
Penggunaan antibiotik lainnya diluar dari guideline dapat memicu terjadinya diare yang berkepanjangan. Namun, apabila belum terdapat perbaikan terhadap penggunaan antibiotik yang sesuai, penambahan golongan makrolida, aminoglikosida, sulfonamid, vancomycin, atau tetrasiklin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan.[2,3]
Pemberian pada Ibu Hamil
Metronidazole tidak direkomendasikan pada kehamilan, terutama pada trimester pertama. Pada trimester kedua dan ketiga metronidazole masuk kedalam kategori B. Vancomycin umum diberikan pada pasien hamil, maupun pasien menyusui. Vancomycin sendiri masuk kedalam kategori B.[18,19,20]
Tatalaksana Bedah
Pembedahan menjadi pilihan terapi pada kolitis fulminan atau pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap terapi medikamentosa. Apabila terdapat tanda-tanda ileus berat, sepsis, dan toksik megakolon, disarankan untuk segera dilakukan pembedahan. Adanya keterlambatan dari penanganan bedah pada fase ini dapat mengakibatkan kematian.[2,8]