Epidemiologi Gangguan Perdarahan Nonhemofilia
Berdasarkan data epidemiologi, didapatkann bahwa angka kejadian gangguan perdarahan nonhemofilia memiliki proporsi yang lebih rendah dibandingkan gangguan perdarahan akibat hemofilia. Data epidemiologi nasional di Indonesia sendiri belum tersedia.
Global
Data yang dikeluarkan oleh World Federation of Hemophilia menunjukkan bahwa dari seluruh pasien dengan gangguan perdarahan, 62,2% adalah hemofilia. Sementara itu, 25,3% adalah penyakit Von Willebrand, dan 13,5% sisanya adalah gangguan perdarahan nonhemofilia akibat penyebab lain.[9]
70% kasus penyakit Von Willebrand adalah tipe I, 25% adalah tipe 2, dan hanya <5% adalah tipe 3. Gangguan perdarahan nonhemofilia yang disebabkan oleh adanya abnormalitas kaskade koagulasi, seperti defisiensi antitrombin III, didapati pada sekitar 0,5-5,9% kasus.[8,10]
Sedangkan, defisiensi protein C didapatkan pada 1,4-8,6% kasus, dan defisiensi protein S pada 1,4-7,5% kasus. Penyebab tersering gangguan perdarahan akibat gangguan vaskular adalah disseminated intravascular coagulation (DIC).[7,10]
Indonesia
Data epidemiologi terkait gangguan perdarahan nonhemofilia di Indonesia hingga saat ini belum tersedia.
Mortalitas
Angka mortalitas gangguan perdarahan nonhemofilia bergantung pada penyebab yang mendasari. Sebagai contoh, DIC terkait sepsis memiliki tingkat mortalitas mencapai 50% dan angka mortalitas 2 kali lebih tinggi pada pasien dengan trauma.[10]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja