Diagnosis Limfadenopati
Diagnosis limfadenopati sering kali sudah jelas setelah mendapatkan anamnesis lengkap serta pemeriksaan fisik yang sistematis. Nodus limfe harus dievaluasi lokasi, ukuran, konsistensi, nyeri, mobilitas dan kulit di sekitarnya. Untuk menegakkan diagnosis spesifik limfadenopati, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, pencitraan bahkan sampai biopsi nodus limfe.[6-8]
Anamnesis
Anamnesis yang lengkap pada pasien limfadenopati dapat membantu menentukan etiologinya. Hal-hal yang harus diketahui adalah usia, waktu onset dan durasi, riwayat nyeri, demam dan penyakit yang mendasari. Perlu juga ditanyakan riwayat pajanan dengan hewan, konsumsi obat dan makanan tertentu, perilaku yang beresiko (pada orang dewasa seperti perilaku seksual dan injeksi obat), riwayat infeksi berulang dan defisiensi imun.[1-5,8-10]
Gejala demam, menggigil, fatigue dan malaise bisa terjadi pada infeksi. Bila ada gejala tambahan selain demam, seperti berkeringat malam hari dan penurunan berat badan lebih dari 10 % yang tidak diketahui sebabnya, bisa dicurigai lymphoma (Hodgkin atau non-Hodgkin) atau infeksi kronis (tuberkulosis). Gejala penyerta lain seperti artralgia, kaku sendi, ruam kulit, kelemahan otot dan demam, bisa mengarah ke dugaan penyakit autoimun.
Paparan lingkungan, seperti paparan asap rokok, minum alkohol, dan radiasi ultraviolet, dapat meningkatkan kemungkinan metastasis keganasan. Pasien dengan defisiensi imun, seperti AIDS, dipertimbangkan kejadian sarkoma Kaposi dan non-Hodgkin lymphoma. Riwayat keganasan di keluarga juga bisa memberi petunjuk dugaan diagnosis, seperti kanker payudara, melanoma dan dysplastic nevus syndrome.
Pada anak sering terjadi limfadenopati di daerah leher, bila muncul kurang dari dua minggu atau lebih dari satu tahun tanpa pembesaran, tanpa gejala inflamasi maupun keluhan sistemik lainnya, maka kemungkinan kecil suatu keganasan.[6]
Pemeriksaan Fisik
Pada pasien dengan keluhan benjolan diduga limfadenopati, maka semua grup nodus limfe perlu diperiksa menyeluruh, tidak hanya nodus yang dikeluhkan. Karakteristik nodus limfe yang perlu dievaluasi secara sistematis adalah lokasi, ukuran, konsistensi, nyeri, mobilitas dan kulit disekitarnya. Perlu juga diperiksa apakah ada organomegali terutama splenomegali.[1-5,7-9]
Lokasi
Lokasi limfadenopati bisa membantu dalam mempersempit diferensial diagnosis, begitu pula dengan jumlahnya, apakah lokal / regional atau luas / generalisata. Limfadenopati lokal bisa karena infeksi pada nodus limfe itu sendiri atau dari infeksi pada daerah drainase. Sedangkan limfadenopati generalisata lebih disebabkan penyakit sistemik.[10,11]
Limfadenopati servikal anterior berhubungan dengan faringitis. Pembesaran kelenjar getah bening di aksila dapat dicurigai proses dari paru, payudara, juga bisa karena cakaran kucing di lengan (cat scratch disease). Jika lokasinya berada pada area supraklavikula dan nodus Virchow, maka kemungkinan untuk keganasan cukup tinggi (34-50%) terutama pada pasien berusia lebih dari 40 tahun.[2,9,11]
Limfadenopathy inguinal yang tidak lebih dari 2 cm, wajar ditemukan pada dewasa sehat, terutama yang biasa berjalan tanpa alas kaki di daerah tropik. Etiologi limfadenopati inguinal tersering berhubungan dengan penyakit menular seksual seperti herpes simpleks, lymphogranuloma venereum, chancroid, sifilis; atau dari infeksi kulit di daerah kaki, metastasis keganasan dari daerah genital seperti karsinoma sel skuamosa atau melanoma di penis atau vulva, karsinoma penis atau uretra).[2]
Ukuran
Ukuran abnormal nodus limfe di regio supraklavikula, iliak dan poplitea serta epitroklear adalah lebih dari 0,5 cm, sedangkan nodus limfe inguinal lebih dari 1,5 cm. Ukuran nodus limfe di tempat lain termasuk nodus aksila, dinyatakan abnormal jika lebih dari 1 cm.[2,7,8]
Konsistensi
Konsistensi nodus limfe yang lunak dan nyeri lebih banyak disebabkan oleh kasus infeksi. Konsistensi yang keras seperti batu dan tidak nyeri pada palpasi biasanya mengarah ke kasus metastasis atau penyakit granulomatosa. Jika konsistensi padat dan seperti karet mengarah ke keganasan seperti limfoma.[2,7,8]
Gambaran karakter seperti keras, kenyal, lunak pada nodus limfe tersebut sangat subyektif dan kadang tidak dapat dijadikan patokan.[1,2]
Nyeri
Nyeri palpasi nodus limfe biasanya disebabkan oleh proses infeksi namun bisa pula disebabkan karena perdarahan di area sentral nekrosis pada kasus keganasan, stimulus imunologik pada reseptor nyeri, atau akibat dari ekspansi tumor nodus limfe yang cepat.[2,7,8]
Mobilitas
Limfadenopati yang tidak terfiksir biasa terjadi pada kasus infeksi dan penyakit vaskular kolagen. Sedangkan yang terfiksasi pada jaringan sekitar sering mengarah ke kasus keganasan.[2,7,8]
Kulit sekitar kelenjar limfe
Lesi kulit seperti ruam, purpura bisa mengarah ke kasus melanoma atau penyakit autoimun.[2,7,8]
Organomegali
Organomegali khususnya splenomegali bisa mengarah ke kasus mononukleosis infeksius, lymphoma (Hodgkin dan Non hodgkin) dan sarkoidosis.[2,7,8]
Diagnosis Spesifik Limfadenopati
Diagnosis spesifik limfadenopati harus dibedakan menjadi limfadenopati lokal dan limfadenopati generalisata. Pada limfadenopati lokal, menurut regionya bisa dipikirkan beberapa penyebab seperti infeksi maupun keganasan lokal di area nodus limfe yang membesar; dapat dilihat pada Tabel 1.[1-5,7]
Tabel 1. Diagnosis Spesifik Limfadenopati Lokal
Preaurikular | Infeksi kulit kepala, infeksi mikobakterium, keganasan seperti keganasan kulit, lymphoma, karsinoma sel skuamosa kepala dan leher) |
Servikal | Infeksi virus seperti mononukleosis,infeksi virus herpes, virus coxsackie, cytomegalovirus, HIV; infeksi bakteri seperti infeksi S.aureus, S.pyogenes, mikobakterium, cat scratch disease; keganasan seperti lymphoma Hodgkin, lymphoma Non Hodgkin, kanker tiroid, karsinoma skuamosa kepala dan leher |
Supraklavikular | Keganasan seperti neoplasma toraks atau abdomen, kanker tiroid, lymphoma Hodgkin dan Non Hodgkin, karsinoma payudara |
Infraklavikular | Keganasan seperti lymphoma non hodgkin |
Aksila | Infeksi seperti infeksi kulit oleh stafilokokus dan streptokokus, cat scratch disease, sarkoidosis, keganasan seperti kanker payudara, lymphoma, leukemia |
Inguinal | Benign reactive lymphadenopathy, infeksi seperti penyakit menular seksual, selulitis, keganasan seperti lymphoma, karsinoma sel skuamosa penis dan vulva, metastatik melanoma |
Epitroklear | Infeksi kulit, lymphoma, keganasan kulit |
Mediastinum dan hilar | Tuberkulosis, infeksi jamur histoplasmosis, coccidioidomycosis, sarkoidosis, keganasan contoh lymphoma, silicosis, berylliosis, castleman’s disease, infeksi virus seperti Epstein–Barr virus, varicella-zoster virus, hantaviruses, influenza viruses, dengue virus. |
Sumber: dr. Eduward Thendiono, SpPD, Alomedika, 2022[1]
Sementara itu, limfadenopati umum biasanya penyebaran dari penyakit yang lebih luas, baik infeksi, keganasan, penyakit autoimun dan reaksi obat; yang dapat dilihat pada Tabel 2. [1-5,7]
Tabel 2. Diagnosis Spesifik Limfadenopati Generalisata
Infeksi | Mononukleosis, HIV, tuberkulosis, demam tifoid, sifilis, pes |
Keganasan | Lymphoma, leukemia akut |
Penyakit autoimun | Sistemik lupus eritematosus, arthritis rheumatoid, sindrom Sjogren, sarkoidosis |
Reaksi obat | Fenitoin, alopurinol, atenolol |
Storage lipid disease | Gusher’s disease, Neiman-Peak |
Sumber: dr. Eduward Thendiono, SpPD, Alomedika, 2022[1]
Keterangan: HIV; human immunodeficiency virus
Diagnosis Banding
Diagnosis banding limfadenopati adalah diagnosis lain yang dibuat berdasarkan adanya keluhan benjolan di tubuh pasien, seperti kista maupun abses.
Lipoma
Yang membedakan lipoma dengan limfadenopati adalah lokasi lipoma bisa di luar regio kelenjar getah bening, biasanya benjolan teraba lembut, licin dan bergerak.
Kista Kulit
Pada kista kulit, kista dapat muncul di luar regio kelenjar getah bening, benjolan teraba keras, superfisial dan bergerak.
Abses Kulit
Pada abses kulit, benjolan keras dan nyeri, serta dapat disertai demam.
Hernia Inguinalis
Yang membedakan hernia inguinalis dengan limfadenopati adalah benjolan terletak pada lipat paha, dapat membesar saat posisi berdiri dan melakukan manuver valsava.
Kista Ganglion
Benjolan kista ganglion tidak bergerak, lokasi biasanya di pergelangan tangan atau jari tangan, bukan regio kelenjar getah bening
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan keterangan yang didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, sehingga ditemukan diagnosis spesifik limfadenopati. Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan darah lengkap, serologi, kultur; pencitraan, serta biopsi dengan pemeriksaan histopatologi. Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sesuai dengan dugaan diagnosis spesifiknya dapat dilihat pada Tabel 3.[1-5,7-9]
Tabel 3. Pemeriksaan penunjang sesuai diagnosis spesifik limfadenopati
Petunjuk anamnesis | Dugaan diagnosis spesifik | Pemeriksaan penunjang |
Demam, keringat malam, penurunan berat badan, limfadenopati supraklavikular, popliteal/ iliaka, splenomegali | Leukemia, lymphoma, metastasis tumor | Darah lengkap, biopsi nodus limfe, biopsi sumsum tulang, pencitraan dengan USG dan CT |
Demam, menggigil, malaise, nyeri tenggorokan, rasa ingin muntah, muntah, diare | Faringitis bakteri atau virus, hepatitis, influenza, mononukleosis, tuberkulosis, rubella | Darah lengkap, tes fungsi liver, tes virus hepatitis, kultur dan serologi sesuai dugaan penyakit jika perlu, tes tuberkulin bila dugaan limfadenitis tuberkulosis |
Perilaku beresiko tinggi | HIV, limfogranuloma venereum, chancroid, sifilis | HIV-1/HIV-2 immunoassay, rapid plasma reagin, kultur lesi, nucleic acid amplification for chlamydia, migration inhibitory factor test |
Riwayat kontak dengan kucing | Cat scratch disease (Bartonella), toxoplasmosis | Serologi dan polymerase chain reaction |
Riwayat kontak dengan kelinci, domba, hewan ternak | Anthrax, brucellosis, tularemia, | Serologi dan polymerase chain reaction |
Daging yang tidak matang | Anthrax, brucellosis, toxoplasmosis | Serologi dan polymerase chain reaction |
Gigitan serangga/ kutu, riwayat perjalanan ke daerah endemik | Diagnosis sesuai tempat endemik | Serologi sesuai dugaan awal |
Artralgia, ruam kulit, kaku sendi, demam, kelemahan otot | Rheumatoid arthritis, sindrom Sjogren, dermatomiositis, lupus eritematosus sistemik | Antinuclear antibody, anti-double-stranded DNA, erythrocyte sedimentation rate, darah lengkap, rheumatoid factor, creatine-kinase, elektromiografi, biopsi otot jika perlu
|
Sumber: dr. Edward Thendiono, SpPD, Alomedika, 2022[2]
Keterangan: HIV; human immunodeficiency virus, DNA; deoxyribonucleic acid.
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja