Etiologi Trombositosis
Secara umum, etiologi trombositosis dapat dibagi menjadi proses reaktif, juga disebut sekunder, atau autonom, juga disebut primer. Trombositosis telah dikaitkan dengan banyak kondisi peradangan, seperti penyakit Celiac, inflammatory bowel disease, pankreatitis, dan defisiensi besi. Trombositosis juga telah dikaitkan dengan vaskulitis, infeksi, dan neoplasma.[2,3]
Etiologi Trombositosis Reaktif (Sekunder)
Trombositosis reaktif, atau juga disebut sebagai trombositosis sekunder, disebabkan oleh proses ekstrinsik dari megakariosit. Trombositosis reaktif merupakan penyebab sebagian besar kasus trombositosis.[2]
Etiologi trombositosis reaktif meliputi:
- Anemia atau kehilangan darah, seperti pada defisiensi zat besi, perdarahan, dan anemia hemolitik
- Pemulihan dari trombositopenia
- Respon terhadap olahraga
- Infeksi virus, bakteri, mikobakteria (tuberkulosis), dan jamur
- Inflamasi noninfeksi, seperti pada keganasan dan trauma
- Penyakit reumatologik, seperti penyakit jaringan ikat, arteritis temporal, dan inflammatory bowel disease
- Reaksi terhadap obat-obatan, seperti vincristine dan asam retinoat
- Pasca splenektomi atau asplenia fungsional[2,3,6]
Etiologi Trombositosis Autonom (Primer)
Trombositosis autonom, atau dikenal juga sebagai trombositosis primer atau esensial, disebabkan oleh mekanisme intrinsik sel, yaitu proses yang terletak di dalam megakariosit atau sel prekursornya.
Mayoritas trombositosis autonom pada orang dewasa bersifat klonal, ganas, dan disebabkan oleh mutasi gen yang didapat (somatik). Gen-gen somatik tersebut mengatur trombopoiesis, misalnya Janus kinase 2 (JAK2) dan calreticulin (CALR), serta terkait dengan neoplasma mieloproliferatif dan keganasan hematologi lainnya.[4] Sementara itu, pada bayi dan anak-anak dapat disebabkan oleh mutasi yang didapat atau oleh kelainan genetik yang diturunkan (germline) yang terkait dengan familial thrombocytosis syndrome.[2]
Trombositemia Esensial
Trombositemia esensial adalah neoplasma mieloproliferatif yang bermanifestasi sebagai trombositosis. Kondisi ini sering dikaitkan dengan gejala vasogenik, misalnya flushing dan eritromelalgia, serta komplikasi trombohemoragik. Trombositemia esensial umumnya disebabkan oleh mutasi yang didapat dari JAK2, CALR, atau myeloproliferative leukemia virus oncogene (MPL).[2,7]
Polisitemia Vera
Polisitemia vera merupakan neoplasma mieloproliferatif yang bermanifestasi sebagai peningkatan hemoglobin dan hematokrit. Kondisi ini dapat disertai dengan trombositosis, komplikasi trombohemoragik, splenomegali, pruritus, flushing, eritromelalgia, serta gejala konstitusional seperti demam berkeringat, dan penurunan berat badan. Polisitemia vera hampir selalu terkait dengan mutasi JAK2 yang didapat.[2]
Mielofibrosis Primer
Mielofibrosis primer merupakan neoplasma mieloproliferatif dengan fibrosis sumsum tulang dan apusan darah leukoeritroblastik. Kondisi tersebut dapat disertai trombositosis, splenomegali, dan komplikasi trombohemoragik. Mayoritas kasus mielofibrosis primer memiliki mutasi pada JAK2, CALR, atau MPL.[2]
Leukemia Mieloid Kronis
Leukemia mieloid kronis merupakan neoplasma mieloproliferatif dengan kelainan kromosom pada kromosom Philadelphia t(9;22). Kelainan tersebut menghasilkan onkogen BCR-ABL1. Leukemia mieloid kronis jarang bermanifestasi sebagai trombositosis saja, melainkan lebih sering disertai dengan peningkatan sel mieloid imatur dalam darah tepi dan sumsum tulang, serta splenomegali.[2]
Trombositosis Familial
Selain itu kondisi-kondisi di atas, ada pula suatu sindrom bawaan langka yang bermanifestasi sebagai trombositosis saja, tidak terkait dengan leukositosis atau polisitemia. Kondisi ini disebut trombositosis familial esensial.[2]