Edukasi dan Promosi Kesehatan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Edukasi dan promosi kesehatan pada acute respiratory distress syndrome (ARDS) harus mencakup penjelasan bahwa kondisi ini adalah gangguan paru yang serius, ditandai dengan peradangan paru yang hebat, kerusakan jaringan paru, dan penurunan fungsi pertukaran gas.[1-3,12]
Edukasi Pasien
Jelaskan pada pasien bahwa ARDS sering terkait dengan penyakit kritis atau trauma dan berkembang akibat respon inflamasi sistemik. Ini mengarah pada kerusakan membran alveolus-kapiler dan penurunan elastisitas paru-paru. Pasien ARDS umumnya mengalami sesak napas yang parah, sianosis, dan hipoksemia.
Jelaskan pada pasien bahwa penggunaan alat bantu pernapasan, seperti ventilator, mungkin diperlukan. Penyebab utama ARDS meliputi infeksi paru seperti pneumonia, cedera fisik, dan sepsis.
Sampaikan bahwa diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria klinis, termasuk rontgen dada yang menunjukkan infiltrat paru, serta penurunan rasio tekanan oksigen arteri teroksidasi dan fraksi inspirasi oksigen. Terapi akan melibatkan perawatan suportif, termasuk ventilasi mekanis, perawatan infeksi, dan manajemen cairan yang tepat.
Jelaskan bahwa pasien ARDS rentan terhadap komplikasi seperti hipoksemia refrakter, infeksi nosokomial, dan sindrom kegagalan multiorgan (MODS). Prognosis ARDS bergantung pada berbagai faktor, termasuk penyebab yang mendasari dan respon terhadap pengobatan. Beberapa pasien dapat pulih sepenuhnya, sementara yang lain mungkin mengalami kerusakan paru permanen.[1-3]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Saat ini, belum ada metode promosi kesehatan khusus dalam upaya pencegahan dan pengendalian ARDS. Pencegahan dapat dilakukan dengan mendeteksi tanda dan gejala awal distress pernapasan. Deteksi ini perlu dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi ARDS, seperti pasien pneumonia, sepsis, aspirasi, trauma toraks, dan pasien rawat intensif.
Selain itu, penggunaan ventilasi non-invasif segera setelah tanda dan gejala awal ARDS diketahui dapat menurunkan risiko kebutuhan ventilasi invasif yang berisiko menyebabkan komplikasi dan morbiditas.[1-3,12]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan