Prognosis Hipomagnesemia
Prognosis hipomagnesemia bervariasi bergantung pada penyebab yang mendasari terjadinya kondisi hipomagnesemia. Pasien dengan hipomagnesemia yang penyebabnya dapat diidentifikasi memiliki prognosis yang baik. Namun, pada pasien hipomagnesemia dengan kondisi yang kritis, seringkali dikaitkan dengan peningkatan mortalitas.[4,13]
Komplikasi
Pada sistem neuromuskular, hipomagnesemia dapat meningkatkan rangsangan saraf dan otot, menyebabkan gejala seperti kejang, tetani, dan mioklonus. Pada kasus parah, pasien dapat mengalami kelemahan otot progresif dan kelumpuhan. Selain itu, hipomagnesemia sering disertai oleh defisiensi elektrolit lain, seperti hipokalemia dan hipokalsemia, yang bisa memperburuk manifestasi neuromuskular dan kardiovaskular.
Pada sistem kardiovaskular, hipomagnesemia meningkatkan risiko aritmia, termasuk torsades de pointes dan atrial fibrilasi. Hipomagnesemia juga sudah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan perburukan penyakit jantung iskemik.[4,7,13]
Prognosis
Hipomagnesemia yang terjadi pada pasien dengan kondisi kritis seperti sepsis menunjukkan prognosis yang buruk. Ini karena adanya hubungan yang signifikan antara hipomagnesemia dan peningkatan kebutuhan ventilasi mekanis, durasi perawatan di unit perawatan intensif yang lebih lama, serta peningkatan mortalitas pada populasi pasien ini.[1-4]
Dalam sebuah tinjauan sistematik terhadap 65.974 pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit, dilaporkan bahwa kondisi hipomagnesemia saat masuk rumah sakit dikaitkan dengan peningkatan mortalitas. Pada tinjauan sistematik tersebut angka mortalitas yang dilaporkan adalah sebesar 2,2% pada pasien dengan kadar magnesium 1,5-1,69 mg/dL dan 2,4% pada pasien dengan kadar magnesium di bawah 1,5 mg/dL.[13]