Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hipomagnesemia annisa-meidina 2025-01-03T11:57:27+07:00 2025-01-03T11:57:27+07:00
Hipomagnesemia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Diagnosis Hipomagnesemia

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla
Share To Social Media:

Diagnosis hipomagnesemia ditegakkan melalui pemeriksaan kadar serum magnesium di dalam darah dan pengukuran kadar magnesium dalam urin dalam waktu 24 jam. Secara klinis, hipomagnesemia dapat bersifat simptomatik maupun asimptomatik. Hipomagnesemia sering kali bersifat asimptomatik terutama pada kasus yang ringan. Hipomagnesemia yang simptomatik umumnya memiliki gejala yang bervariasi dan tidak khas.[1-4]

Anamnesis

Pasien hipomagnesemia simptomatik seringkali dapat datang dengan keluhan yang tidak khas berupa kram otot, kelelahan, kelemahan pada ekstremitas, jantung berdebar-debar, maupun kejang. Beberapa pasien dapat mengeluhkan gejala klasik diabetes melitus terutama pada kondisi hipomagnesemia yang terkait dengan resistensi insulin, atau datang dengan keluhan perubahan status mental seperti delirium hingga koma pada kasus hipomagnesemia berat.[2-4,6,13]

Gejala yang Berkaitan dengan Keadaan Hipomagnesemia

Pada anamnesis untuk menegakkan diagnosis hipomagnesemia, berikut beberapa hal yang perlu ditanyakan:

  • Gejala neuromuskular: otot terasa lemas, tremor, otot seperti berkedut, kram otot, kelemahan pada ekstremitas, dan kejang.
  • Gejala klasik diabetes melitus: rasa haus yang dirasakan secara terus menerus (polidipsia), rasa lapar yang berlebihan (polifagia), dan frekuensi berkemih yang meningkat diikuti dengan produksi urin yang berlebihan (poliuria).
  • Kondisi umum dan sistemik: demam, malaise, mual, muntah, kelelahan, dan frekuensi buang air besar yang abnormal.
  • Gejala kardiovaskular: jantung berdebar-debar, pusing, nyeri dada, sesak napas, kelelahan, dan keringat berlebihan.[3,4,11,13,14]

Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Pasien

Pada saat anamnesis, dokter perlu menanyakan riwayat penyakit dan kebiasaan pasien yang terkait dengan kondisi hipomagnesemia, seperti:

  • Riwayat penyakit kelainan genetik seperti Sindrom Gitelman, Hypercalciuric hypomagnesemia, Sindrom Kearns-Sayre
  • Riwayat penyakit inflamasi dan infeksi seperti penyakit Whipple, pankreatitis akut, sepsis

  • Riwayat sindrom malabsorbsi seperti inflammatory bowel disease, penyakit Whipple, dan penyakit Celiac

  • Riwayat operasi seperti bypass jejunoileal dan reseksi usus
  • Riwayat penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi secara rutin terutama yang dapat menginduksi hipomagnesemia seperti proton pump inhibitor, diuretik, dan obat antineoplastik seperti cisplatin dan cetuximab.[1,3,5,8]

Pemeriksaan Fisik 

Secara umum, gejala neuromuskular hipomagnesemia bisa meliputi tremor, kelemahan otot, kejang, dan hiperrefleksia akibat peningkatan rangsangan saraf. Pasien juga dapat menunjukkan tanda Chvostek dan Trousseau, indikatif dari hipokalsemia yang sering menyertai hipomagnesemia. Pada kasus yang lebih berat, pasien dapat mengalami mioklonus dan tetani yang diakibatkan oleh hipokalemia, yang juga sering kali ada bersamaan dengan hipomagnesemia.

Selain itu, hipomagnesemia dapat memicu gangguan kardiovaskular, yang teridentifikasi melalui pemeriksaan tanda vital dan auskultasi jantung. Pasien mungkin menunjukkan takikardia, peningkatan tekanan darah, dan pada kasus yang parah, aritmia fatal seperti torsades de pointes, yang terlihat sebagai kompleks QRS memanjang pada EKG.[1-4,8,13,14]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding hipomagnesemia meliputi beberapa kondisi gangguan elektrolit lainnya seperti hipokalsemia, hipokalemia, dan sindrom Fanconi.[4,13]

Hipokalsemia

Hipokalsemia adalah penurunan kadar serum kalsium kurang dari 4,5 mEq/L dan memiliki gejala klinis yang menyerupai hipomagnesemia. Namun, umumnya pada kondisi hipokalsemia, pemeriksaan kadar serum magnesium ditemukan masih dalam batas normal. Meskipun demikian, kondisi hipokalsemia juga dapat terjadi bersamaan dengan hipomagnesemia.[15,16]

Hipokalemia

Hipokalemia adalah penurunan kadar serum kalium kurang dari 3,5 mEq/L dan memiliki gejala klinis mialgia, kelemahan otot yang progesif, dan hipoventilasi. Perbedaan hipokalemia dan hipomagnesemia terdapat pada hasil pemeriksaan kadar serum elektrolit, di mana pasien hipokalemia kecenderungan memiliki kadar magnesium yang normal.[17,18]

Sindrom Fanconi

Sindrom Fanconi merupakan kumpulan gejala gangguan metabolik yang disebabkan oleh adanya disfungsi pada fungsi tubulus ginjal dalam mereabsorbsi zat-zat yang tidak seharusnya dikeluarkan oleh renal melalui urin.

Sindrom Fanconi dapat disebabkan oleh kelainan genetik yang bersifat herediter maupun didapat (acquired). Pada pemeriksaan urinalisis dapat dijumpai adanya glukosuria, aminoasiduria, dan urikosuria. Pemeriksaan laboratorium darah pada sindrom Fanconi menunjukkan hipofosfatemia dan hipourisemia, dan umumnya kadar serum magnesium dalam batas normal.[19,20]

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis hipomagnesemia dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kadar serum magnesium dan pengukuran kadar magnesium urin dalam 24 jam atau pengukuran ekskresi fraksional magnesium dalam urin.[13,21]

Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan kadar serum elektrolit lainnya untuk mengeliminasi diagnosis banding dari kondisi hipomagnesemia. Pemeriksaan elektrokardiografi juga perlu dilakukan untuk mendeteksi komplikasi hypomagnesemia berupa aritmia fatal.[3,4,13,21,22]

Pemeriksaan Serum Magnesium

Langkah awal dalam menegakkan diagnosis hipomagnesemia adalah melalui pemeriksaan kadar serum magnesium di dalam darah. Nilai normal kadar serum magnesium berkisar antara 1,7-3 mg/dL atau 1,4-2,4 mEq/L.[1,3]

Tabel 2. Klasifikasi Hipomagnesemia dan Signifikansi Klinisnya

Klasifikasi Hipomagnesemia Kadar magnesium (dalam mg/dL) Kadar magnesium (dalam mEq/L) Signifikansi Klinis
Hipomagnesemia Ringan 1,1-1,6 mg/dL 1-1,3 mEq/L Iritabilitas pada neuromuskular, tremor, dan kelemahan otot
Hipomagnesemia Berat <1,2 mg/dL <1 mEq/L Gejala tetani, nystagmus, kejang, dan aritmia

Keterangan:

Nilai batas (cutoff) dari klasifikasi hipomagnesemia bersifat arbitrer

Sumber: dr.Eva Naomi, Alomedika, 2024.[1,3]

Kadar Magnesium Urin

Pengukuran kadar magnesium dalam urin dapat membedakan apakah kondisi hipomagnesemia diakibatkan oleh gangguan renal atau gangguan dari ekstrarenal. Ekskresi fraksional magnesium dalam urin (%) dapat diukur dengan rumus berikut:

[Magnesium urin x serum Kreatinin] : [serum Magnesium x Kreatinin dalam urin x 0,7] x 100.

Hasil pemeriksaan kadar magnesium urin 24 jam lebih dari 10-30 mg atau ekskresi fraksional magnesium dalam urin lebih dari 2%, umumnya dikaitkan dengan hipomagnesemia yang diinduksi penggunaan obat diuretik.

Pada hipomagnesemia ekstrarenal, ekskresi fraksional magnesium dalam urin berkisar antara 0,5%-2,7% atau reratanya sekitar 1,4%. Sementara itu, hipomagnesemia yang dikaitkan dengan renal wasting, ekskresi fraksional magnesium berkisar antara 4%-48% atau reratanya 15%.[4,13,21]

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium lain dapat ditemukan abnormalitas pada kadar serum elektrolit lainnya seperti hipokalsemia maupun hipokalemia. Pemeriksaan serum kreatinin pada kondisi hipomagnesemia dapat menunjukkan peningkatan serum kreatinin.

Pemeriksaan kadar vitamin D 25-OH pada kondisi hipomagnesemia dapat menunjukkan adanya defisiensi vitamin-D. Pemeriksaan kadar C-reactive protein (CRP) pada kondisi hipomagnesemia dapat menunjukkan peningkatan, terutama pada kondisi hipomagnesemia yang terkait dengan infeksi dan inflamasi.[4,13,21,23]

Pemeriksaan Elektrokardiografi

Pemeriksaan elektrokardiografi pada kondisi hipomagnesemia dapat menunjukkan adanya perubahan gelombang T yang tidak spesifik, gelombang U, pemanjangan interval QT dan QU, serta repolarizations alternans.[4,13,22]

Referensi

1. Laecke S V. Hypomagnesemia and hypermagnesemia. Acta Clinica Belgica. 2019;0:1-8 DOI: 10.1080/17843286.2018.151617
2. Ahmed F, Mohammed A. Magnesium: The Forgotten Electrolyte—A Review on Hypomagnesemia. Med Sci. 2019;7(56):1-13 DOI:10.3390/medsci7040056
3. Laecke S V. An Update on Hypomagnesemia and Hypermagnesemia. Kidney Dial. 2024;4:1–14 DOI: https://doi.org/10.3390/kidneydial401000
4. Gragossian A, Bashir K, et al. Hypomagnesemia. Statpearls. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500003/
5. Bosma W, Joost G, et al. Genetic and drug-induced hypomagnesemia: different cause, same mechanism. Proceedings of the Nutrition Society. 2021; 80:327–338 DOI: 10.1017/S0029665121000926
6. Liamis G, Hoorn E J, et al. An overview of diagnosis and management of drug- induced hypomagnesemia. Pharmacol Res Perspect. 2021;9(e00829):1-13 DOI: https://doi.org/10.1002/prp2.829
8. El-Megrabi R, Aghil M, et al. Hypomagnesemia in Type II Diabetes. Khalij J Dent Med Res. 2023;7(2):178-183
11. Prasetyorini T, et al. Hubungan Antara Kadar Magnesium Serum Dengan HbA1c Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUP Fatmawati Jakarta. Borneo Journal of Medical Laboratory Technology (BJMLT). 2023;6(1):466 – 473
13. Kamal A I. Hypomagnesemia. Medscape. 2024. https://emedicine.medscape.com/article/2038394-overview
14. Kamm C P, Nyffeler T, et al. Hypomagnesemia-Induced Cerebellar Syndrome—A Distinct Disease Entity? Case Report and Literature Review. Front Neurol. 2020;11(968):1-8 DOI:10.3389/fneur.2020.00968
15. Goyal A, et al. Hypocalcemia. Statpearls. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430912/
16. Suneja M. Hypocalcemia. Medscape. 2024. https://emedicine.medscape.com/article/241893-overview
17. Lederer E. Hypokalemia. 2023. Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/242008-overview
18. Castro D, Sharma S. Hypokalemia. Statpearls. 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482465/
19. Keefe P, Bokhari S R A. Fanconi Syndrome. Statpearls. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534872/#:~:text=Fanconi%20syndrome%20is%20a%20defect,an%20inherited%20or%20acquired%20condition
20. Shaykh - Fathallah S. Fanconi Syndrome. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/981774-overview#a6
21. Salinas M, et al. Improving diagnosis and treatment of hypomagnesemia. Clin Chem Lab Med. 2024;62(2):234–248
22. Yang Y, Chen C, Duan P, et al. The ECG Characteristics of Patients With Isolated Hypomagnesemia. Front Physiol. 2021;11(617374):1-9 DOI:10.3389/fphys.2020.617374
23. Cazzola R, Porta M D, et al. Going to the roots of reduced magnesium dietary intake: A tradeoff between climate changes and sources. Heliyon. 2020;6(e-5390):1-7 DOI: https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05390

Epidemiologi Hipomagnesemia
Penatalaksanaan Hipomagnesemia

Artikel Terkait

  • Gejala dan Terapi Cairan Oral pada Demam: Fokus pada Demam Berdarah Dengue Dewasa
    Gejala dan Terapi Cairan Oral pada Demam: Fokus pada Demam Berdarah Dengue Dewasa
  • Gejala dan Terapi Cairan Oral pada Demam
    Gejala dan Terapi Cairan Oral pada Demam
  • Pandangan Dokter terhadap Pentingnya Rehidrasi Oral untuk Penyakit dengan Demam
    Pandangan Dokter terhadap Pentingnya Rehidrasi Oral untuk Penyakit dengan Demam
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 16 Mei 2023, 07:36
Cara menghitung dosis natrium bicarbonat untuk perbaikan asidosis metabolik
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Siang ts mau bertanya, bagaimana cara menghitung dosis meylon utk perbaikan asidosis metabolik dan berapa jam harus diberikan ?Terimakasih ts

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.