Diagnosis Hipomagnesemia
Diagnosis hipomagnesemia ditegakkan melalui pemeriksaan kadar serum magnesium di dalam darah dan pengukuran kadar magnesium dalam urin dalam waktu 24 jam. Secara klinis, hipomagnesemia dapat bersifat simptomatik maupun asimptomatik. Hipomagnesemia sering kali bersifat asimptomatik terutama pada kasus yang ringan. Hipomagnesemia yang simptomatik umumnya memiliki gejala yang bervariasi dan tidak khas.[1-4]
Anamnesis
Pasien hipomagnesemia simptomatik seringkali dapat datang dengan keluhan yang tidak khas berupa kram otot, kelelahan, kelemahan pada ekstremitas, jantung berdebar-debar, maupun kejang. Beberapa pasien dapat mengeluhkan gejala klasik diabetes melitus terutama pada kondisi hipomagnesemia yang terkait dengan resistensi insulin, atau datang dengan keluhan perubahan status mental seperti delirium hingga koma pada kasus hipomagnesemia berat.[2-4,6,13]
Gejala yang Berkaitan dengan Keadaan Hipomagnesemia
Pada anamnesis untuk menegakkan diagnosis hipomagnesemia, berikut beberapa hal yang perlu ditanyakan:
- Gejala neuromuskular: otot terasa lemas, tremor, otot seperti berkedut, kram otot, kelemahan pada ekstremitas, dan kejang.
- Gejala klasik diabetes melitus: rasa haus yang dirasakan secara terus menerus (polidipsia), rasa lapar yang berlebihan (polifagia), dan frekuensi berkemih yang meningkat diikuti dengan produksi urin yang berlebihan (poliuria).
- Kondisi umum dan sistemik: demam, malaise, mual, muntah, kelelahan, dan frekuensi buang air besar yang abnormal.
- Gejala kardiovaskular: jantung berdebar-debar, pusing, nyeri dada, sesak napas, kelelahan, dan keringat berlebihan.[3,4,11,13,14]
Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Pasien
Pada saat anamnesis, dokter perlu menanyakan riwayat penyakit dan kebiasaan pasien yang terkait dengan kondisi hipomagnesemia, seperti:
- Riwayat penyakit kelainan genetik seperti Sindrom Gitelman, Hypercalciuric hypomagnesemia, Sindrom Kearns-Sayre
- Riwayat penyakit inflamasi dan infeksi seperti penyakit Whipple, pankreatitis akut, sepsis
- Riwayat sindrom malabsorbsi seperti inflammatory bowel disease, penyakit Whipple, dan penyakit Celiac
- Riwayat operasi seperti bypass jejunoileal dan reseksi usus
- Riwayat penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi secara rutin terutama yang dapat menginduksi hipomagnesemia seperti proton pump inhibitor, diuretik, dan obat antineoplastik seperti cisplatin dan cetuximab.[1,3,5,8]
Pemeriksaan Fisik
Secara umum, gejala neuromuscular hipomagnesemia bisa meliputi tremor, kelemahan otot, kejang, dan hiperrefleksia akibat peningkatan rangsangan saraf. Pasien juga dapat menunjukkan tanda Chvostek dan Trousseau, indikatif dari hipokalsemia yang sering menyertai hipomagnesemia. Pada kasus yang lebih berat, pasien dapat mengalami mioklonus dan tetani yang diakibatkan oleh hipokalemia, yang juga sering kali ada bersamaan dengan hipomagnesemia.
Selain itu, hipomagnesemia dapat memicu gangguan kardiovaskular, yang teridentifikasi melalui pemeriksaan tanda vital dan auskultasi jantung. Pasien mungkin menunjukkan takikardia, peningkatan tekanan darah, dan pada kasus yang parah, aritmia fatal seperti torsades de pointes, yang terlihat sebagai kompleks QRS memanjang pada EKG.[1-4,8,13,14]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding hipomagnesemia meliputi beberapa kondisi gangguan elektrolit lainnya seperti hipokalsemia, hipokalemia, dan sindrom Fanconi.[4,13]
Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah penurunan kadar serum kalsium kurang dari 4,5 mEq/L dan memiliki gejala klinis yang menyerupai hipomagnesemia. Namun, umumnya pada kondisi hipokalsemia, pemeriksaan kadar serum magnesium ditemukan masih dalam batas normal. Meskipun demikian, kondisi hipokalsemia juga dapat terjadi bersamaan dengan hipomagnesemia.[15,16]
Hipokalemia
Hipokalemia adalah penurunan kadar serum kalium kurang dari 3,5 mEq/L dan memiliki gejala klinis mialgia, kelemahan otot yang progesif, dan hipoventilasi. Perbedaan hipokalemia dan hipomagnesemia terdapat pada hasil pemeriksaan kadar serum elektrolit, di mana pasien hipokalemia kecenderungan memiliki kadar magnesium yang normal.[17,18]
Sindrom Fanconi
Sindrom Fanconi merupakan kumpulan gejala gangguan metabolik yang disebabkan oleh adanya disfungsi pada fungsi tubulus ginjal dalam mereabsorbsi zat-zat yang tidak seharusnya dikeluarkan oleh renal melalui urin.
Sindrom Fanconi dapat disebabkan oleh kelainan genetik yang bersifat herediter maupun didapat (acquired). Pada pemeriksaan urinalisis dapat dijumpai adanya glukosuria, aminoasiduria, dan urikosuria. Pemeriksaan laboratorium darah pada sindrom Fanconi menunjukkan hipofosfatemia dan hipourisemia, dan umumnya kadar serum magnesium dalam batas normal.[19,20]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis hipomagnesemia dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kadar serum magnesium dan pengukuran kadar magnesium urin dalam 24 jam atau pengukuran ekskresi fraksional magnesium dalam urin.[13,21]
Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan kadar serum elektrolit lainnya untuk mengeliminasi diagnosis banding dari kondisi hipomagnesemia. Pemeriksaan elektrokardiografi juga perlu dilakukan untuk mendeteksi komplikasi hypomagnesemia berupa aritmia fatal.[3,4,13,21,22]
Pemeriksaan Serum Magnesium
Langkah awal dalam menegakkan diagnosis hipomagnesemia adalah melalui pemeriksaan kadar serum magnesium di dalam darah. Nilai normal kadar serum magnesium berkisar antara 1,7-3 mg/dL atau 1,4-2,4 mEq/L.[1,3]
Tabel 2. Klasifikasi Hipomagnesemia dan Signifikansi Klinisnya
Klasifikasi Hipomagnesemia | Kadar magnesium (dalam mg/dL) | Kadar magnesium (dalam mEq/L) | Signifikansi Klinis |
Hipomagnesemia Ringan | 1,1-1,6 mg/dL | 1-1,3 mEq/L | Iritabilitas pada neuromuskular, tremor, dan kelemahan otot |
Hipomagnesemia Berat | <1,2 mg/dL | <1 mEq/L | Gejala tetani, nystagmus, kejang, dan aritmia |
Keterangan: Nilai batas (cutoff) dari klasifikasi hipomagnesemia bersifat arbitrer |
Sumber: dr.Eva Naomi, Alomedika, 2024.[1,3]
Kadar Magnesium Urin
Pengukuran kadar magnesium dalam urin dapat membedakan apakah kondisi hipomagnesemia diakibatkan oleh gangguan renal atau gangguan dari ekstrarenal. Ekskresi fraksional magnesium dalam urin (%) dapat diukur dengan rumus berikut:
[Magnesium urin x serum Kreatinin] : [serum Magnesium x Kreatinin dalam urin x 0,7] x 100.
Hasil pemeriksaan kadar magnesium urin 24 jam lebih dari 10-30 mg atau ekskresi fraksional magnesium dalam urin lebih dari 2%, umumnya dikaitkan dengan hipomagnesemia yang diinduksi penggunaan obat diuretik.
Pada hipomagnesemia ekstrarenal, ekskresi fraksional magnesium dalam urin berkisar antara 0,5%-2,7% atau reratanya sekitar 1,4%. Sementara itu, hipomagnesemia yang dikaitkan dengan renal wasting, ekskresi fraksional magnesium berkisar antara 4%-48% atau reratanya 15%.[4,13,21]
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium lain dapat ditemukan abnormalitas pada kadar serum elektrolit lainnya seperti hipokalsemia maupun hipokalemia. Pemeriksaan serum kreatinin pada kondisi hipomagnesemia dapat menunjukkan peningkatan serum kreatinin.
Pemeriksaan kadar vitamin D 25-OH pada kondisi hipomagnesemia dapat menunjukkan adanya defisiensi vitamin-D. Pemeriksaan kadar C-reactive protein (CRP) pada kondisi hipomagnesemia dapat menunjukkan peningkatan, terutama pada kondisi hipomagnesemia yang terkait dengan infeksi dan inflamasi.[4,13,21,23]
Pemeriksaan Elektrokardiografi
Pemeriksaan elektrokardiografi pada kondisi hipomagnesemia dapat menunjukkan adanya perubahan gelombang T yang tidak spesifik, gelombang U, pemanjangan interval QT dan QU, serta repolarizations alternans.[4,13,22]