Penatalaksanaan Kardiomiopati
Penatalaksanaan kardiomiopati secara umum adalah penanganan gejala klinis kardiomiopati, misalnya dengan furosemide atau captopril. Tata laksana juga diperlukan pada komplikasi kardiomiopati, seperti aritmia, misalnya dengan pemasangan pacu jantung.
Kardiomiopati Dilatasi
Penatalaksanaan medikamentosa pada kardiomiopati dilatasi mencakup penatalaksanaan gagal jantung akut, misalnya dengan diuretik, seperti furosemide, dan vasodilator, seperti nitrat. Gagal jantung kronis dapat diterapi dengan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, misalnya captopril, atau beta blocker, seperti propranolol.
Bila perlu, dapat dilakukan tindakan seperti cardiac resynchronization therapy, prosedur revaskularisasi, pemasangan implantable cardioverter defibrillator (ICD) atau left ventricular assist device untuk mencegah terjadinya aritmia. Secara khusus, pemasangan ICD diindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat ventricular tachycardia, pernah mengalami ventricular tachycardia simptomatik, serta sebagai pencegahan post-ischemic dilated cardiomyopathy.[2,3,11]
Kardiomiopati Hipertrofi
Penatalaksanaan kardiomiopati hipertrofi pada dasarnya meliputi penatalaksanaan medikamentosa gagal jantung. Bila perlu, dapat dilakukan tindakan medis seperti septal myomectomy pada kasus yang obstruktif, biventricular pacing, septal alcohol ablation, atau pemasangan implantable cardioverter-defibrillator (ICD) untuk mencegah fibrilasi ventrikel dan kematian mendadak.
Tata laksana pembedahan lainnya, dapat berupa penggantian katup mitral dan pemasangan pacu jantung permanen Bila tata laksana medikamentosa dan pembedahan tidak memberikan hasil positif, maka pertimbangkan transplantasi jantung.[2,3,30]
Kardiomiopati Restriktif
Penatalaksanaan kardiomiopati restriktif dapat berupa terapi kelasi, phlebotomy, transplantasi sumsum tulang, dan pemasangan ICD. Transplantasi jantung umumnya dilakukan pada anak-anak.[2,3,30]
Kardiomiopati Aritmogenik
Penatalaksanaan kardiomiopati aritmogenik meliputi penatalaksanaan medikamentosa dengan obat antiaritmia, misalnya sotalol atau verapamil. Selain itu, dapat juga dilakukan tindakan medis, seperti kateterisasi ablasi, pemasangan ICD, atau transplantasi jantung.[2,3,30]
Takotsubo Syndrome
Pada saat fase akut, tata laksana Takotsubo syndrome menyerupai sindrom koroner akut, yaitu dengan pemberian aspirin, beta blocker, ACE inhibitor, dan lipid-lowering agent, misalnya simvastatin. Angiografi koroner dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit jantung koroner obstruktif.[15]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra