Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Sindrom Brugada general_alomedika 2024-04-22T09:21:54+07:00 2024-04-22T09:21:54+07:00
Sindrom Brugada
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Sindrom Brugada

Oleh :
dr.Daniel Budiono Sp JP
Share To Social Media:

Patofisiologi sindrom Brugada melibatkan kanal natrium, kanal potasium, atau kanal kalsium. Disfungsi kanal natrium, potasium, atau kalsium akibat mutasi genetik dapat menyebabkan abnormalitas pada fase depolarisasi atau repolarisasi potensial aksi pada otot jantung.[3,5]

Fisiologi Kanal Natrium, Potasium, dan Kalsium

Secara fisiologis, proses potensial aksi otot jantung melibatkan kanal natrium, potasium, dan kalsium. Pada fase depolarisasi (fase 0), kanal natrium terbuka dan menyebabkan ion Na+ ekstrasel berpindah ke dalam intrasel sehingga potensial dalam membran sel menjadi positif. Pada fase repolarisasi awal (fase 1), kanal potasium (transient outward potassium current) terbuka sehingga ion K+ keluar dari dalam sel, potensial dalam membran sel menjadi lebih negatif, dan terjadi repolarisasi parsial.[3,5]

Pada fase plateau (fase 2), kanal kalsium tipe lambat terbuka sehingga ion Ca2+ masuk ke dalam membran sel disertai keluarnya ion  K+ (delayed rectifier potassium current of slow dan delayed rectifier potassium current of slow). Dan pada fase repolarisasi cepat (fase 3), terjadi ketika kanal kalsium menutup dengan kanal potasium tetap terbuka sehingga potensial membran menjadi lebih negatif.[3,5]

Disfungsi Kanal Natrium, Potasium, dan Kalsium pada Sindrom Brugada

Mutasi pada gen yang mengkode kanal natrium menyebabkan arus natrium berkurang selama aksi depolarisasi potensial (fase 0), dan perlambatan konduksi pada ventrikel kanan terutama pada right ventricular outflow tract (RVOT). Kondisi ini  menyebabkan terjadinya ST elevasi pada perekaman lead prekordial kanan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG). Pada tahap akhir potensial aksi, konduksi dari RVOT menuju ke ventrikel kanan sehingga timbul defleksi negatif (inversi gelombang T) pada sadapan prekordial atas. Perbedaan kecepatan konduksi pada epikardium ventrikel kanan akibat berkurangnya arus natrium dapat mencetuskan terjadinya reentry gelombang eksitasi epikardial.[3,6]

Teori repolarisasi menyatakan patofisiologi sindrom Brugada melibatkan pemendekan durasi potensial aksi akibat defek pada gen yang mengkode kanal tertentu. Defek pada gen SCN5A menyebabkan disfungsi kanal natrium, gangguan pada inaktivasi kanal cepat arus natrium, dan pemanjangan fase repolarisasi pada frekuensi denyut jantung yang lambat. Disfungsi kanal natrium juga dapat  menyebabkan berkurangnya arus natrium dan pemendekan durasi potensial aksi pada frekuensi denyut jantung yang cepat.[3,6]

Penelitian juga menemukan heterogenitas arus potasium pada endokardium dan epikardium. Dispersi repolarisasi antara lapisan miokardium ini dapat menyebabkan terjadinya reentry fase 2 yang mencetuskan terjadinya ekstrasistol dan aritmia ventrikel.[3,6]

Referensi

3. Li KHC, Lee S, Yin C, et al. Brugada syndrome: A comprehensive review of pathophysiological mechanisms and risk stratification strategies. IJC Heart & Vasculature:2020. https://doi.org/10.1016/j.ijcha.2020.100468
5. Lamieux JE, Edelman ER, Strichartz GR, Lilly LS. Normal Cardiac Structure and Function. In: Lilly LS, eds. Pathophysiology of Heart Disease. 6th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2016. p.1-25.
6. Isbister J, Krahn AD, Samsarian C, Sy RW. Brugada Syndrome: Clinical Care Admist Pathophysiological. Heart, Lung, and Circulation:2019. https://doi.org/10.1016/j.hlc.2019.11.016

Pendahuluan Sindrom Brugada
Etiologi Sindrom Brugada

Artikel Terkait

  • Diagnosis Banding Elevasi Segmen ST pada Elektrokardiografi
    Diagnosis Banding Elevasi Segmen ST pada Elektrokardiografi
Diskusi Terkait
dr. Riko Saputra
Dibalas 05 Maret 2019, 15:54
Bagaimana tatalaksana brugada syndrome?
Oleh: dr. Riko Saputra
7 Balasan
Alo dokter, mohon konsultasi jika menemukan pasien dengan brugada syndrome, tatalaksana apa yang harus diberikan?
dr. Willy
Dibalas 14 April 2018, 14:22
Perubahan EKG pada Pasien Pielonefritis
Oleh: dr. Willy
2 Balasan
Dear TS, Saat ini saya sedang menangani seorang pasien wanita 42 tahun, yang mengeluh demam dan berdebar-debar. OS terdiagnosa pielonefritis dan sedang...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.