Edukasi dan Promosi Kesehatan Sindrom Koroner Akut
Edukasi dan promosi kesehatan bagi pasien sindrom koroner akut (SKA) dilakukan untuk mencegah kejadian kardiovaskular di masa mendatang, terutama pada kelompok pasien SKA yang memiliki komorbid penyakit kronik yang dapat mempengaruhi kesehatan vaskuler, seperti diabetes mellitus.[31]
Edukasi Pasien
Hal pertama yang perlu diedukasi pada pasien SKA adalah pengenalan gejala terjadinya episode SKA agar pasien dapat mencari pertolongan segera bila serangan SKA terjadi kembali.[32]
Pasien juga perlu diedukasi mengenai faktor-faktor yang dapat dikendalikan yang memiliki dampak pada perjalanan penyakit SKA, seperti diet dan aktivitas fisik. Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa kualitas edukasi dokter pada pasien SKA bukan hanya akan berdampak pada prognosis penyakitnya tapi juga akan mempengaruhi kepatuhan pasien menjalani terapi komprehensif pada SKA yang dialami.[32,33]
Diet
Dietary approach to stop hypertension (DASH) yang telah terbukti menurunkan risiko penyakit arteri koroner terdiri dari 1800 kkal per hari dengan komposisi makronutrien sebagai berikut:
- Karbohidrat: 45-65% dari total kalori per hari
- Lemak total: 20-30% dari total kalori per hari
- Protein: 15-25% dari total kalori per hari
Karbohidrat terutama bersumber dari selulosa yang tidak dapat dicerna baik oleh sistem pencernaan manusia, seperti:
- Kelompok sayuran hijau: kale, brokolo, bayam, dan sawi
- Kelompok gandum: oat dan millet (biji-bijian sereal)
- Kelompok buah dengan indeks glikemik rendah
- Kelompok kacang-kacangan: kacang polong dan kacang-kacang lainnya
Sebuah penelitian yang membuktikan adanya dampak positif pada pasien yang mengkonsumsi DASH merancang menu harian makanan sebagai berikut:
- Sayur-sayuran dihidangkan 5 kali sehari
- Buah-buahan dihidangkan 5 kali sehari
- Karbohidrat dihidangkan sekitar 7 kali sehari
- Produk susu rendah lemak: sekitar 2 saji setiap hari
- Produk daging tanpa lemak: sekitar dua kali sehari
- Kacang-kacangan dan biji-bijian: 2-3 kali per minggu[67]
Aktivitas Fisik
European Society of Cardiology dan American Heart Association sama-sama merekomendasikan aktivitas fisik sebagai salah satu metode preventif sekaligus rehabilitatif bagi pasien yang memiliki risiko tinggi mengalami penyakit jantung. Rekomendasi umum yang disepakati adalah sebagai berikut:
- Olahraga dengan intensitas sedang selama 30 menit sebanyak 5 kali dalam 1 minggu untuk mencapai target 150 menit olahraga intensitas sedang dalam 1 minggu, atau
- Olahraga dengan intensitas berat selama 25 menit sebanyak 3 kali dalam 1 minggu untuk mencapai target 75 menit olahraga intensitas berat
- Bagi pasien yang ingin menurunkan faktor risiko mengalami penyakit serebrovaskuler atau serangan jantung dapat melakukan olahraga aerobik intensitas sedang hingga berat selama 40 menit sebanyak 3-4 kali dalam 1 minggu
- Untuk pasien lanjut usia, direkomendasikan untuk melakukan olahraga intensitas sedang selama 30 menit sebanyak 5 kali dalam 1 minggu atau olahraga intensitas berat selama 20 menit diulang sebanyak 3 kali dalam 1 minggu
- Bagi pasien yang telah mengalami infark miokardium, olahraga harus dilakukan secara hati-hati di bawah pengawasan professional dan dalam durasi intermitten. Olahraga intensitas sedang atau aerobik seperti bersepeda, senam, berjalan di atas treadmill, naik turun tangga, renang, dan berjalan kaki lebih direkomendasikan daripada olahraga intensitas tinggi atau anaerobik seperti lari cepat/sprinting atau angkat beban berat[68]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian pada SKA dilakukan dengan perbaikan pola hidup seperti:
- Menghindari rokok
- Meningkatkan aktivitas fisik
- Mengatur berat badan agar mencapai indeks massa tubuh yang optimal
- Mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol supaya optimal
- Membiasakan pola makan dan menu makanan yang baik
- Memanajemen stress psikososial dengan baik perlu dilakukan pasien SKA sebagai langkah preventif sekunder kejadian kardiovaskular di masa mendatang[34]
Gangguan psikiatri tipe neurosis seperti depresi, gangguan mood, dan gangguan cemas perlu diperhatikan karena dapat mengaktivasi sistem adrenergik yang mempengaruhi perjalanan penyakit SKA. Penelitian terbaru mengkonfirmasi adanya hubungan antara penyakit kardiovaskuler dan kesehatan mental.[34]
Selain itu, terdapat penelitian yang juga membuktikan bahwa membiasakan intermittent fasting, yaitu 16 jam puasa dan 8 jam waktu yang diperbolehkan makan-minum, memiliki dampak yang baik bagi proses metabolisme tubuh. Perbaikan pada metabolisme tubuh dapat berdampak positif terhadap kesehatan vaskuler koroner dan iskemik yang akan mempengaruhi luaran pada SKA pasien.[35]
Penulisan pertama oleh: dr. Gold SP Tampubolon