Epidemiologi Defisiensi Glukosa-6-Fosfat-Dehidrogenase (G6PD)
Pada data epidemiologi defisiensi enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (defisiensi G6PD), didapatkan bahwa ada sekitar 400 juta penderita di seluruh dunia. Persebarannya diketahui berkaitan dengan distribusi geografis malaria. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat obat antimalaria merupakan salah satu pemicu terjadinya episode hemolitik pada penderita defisiensi G6PD.[3]
Global
Defisiensi G6PD lebih banyak diderita pria dibandingkan wanita, dan terjadi paling sering di Afrika, Asia, Mediterania, Timur Tengah, dan Papua Nugini, dengan frekuensi 5-25%. Di Amerika Serikat, defisiensi G6PD terbanyak menyerang pria keturunan etnis Afrika dan Mediterania, dengan prevalensi sekitar 10%.[3,4]
Di seluruh dunia, prevalensi defisiensi G6PD berkaitan dengan distribusi geografis malaria, sehingga muncul perkiraan bahwa penderita defisiensi G6PD memiliki perlindungan parsial dari penyakit infeksi tersebut.[2,3]
Varian penyakit yang menimbulkan defisiensi berat terutama terjadi pada populasi Mediterania, sedangkan populasi Afrika memiliki lebih banyak enzim G6PD, sehingga hemolisis yang terjadi lebih ringan.[4]
Indonesia
Di Indonesia, telah ditemukan beberapa varian defisiensi G6PD di berbagai daerah. Di Jawa, ditemukan kasus defisiensi G6PD varian Mediterania, Canton, Maihdol, Chatham, Kaiping, Viangchan, dan Coimbra. Di pulau Buru dan kepulauan Halmahera, Ambon, ditemukan varian Vanua Lava. Varian Vanua Lava merupakan varian terbanyak yang mengenai populasi Indonesia Timur.[5-7]
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 di Sumba dengan sampel sekitar 1000 orang mendapatkan prevalensi defisiensi G6PD sebesar 6,67%. Mengingat sebagian wilayah Indonesia seperti Sumba dan Kalimantan merupakan wilayah endemis malaria, prevalensi defisiensi G6PD yang cukup tinggi ini meningkatkan risiko terjadinya episode hemolisis akibat penggunaan obat antimalaria pada penderita defisiensi G6PD.[8]
Mortalitas
Belum ditemukan data pasti mortalitas akibat defisiensi G6PD. Sebagian besar kasus tidak bergejala. Defisiensi G6PD dapat berakibat fatal jika terjadi kernikterus akibat komplikasi hiperbilirubinemia neonatal.[2,4]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja